Manajemen Kegagalan: Edisi Mahasiswa

Kita sudah terlalu banyak mendengar kiat-kiat untuk menjadi sukses. Seminar-seminar bertemakan kesuksesan selalu dibanjiri oleh orang-orang yang penuh dengan harapan untuk menjadi berhasil. Sejak duduk di bangku kuliah di hari pertama pun kita pasti memiliki harapan untuk bisa berhasil selama berkuliah, lulus dengan nilai baik, dan berhasil memperoleh pekerjaan yang sesuai. Tidak ada yang salah dengan ini, tapi kita juga harus belajar mengatasi kegagalan. Bukan karena kita tidak percaya akan diri kita sendiri, tetapi dunia yang tidak ideal ini seringkali membuat kita harus mau menelan pahitnya pil kegagalan. Di artikel ini saya mencoba kegagalan-kegagalan seperti apa saja yang mungkin dihadapi mahasiswa dan berbagi kiat-kiat menghadapinya. Sebagian besar tulisan ini merupakan pengalaman pribadi yang ingin saya bagikan supaya teman-teman tahu bahwa kegagalan adalah sebuah realita, dan kita harus siap menghadapinya.

Advertisement

Kegagalan #1: Gagal Masuk Universitas/Jurusan yang Diinginkan

Ini cerita klasik sebenarnya. Kamu ingin masuk jurusan A di universitas X tetapi ditolak. Di universitas yang sama, jurusan B yang menjadi cadanganmu juga sudah tidak menerima mahasiswa baru karena kuotanya penuh. Apa yang harus kamu lakukan? Akhirnya kamu mendaftarkan diri sebagai mahasiswa universitas Z, di jurusan C, yang sama sekali tidak pernah kamu bayangkan.

Tips: Pertama-tama, kenali keinginanmu. Apakah kamu ingin masuk Jurusan A, atau kamu lebih ingin masuk Universitas X? Apabila kamu memang memiliki tekad yang kuat untuk memasuki jurusan tertentu karena ingin menggeluti profesi tersebut, pastikan bahwa kamu memiliki lebih dari satu opsi Universitas yang menawarkan jurusan tersebut. Kamu bisa memprioritaskan pilihanmu berdasarkan berbagai kriteria; sering-seringlah konsultasi dengan Mbah Google. Apabila kamu memang berkeinginan masuk Universitas X karena satu dan lain hal, tanpa peduli jurusan apapun yang mau kamu, maka buatlah prioritas jurusan-jurusan yang kamu inginkan berdasarkan berbagai kriteria (misalnya passing grade, kuota jumlah mahasiswa, dsb.) sehingga kemungkinan kamu diterima menjadi cukup besar. Pada akhirnya akan ada trade-off yang harus kamu buat, dan dengan begini kamu akan lebih siap menghadapi kegagalan tidak diterima di jurusan atau universitas yang kamu harapkan.

Advertisement

Kegagalan #2: Gagal Memperoleh Nilai yang Diharapkan

Perhatikan baik-baik jenis kegagalan ini. Bukan gagal untuk mencapai nilai yang BAIK, tetapi gagal mencapai nilai yang DIHARAPKAN. Apa beda keduanya? Menurut saya, mencapai nilai yang diharapkan sedikit banyak bergantung pada ekspektasi kita mengenai pelajaran tersebut. Sebagai contoh, kamu mendapatkan nilai B+ di mata kuliah P, yang mana nilai tersebut adalah nilai tertinggi yang diberikan dosen dan hanya diperoleh oleh 5% mahasiswa di kelas. Secara statistik, nilai itu sudah baik bukan? Tapi sebenarnya kamu berharap bisa memperoleh nilai A. Terkadang, ada banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi hal-hal ini. Secara akademis, mungkin materi yang diberikan di kelas tidak cukup untuk mempersiapkan diri saat ujian. Mungkin penguji skripsimu merasa skripsimu tidak cukup lengkap untuk diluluskan, padahal pembimbingmu berkata apa yang kamu tulis sudah lebih dari cukup. The list goes on…

