Ketika Usia Menjadi Penghalang Restu

Dalam hidup ini terkadang kita tidak bisa memilih harus jatuh cinta dengan siapa, meskipun kita masih bisa memutuskan untuk melanjutkan hubungan tersebut atau menyudahinya. Cinta, memang sesuatu yang asbtrak tetapi memiliki efek yang luar biasa. Kita bisa saja jatuh cinta kepada cowok yang tampan, biasa saja atau yang lebih muda dari kita.

Sebagai cewek, sebagian dari kita tentu tidak mempermasalahkan jatuh cinta dengan cowok yang memiliki usia lebih muda. Toh mau lebih tua atau lebih muda pada ahkirnya ketika berumah tangga tetap saja cowok yang akan menjadi kepala keluarga. Tetap saja cowok yang akan menjadi kapten untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Tidak masalah mencintai dia yang lebih muda dari kita. Selama hubungan tetap sehat dan kita yang menjalani merasa ada masa depan untuk bersama. Dalam sebuah hubungan, pernikahan tentu menjadi sebuah impian setiap pasangan. Sebuah relationship goal yang setiap wanita impikan.

Jika saja dalam hidup ini, hanya ada kita dan cinta maka setiap orang bisa menikah dan bahagia sesuka hatinya. Bersikap egois sesuka hati. Mementingkan diri sendiri di atas kepentingan yang lain, kita pasti bisa. Tetapi kita menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah itu. Kita bahagia ketika kita bisa membuat orang lain bahagia.

Ada saat di mana kita harus mundur meskipun kita yakin bisa melaju kedepan. Untuk sebuah pernikahan, restu orangtua bukan main-main. Tanpa restu orangtua, semewah apapun resepsi yang kita gelar rasanya pasti ada ruang hampa. Kita juga menyadari bahwa menikah bukan hanya tentang aku dan kamu. Tetapi menyatukan dua keluarga besar dengan pemikiran yang berbeda.

Kita menyadari bahwa dalam hidup ini kita hanya bisa berusaha. Termasuk mengusahakan restu dari pihak cowok. Restu seorang ibu bukan perkara yang bisa kita abaikan begitu saja. Apalagi ketika umur cewek menjadi alasan utama. Sedih, pasti. Kecewa, iya. Usaha kita mungkin sudah maksimal untuk mendapatkan restu, kita menahan perasaan ketika keluarga cowok nyinyir atau mengacuhkan kita. Lalu, mau sampai kapan kita bisa tahan dengan sikap seperti itu? Hati kita ini sama seperti hati para wanita yang lain, bisa sakit, bisa sedih dan juga lelah.

Di sinilah kita dituntut untuk bijak. Hati kita boleh patah. Tetapi pikiran kita harus tetap jernih. Jika terus dilanjutkan ke pelaminan kita paham ada banyak hal tidak menyenangkan menanti. Kita harus ingat, bukan pihak cowok saja yang memiliki kleuarga. Kita sebagai pihak cewek juga memiliki kleuarga yang mana berhak untuk bahagia.

Ayah mana yang bisa lega ketika anaknya hendak menikah tetapi tidak mendapatkan restu dari pihak cowok? Ibu yang seperti apa bisa rela jika anaknya harus mendapatkan muka asam dan nyinyiran dari pihak lelaki hanya karena masalah umur?

Selama ini orangtua kita sudah mengusahakan yang terbaik untuk anaknya. Orangtua kita juga tidak pernah komplain dengan umur kita. Lalu kita ditolak hanya karena umur. Di sini orang sering lupa, bahwa umur bukan jaminan kebahagian.

Tidak ada gunanya mempertahankan hubungan seperti ini. Memang sakit ketika harus berakhir. Tetapi itu lebih baik, semakin cepat kita selesaikan. Maka semakin cepat kita bangkit.

Tenang saja, apa yang sudah Tuhan takdirkan untuk kita tidak akan menjadi milik orang lain. Termasuk jodoh kita.

Tetap semangat!

Jangan lupa bahagia!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Live a life, no drama