Karena Sukses Tidak Didapat dari Usaha yang Biasa, Siswi Madrasah Ini Buktikan dengan Lolos 9 Beasiswa Universitas di Luar Negeri, Lolos Sekolah Kedinasan, dan Lolos SBMPTN. Luar Biasa!!!!!

Halo teman-teman pencari beasiswa di seluruh nusantara! Kali ini saya akan membagikan pengalaman nyata dari teman kita Frisca Intan Luzia yang berhasil mendapatkan 9 tawaran beasiswa di universitas luar negeri, sekolah kedinasan serta berhasil lolos SBMPTN. Semoga cerita inspirasi dari Frisca bisa membuat kalian lebih semangat dan melakukan persiapan yang matang sebelum mengajukan aplikasi beasiswa.

Advertisement

Kesuksesan besar tidak akan digapai dengan usaha biasa-biasa saja, tentunya perlu kesungguhan yang luar biasa dan motivasi tinggi untuk bisa mencapainya, seperti kata pepatah “No pain no gain” atau mungkin “Wa Ma lLdzzatu Illa Ba’da Ta’abi”.

Berikut cerita inspirasi Siswi Madrasah Lolos 9 Beasiswa Universitas Luar Negeri :


Assalamualaikum,
Perkenalkan nama saya Frisca Intan Luzia, saya lulusan MAN Insan Cendekia Jambi tahun 2015. Saya ingin menceritakan pengalaman saya bisa mendapatkan tawaran 9 beasiswa di luar dan dalam negeri, diterima sekolah tinggi kedinasan dan lulus SBMPTN.

Advertisement

Hal yang paling krusial dialami anak kelas 12 SMA adalah memikirkan melanjutkan kuliah, jurusan apa dan dimana, bagaimana jika bertentangan dengan yang orang tua harapkan, masalah biaya, dan lain sebagainya. Apalagi bagi anak yang biasa saja seperti saya. Di kelas 11 saya pernah sakit hingga menyebabkan saya tidak bisa masuk sekolah selama beberapa bulan. Ketika naik ke kelas 12, saya benar-benar menyadari bahwa saya telah jauh tertinggal dari teman-teman saya. Rasanya atmosfer belajar di sekolah sangat kental karena menyiapkan Ujian Nasional dan SBMPTN. Saya merasa minder dan terpukul, namun saya sangat ingin melanjutkan kuliah dan memahami kondisi keuangan keluarga saya, artinya saya harus berkuliah namun dengan beasiswa. Saya segera menyusun langkah strategis, saya yakin Allah SWT selalu bersama orang yang bersungguh-sungguh.

Sejak saat itu, saya mulai rajin browsing dan mencari banyak informasi tentang jurusan, kuliah, dan beasiswa. Apa saja yang harus saya persiapkan dan memastikan deadline segalanya. Saya mulai menghitung hari secara realistis mendekati Ujian Nasional dan menghitung berapa banyak materi yang belum saya kuasai, hingga saya dihadapkan oleh dua pilihan, fokus Ujian Nasional atau mempersiapkan kuliah. Pendaftaran di luar negeri sudah dimulai sejak bulan September atau Semester 1 di kelas 12. Dan berdasarkan data statistik siswa SMA yang lulus UN rata-rata mencapai 95 %, siswa SMK 97% sedangkan yang lulus SBMPTN hanya 15%. Di saat teman-teman saya serius dan benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional, mengikuti bimbingan belajar di tempat terbaik hingga ke luar pulau, saya hanya memilih ikut bimbingan belajar gratis yang disediakan sekolah. Selain itu saya juga fokus mempersiapkan Essai, TOEFL, dan Research Proposal. Walaupun ingin juga seperti mereka namun saya harus berbesar hati. Selain karena memikirkan biaya, juga karena target saya adalah diterima kuliah dengan beasiswa, bukan lulus Ujian Nasional dengan nilai yang super. Saya tidak menyepelekan, saya juga belajar untuk UN namun target saya tidak muluk-muluk yang penting saya cukup untuk lulus, jika lebih Alhamdulillah. Ironi ya.

Advertisement

Bersama dengan teman-teman yang juga ingin mendaftar beasiswa, kami menyampaikan hal ini pada pihak sekolah. Di luar dugaan ternyata sekolah dan pembina asrama kami saat itu sangat mendukung, dan inilah yang membuat kami makin semangat. Dan Allah mulai membuka jalan, kami diizinkan untuk mengikuti bimbingan TOEFL di sekolah. Bimbingan ini dipandu oleh Kak Amika. Beliau sering memberi bimbingan bagi anak-anak yang ingin kuliah ke luar negeri. Tentu saja banyak sekali ilmu yang kami dapat. Masalahnya belum selesai sampai di situ, karena dari sekolah kami belum pernah ada yang melanjutkan kuliah di luar negeri, dan itu artinya semua dokumen dan berkas-berkas administrasi harus dibuat sendiri. Sebagai anak asrama dengan keterbatasan akses keluar, internet, komunikasi dan lain sebagainya, banyak hal-hal yang rasanya sulit saya selesaikan, namun selalu ada jalan. Saya ingat di saat teman-teman belajar untuk try out unversitas saya mengkhatamkan buku-buku TOEFL, MTK. Disaat teman-teman saya larut tertidur, saya hanya bisa berdoa pada Allah dan menggarap tulisan-tulisan saya untuk persyaratan universitas sepanjang malam beberapa bulan dengan kesungguhan. Di saat teman-teman saya bisa khusyuk mengerjakan soal latihan UN saya harus bolak-balik ke kantor sekolah mengurus legalisir transkrip nilai dan segala macam yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dan di saat teman-teman saya pergi ke luar pulau untuk bimbel, saya menetap di asrama bersama 4 teman lainnya, mempersiapkan diri untuk mengikuti Tes TOEFL. Tidak terbayangkan dalam benak saya apa yang harus saya lakukan jika tidak lulus beasiswa dan harus mengikuti SBMPTN yang katanya soalnya sangat rumit hingga menggugurkan lebih dari 80% peserta tes.

Saya bukan anak yang super cerdas seperti teman-teman, tidak juga merupakan siswa dengan prestasi segudang, namun saya memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pendidikan, saya aktif di berbagai kegiatan dan memiliki beberapa visi dan rancangan tentang beberapa hal, saya menjadikan itu sebagai nilai jual saya dalam mendaftar. Saya aktif mencari informasi dari kakak-kakak Indonesia yang sedang berkuliah di kampus luar negeri, dari kedutaan besar di Indonesia, juga dari representatif kampus.

Tidak sedikit teman saya yang mulanya sangat antusias mengurus beasiswa ke luar negeri namun berhenti di tengah jalan, karena segudang hal yang sulit dilakukan. Universitas luar negeri sangat selektif dan beasiswa untuk lulusan SMA masih sangat minim. Awalnya saya mencoba menghitung berapa banyak universitas yang saya daftar, namun saya menyerah karena ternyata saya terus mendaftar pada setiap peluang yang ada, puluhan kali saya ditolak, ratusan kali saya mendaftar lagi. Hehe saya yakin tidak kurang dari 20 universitas pernah saya coba.

Hingga suatu hari ada kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk saya mendaftar ke Universitas Indonesia melalui jalur undangan, betapa bahagianya saya. Tetapi saya tidak mengantongi restu Ibu saya, Ibu saya menginginkan saya kuliah di daerah saya saja, saya memahami perasaan Ibu namun terselip sedikit sedih sempat saya rasakan. Namun Allah berkata lain, keesokan harinya saya mendapat surat dari Rusia, yang menyatakan saya diterima di Irkutsk State University dan mereka bersedia mengurus semua berkas-berkas saya secara gratis di Rusia. Disusul surat dari Radboud University, Belanda. Tidak hanya itu, saya juga diterima beasiswa full ASEAN SCHOLARSHIP 2015 di Bangkok University International College (Thailand), Istanbul Aydin University (Turki), Northern Arctic Federal University (Rusia), Republic Macedonia Full Scholarship 2015, Eastern Mediteranean University (EMU) Full Scholarship 2015 (Cyprus), Full Sail University (Florida), Link Campus University (Italia), sebagai selected student pada Fellowship Paramadina University, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, dan saya lulus tes tulis SBMPTN pilihan pertama di Universitas Brawijaya. Alhamdulillah ya Allah.

