Maaf untuk Harapan yang Sempat Kutitipkan Padamu

Kamu pilihanku, percayalah. Senang bisa dijadikan harapan untuk hal yang kamu sebut masa depan. Untuk janji yang terucap dari mulutku, maaf jika nyatanya aku tak dapat membuktikannya. Aku hanya pria biasa yang mencoba menyampaikan apa yang ingin hati katakan. Dan Sang Pencipta yang punya kendali atas apa yang terjadi. Wanita lain yang kamu anggap ada dan mencoba menjatuhkanmu, itu tak ada. Itu muncul karena kamu tak ingin rasakan ditinggalkan dan kehilangan.

Aku ingin kita saling menyamankan. Aku coba memperlakukanmu dengan lembut, tak hanya di hadapanmu tapi juga jika aku jauh darimu, saat mata ini tak dapat sejajar dengan matamu. Aku selalu menyajikan namamu pada semesta untuk hal apapun yang aku lakukan. Jika tak percaya, kamu bisa tanyakan pada kenangan masa lalu saat kita pertama ada.

Aku tak mengabaikan semua perhatianmu pada pesan singkat yang kamu kirim padaku. Aku juga tak mengacuhkan kekhawatiranmu. Mengertilah, ada hal lain yang harus aku lakukan yang membuatku tak membalas pesanmu langsung. Namun jika semua sudah selesai dan tenang, pada akhirnya juga aku membalasnya.

Kamu prioritasku, tapi jangan hentikan aku menjadi diriku sendiri. Terima kasih menjadi pengingat yang ampuh saat jam makan siang atau waktu adzan berkumandang. Aku selalu ingat kamu ketika itu harus aku lakukan.

Kamu tidak pernah tahu rasanya tersiksa selalu memikirkanmu ketika tak ada kabar. Jika aku tidak menunjukkannya, bukan berarti aku tidak mengingatmu. Aku peduli dengan keadaanmu, jika tidak, sudah dari awal aku tinggalkan semua cerita ini. Caramu dan caraku mungkin berbeda, tapi bukan berarti itu menjadi alasan untuk saling membenarkan satu sama lain.

Hanya aku dan Tuhan yang tahu bagaimana namamu selalu aku hadirkan satu-satunya dalam setiap harap yang kutuangkan menjadi do'a. Harapan tentang kita yang semoga berakhir sempurna, harapan yang semoga aku bisa selalu menjadi penghantar tidurmu di setiap malam. Saat kusebut itu, aku percaya kamu pun menyebutkan hal yang sama.

Ini hanya soal menyatukan pendapat yang berbeda. Kamu yang mengganggap aku biasa saja di waktu yang bagiku belum saatnya. Aku percaya, waktu pasti menunjukkan kepastian itu. Kepada kamu, ikuti saja kata hatimu. Aku tak memaksakanmu untuk sebuah kepercayaan dan harapan. Pasti semua ada baiknya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis akan sulit jika dipikir sulit,menulis akan lama jika dipikir lama-lama,orang menulis ditulis dulu baru disunting,bukan disunting dulu baru ditulis