Pengakuan-Pengakuan Patah Hati

Saya telah mencoba menulis ini beberapa kali. Saya sudah kehabisan cara untuk meminta perhatian. Tenggorokan pun rasanya seperti tercekik. Saya hanya anak aneh dan bukan apa-apa di mata mereka.

Hey, orang yang seharusnya dengan bangga kupanggil Ayah. Saya masih ingat bekas biru lebam, mata yang merah, barang-barang yang rusak, hinaan, remehan bentakan yang kau lontarkan kepada diri saya. Apakah ini cinta yang orang-orang biasa memujanya dengan bahagia?

Hey wanita yang mulai saya kagumi yang kupanggil mama,"kamu dimana saat acara pelaminannya mereka?". Tidakkah kau berfikir pertanyaan-pertanyaan orang tersebut mampu membutuh diri saya setiap detik tanpa pernah menghentikan detak jantungku? Perceraian kalian adalah hal yang baik bagi kita semua. Tapi terlalu banyak hal yang buat saya merasa kelahiranku tidak begitu penting bagi orangtua saya sendiri. Saya ingat ketika saya menyaksikan orangtua yang saling menghantam dan barang-barang beterbangan. Dan juga, teman-teman dan guru-guru selalu bertanya ada apa dengan warna-warna aneh di tangan dan mata saya.

Hey, orang yang seharusnya dengan bangga kupanggil Ayah. Saya masih ingat remehan, hinaan dan bentakan yang kadang kala terlalu keras yang kau lontarkan kepada saya. Dan Tuhan tetap mengharapkan saya untuk melanjutkan hidup. Kau bekerja keras untuk kami, sayangnya kau juga banyak membohongi kami. Masih lekat diingatan bekas biru lebam dan mata merah saya. Saya ingin percaya ini cinta untuk anak. Mereka bilang ingin mendidik anak mereka. Sayangnya, mereka sangat mengecewakan dan banyak tuntutan.

Saya hampir mati setiap harinya. Saya selalu ingat setiap cara Ayah baru saya menyinggung saya dengan tanpa alasan. Saya selalu ingat hinaan yang begitu bebas yang mereka lontarkan dan saya sama skali tidak bisa melawan. Dan karena itu saya tidak banyak meminta. Dan karena itu saya belajar mencari uang dari umur 14 tahun. Saya tidak mungkin berharap kepada orang yang selalu mengungkit kebaikan. Dan karena saya cuma anak aneh yang lebih tenang memelihara hewan, Ayah baru saya selalu jijik melihat saya akrab dengan hewan, khususnya anjing. Dia menikah dengan mama saya tanpa berusaha mendatangi saya. Saya tidak penting untuk mereka. Itu sebabnya saya belajar mencari uang hasil keringat dari umur 14 Tahun.

Saya ingat paman saya yang sangat membenci saya. Entah itu karena saya jelek dan tidak punya apa-apa. Ya, dia sangat membenci saya. Dia selalu peduli pada sepupu-sepupu Saya, tapi tidak dengan Saya. Saya seperti hanya sampah bagi dia. Saya ingin percaya ini cinta untuk anak.

Dan hey mama, saya tahu kau selalu berusaha untuk keluarga. Tapi jangan jadikan anak sebagai pelampiasan. Entah itu kau sadar atau tidak. Saya bukan wanita yang sempurna, mama. Saya bukan anak yang suka emas, Ayah baru. Saya bukan baja, Ayah. Saya hanya manusia kecil yang berusaha lebih baik dari sebelumnya. Saya hanya anak yang bahagia melihat hewan dan alam hidup damai. Dan saya hanya segumpalan daging yang sangat bisa berdarah. Inikah cinta sejati untuk anak? Sepertinya, cinta sejati memang tidak berlaku bagi saya.

Sebut saja saya N.A.D dan ini kutukanku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

there is no freedom if you never fight

6 Comments

  1. Ndra Caesario berkata:

    keep going and stay alive inside..

  2. I know how it feels,,, sist…
    Keep strong !!!