Baca Juga: Info beasiswa di Eropa
Ada beberapa hal unik yang saya alami, ketika saya dinyatakan diterima Beasiswa ASEAN 2015 di Bangkok University International College (BUIC) yang kuotanya hanya 4 orang se-ASEAN dan dari Indonesia hanya diambil 2 orang. BUIC memiliki kampus yang super artistik dan keren dengan teman-teman yang berasal dari lebih dari 55 negara lain dan bidang ilmu yang sangat cocok untuk saya. Namun saat itu saya menolak tawaran tersebut, dengan alasan mereka hanya memberikan beasiswa full untuk biaya kuliah saja, dan saya tidak yakin bisa memenuhi kebutuhan hidup selama di sana. Saya sampaikan hal ini kepada pihak pemberi beasiswa. Di luar dugaan, mereka mengusahakan serta menawarkan tambahan biaya hidup sebesar $200-400 dan terus mengupayakan agar saya bersedia memilih berkuliah di sana dan menjadi Asean Student Ambassador. Berkas-berkas yang saya perlukan pun sudah selesai mereka urus dan sudah dikirim ke Indonesia. Mereka juga bersedia menyiapkan visa gratis, penjemputan dan senior dari Indonesia yang akan membantu saya. Sama halnya dengan tawaran dari universitas di Rusia, hal menakjubkan lainnya adalah ketika ada kakak senior yang sedang berkuliah di Irkutsk University yang banyak membantu dan membimbing saya selama mendaftar, akhirnya saya mintai tolong lagi untuk menanyakan status berkas pendaftaran saya karena belum di konfirmasi. Di luar dugaan, ternyata beliau langsung bertemu dekan fakultas teknik dan setelah memeriksa dokumen saya, beliau mengkonfirmasi dan ACC berkas saya dengan tambahan, beliau menunggu saya di September depan. Normalnya, peserta beasiswa atau tidak harus membayar sekitar 350-500 USD untuk mengurus legalisir dokumen ke bahasa Rusia dan harus diurus di negara masing-masing dan dikirmkan ke Rusia setelah jadi, namun lagi-lagi saya mendapat tawaran bahwa pihak universitas bersedia mengurus semuanya dan saya hanya tinggal mengirim dokumen dalam bahasa Inggris yang saya punya tanpa membayar. Ya Allah.

Dengan stereotip bahwa saya anak bodoh, hehe. Karena nilai UN saya cukup menyedihkan saya agak gila mencoba tes tulis sekolah ikatan dinas yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang kata orang sulit sekali, matematika tingkat dewa dengan pendaftar lebih dari 32.000 siswa dan akan lulus hanya 400 siswa, artinya saya berpeluang 0,0125 % untuk lulus. Setelah mengikuti 3 tahap dengan sistem gugur saya juga tidak menyangka ternyata Allah mengizinkan saya jadi satu diantara 400 itu.

Baca Juga: Daftar Beasiswa Luar Negeri
Karena saran dari Ibu saya, saya juga mengikuti tes SBMPTN. Ini juga saat-saat terberat yang saya alami, saya tidak pernah dibekali bimbel apapun, bahkan saya tidak punya mental untuk tes memilih u\Universitas Jambi di daerah saya, bayangkan persaingan lulusnya hanya 4-9% untuk tiap jurusan, dan saya pun mengambil IPC yaitu campuran IPA-IPS. Saya khawatir saya tidak sanggup di IPA, miris ya. Di luar dugaan juga, Alhamdulillah saya diterima di salah satu kampus terbaik, pilihan pertama dan bidang IPA.

So, teman-teman jangan minder jika nilai UN kalian rendah, semua orang berkesempatan untuk menjadi lebih baik. Perhatikan hal-hal kecil. Orang cerdas bisa kalah dengan orang yang penuh persiapan. Semangat!


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis dan editor di beberapa media informasi

CLOSE