Seberapa Jauh Kita Melangkah, Tidak Akan Pernah Ada Jalan Bersama

Di dunia ini, sulit sekali untuk mempercayai sesuatu. Tapi, meski tidak mudah untuk mempercayai apapun di dunia ini, ada satu hal yang setidaknya bisa kamu percayai saat ini, bahwa aku mencintaimu. Kuyakin, tentang hal itu, kamu lebih sering untuk tidak percayanya, ketimbang percaya. Tapi, kurasa waktu akan memberikan semuanya kepadamu kelak, atas apa-apa yang telah kubilang. Meski tidak dalam waktu yang cepat, dan bahkan belum tentu waktu tersebut datang, ketika kita masih setia berada di bumi ini.

Aku hanyalah hari-hari yang terus berganti dan berulang, mungkin bagimu. Tidak ada yang spesial. Terkesan biasa. Bahkan cenderung membosankan. Tapi, di tiap hariku saat ini, setidaknya aku selalu menyebutmu dalam percakapan. Kukira, untuk menyebut namamu, tidak mesti saat aku memanggilmu, kan? Angin menjadi saksi ketika namamu kusebut di tiap waktunya. Mungkin angin juga bosan untuk menyampaikannya. Untungnya, angin tidak seperti teman yang punya suara untuk mengeluarkan kebosanannya.


Tiap hari kamu sebut dia melulu. Kamu nggak bosan? Otakmu kayaknya harus direset deh.


Ada orang yang yakin bahwa mencintai itu tidak sulit, tapi bertahan, saat orang yang dicintai, mencintai orang lain, itu adalah bagian tersulit dari mencintai. Apa yang bisa didapatkan dari hal itu? Hanya hati yang di tiap harinya terus menjadi compang-camping. Sampai akhirnya, tidak ada lagi yang bisa disebut hati. Mencintai sepihak bukanlah sebuah cinta yang wajar. Karena, tidak peduli seberapa jauh kita melangkah, di ujung sana, tidak akan pernah ada jalan bersama.


Hati dan pikiranmu sudah compang-camping, dan kamu masih cinta dia? Luar biasa.


Cinta tidak harus memiliki. Ketika aku berusaha untukmu, maka bukan menjadi hal yang utama bahwa kamu juga akan mencintaiku. Sekalipun aku harus bertekuk lutut di depanmu, maka hal itu tidak menjamin apapun. Walaupun memang, aku jatuh cinta kepadamu sampai jungkir balik, bahkan hingga tersungkur beberapa kalipun, bukan menjadi persoalan bagimu, kan? Aku juga seseorang yang tahu diri, bahwa apa-apa yang kuusahakan, bukanlah sebuah usaha yang pantas untuk disebut sebagai usaha. Meskipun begitu, katanya, sebuah usaha, sekecil apapun, tidak akan pernah berakhir dengan buruk, ya? Iya. Hanya katanya.


Usahamu untuk dia sudah di luar batas. Kamu sudah terlalu keras mendorong dirimu sendiri.


Kadang aku bertanya, apakah mencintaimu haruslah sesakit ini? Padahal, katanya cinta bisa membuat orang tersedih sekalipun menjadi bahagia selamanya. Tapi ketika aku merasakan sakit dari mencintaimu, aku percaya, bahwa cinta juga bisa membuat seorang mati kelaparan ketika di sekelilingnya terdapat banyak makanan. Sekarang, aku hanya bisa menungguimu. Menungguimu dari kejauhan sini. Kamu tidak perlu menoleh ke belakang sini. Sebab tidak ada yang bisa kamu lihat di belakang sini, selain orang bodoh yang sudah mencintaimu selama ini.


Mau sampai kapan kamu berjuang untuk dia? Kamu ini cinta atau bodoh, sih?


Aku adalah seorang pengecut di depan kamu, orang yang sangat kucintai. