Kepada Kamar Kosku Di Jogja, Lewat Tulisan Ini Aku Ingin Bersalaman Denganmu

Buat kalian yang pernah kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan pernah ngalamin rasanya jadi anak kosan. Anak kos ya tinggalnya di kamar kos, syukur-syukur dilengkapi televisi, AC,dan kamar mandi dalem. Meskipun itu kos elit atau pun kos sederhana sekali pun, rasa berat untuk berpisah tetap kan menghampiri ketika sudah tamat dan akan kembali pulang.

Jikalau kamar kos tersebut dapat berbicara, maka pada waktu itu sebelum berpisah aku ingin mengucapkan terima kasih. Bahkan kalau sejak awal dia bisa berbicara, maka jujur aku butuh penyemangat darimu karena keluargaku berada jauh dariku. Namun semua tetap aku rasakan sangat pilu ketika mengetahui bahwa tak lama lagi aku sudah tidak akan tidur di bawah keikhlasanmu.

Perasaan demikian sudah aku rasakan sejak 1 minggu sebelum akan mengemasi barang-barang perlengkapanku untuk ku bawa pulang kampung. Aku hanya bisa menatap jendela yang ada di kamar kos, menatap dinding putih yang sudah tak tau berapa kali menyaksikan aku menangis dan bersedih. Kepada kasur dan bantalku yang tak sempat ku bawa, terima kasih telah memberikan aku kehangatan dan ketabahan pada malam-malam selama 4 tahun berada di Jogja.

Kamar kos saksi kehidupan malam anak kos, saksi kehidupan ratapan seorang anak yang berjuang menggapai cita-citanya. Tempat yang selalu menunggu kedatanganku ketika aku pergi kampus atau ketika aku sejenak kembali berlibur ke kampung halaman. Kau telah menunggu aku karena kau tau aku akan kembali. Kau telah menerima segala lara dan lukaku, telah kau simpan di dalam 'dinding rohmu' yang setia menemaniku itu.

Kau usap tangisan dalam dinginnya malam berganti subuh, panasnya siang berganti senja. Kau telah menerima segala bentuk kreativitasku yang telah ku lukiskan di dasar dinding hatimu. Terkadang aku sadar bukan karena aku membayar dan berhak tinggal di kamar kos ini, akan tetapi aku sadar bahwa engkau memiliki jiwa yang memanggil aku untuk tinggal didalamnya.

Terima kasih telah memberikan aku teman-teman yang ramah ketika aku baru pertama kali menginjakkan kaki di tempatmu. Terima kasih telah menerima teman-teman baik yang datang selanjutnya dan begitu selanjutnya. Terima kasih telah memberikan aku kesan persaudaraan di dalam tubuh kesatuanmu. Kalau boleh aku katakan, maka jujur dalam hatiku aku selalu ingin mengulang dan mengulang pengalaman kebersamaan tersebut.

Waktu aku meninggalkanmu untuk kembali, aku hanya bisa berbicara kepada dinding dan atap kamar itu untuk merenung dan berterima kasih. Aku berdoa semoga penghuni lain yang tinggal di kamar selanjutnya bisa lebih menjaga kebersihanmu ketimbang aku. Aku berdoa semoga penghuni selanjutnya lebih sering merapikan letak barang-barang miliknya di banding aku. Karena jujur aku sangat jarang melakukan hal-hal tersebut selama 4 tahun berlalu.

Yang aku rasakan saat ini ketika menulis narasi ini adalah kerinduan dan kerinduan semata. Masih terbayang jelas, kau menyambut aku dengan pintumu yang terbuka ketika aku datang pagi bertemu malam, aku datang siang bertemu pagi. Masih sangat jelas teringat waktu terakhir kali ketika akan meninggalkanmu, aku sengaja membukakan pintu kamarku lebar-lebar, supaya kamu bisa melihatku yang sebentar lagi akan pergi. Sebelum 2 jam aku akan berangkat telah ku lakukan hal tersebut, aku kosongkan kamarmu demi melihatmu sedia kala supaya aku tau kelak bentuk fisik aslimu.

Dan ketika moment perpisahan tersebut datang, aku hanya bisa memegang dinding dan pintu kamarmu. Lalu aku melangkahkan kaki untuk pergi dari Jogja dan dari kesaksianmu terhadapku. Namun seperti kata pepatah mengatakan "kalau ada sumur di ladang, bolehkan aku menumpang mandi, kalau ada umur panjang, pasti kita akan bertemu lagi."

Salam.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta humoris yang baru aja mandangin foto kamu