Advertisement

Tips: Ketahuilah bahwa usahamu saja bukanlah faktor penentu. Meskipun usahamu mungkin adalah faktor yang berpengaruh besar, ada banyak faktor-faktor lain yang bisa membuatmu tidak mencapai apa yang kamu inginkan. Menetapkan target itu baik, sangat baik bahkan, tetapi ketahuilah bahwa dengan menetapkan target kamu juga harus mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan bahwa targetmu bisa tidak tercapai. Yang penting adalah kamu berusaha secara maksimal, sehingga kamu tahu bahwa bukan dirimulah yang menyebabkan kegagalan itu, dan berbesar hatilah menerima kenyataan bahwa ekspektasimu tidak terpenuhi. Ini hanyalah latihan untuk masa depan, dimana akan ada banyak ekspektasi-ekspektasi yang lebih besar yang mungkin tidak terpenuhi.

Kegagalan #3: Gagal Memperoleh Pekerjaan yang Diinginkan setelah Lulus

Mungkin ini kegagalan yang paling sulit kita hadapi. Nilai kamu mencukupi syarat, pengalaman organisasimu berlimpah, kamu direkomendasikan oleh dosen-dosenmu. Akan tetapi, kamu bahkan tidak berhasil melewati babak wawancara pertama di perusahaan yang kamu inginkan. What's wrong with me? Maybe nothing's wrong with you! Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi mengapa kamu tidak diterima di pekerjaan tertentu. Barangkali mereka sedang ber-reorganisasi (efisiensi karyawan), barangkali iklim bisnis di sektor itu kurang bagus, dan lain sebagainya. Mungkin juga kamu dinilai kurang cocok di bidang pekerjaan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara (yang biasanya mereka jelaskan), mungkin kamu lebih cocok berkarir di akademia, atau membuka usahamu sendiri.

Tips: Selain mengikuti tips-tips umum agar dapat diterima di suatu pekerjaan (menulis resume dengan baik, menghadapi wawancara, dsb.), rajin-rajinlah mencari informasi. Ketahui keadaan secara umum yang bisa mempengaruhi keputusanmu diterima bekerja di suatu tempat (misalnya faktor ekonomi, atau kondisi perusahaan tersebut). Dengan begini kamu bisa mempersiapkan diri untuk membuat pilihan-pilihan lain yang kamu anggap lebih realistis, atau membuat Plan B, Plan C dan seterusnya. Mungkin kamu berpikir, Kok gak percaya diri banget sih, belum mencoba sudah berpikir gagal? Hey, saya hanya mengajak kita berpikir realistis. Tidak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Belajarlah menerima fakta ini terlebih dahulu. Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan, tetapi paling tidak kita bisa mengendalikan diri kita sendiri.

Masih banyak jenis-jenis kegagalan lain yang mungkin kamu pernah alami, dan kamu mungkin merasa, "Ah, kayaknya gak gitu deh. Dia gak tau aja kalau gw tuh … … …". Well, semua orang punya ceritanya masing-masing. Mungkin ada yang perjalanan berkuliahnya semulus marmer, tapi ada yang perjalanan berkuliahnya sesulit jalan raya antar propinsi. Yang penting adalah kenali dirimu! Ketahui hal-hal yang kamu sukai dan tidak sukai. Kenali kelebihan dan kekuranganmu. Kenali lingkunganmu dan teman-temanmu. Sering-seringlah berdiskusi dengan orang-orang yang kamu anggap sebagai mentor, termasuk senior-seniormu atau bahkan dosen-dosenmu. Bangun relasi dan koneksi yang kuat. Mereka yang sudah lebih banyak pengalaman bisa membantumu dengan memberikan saran-saran atau menyemangatimu sepanjang perjalananmu berkuliah. Good luck!

From a fellow student to another.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang perantau di Benua Biru.

CLOSE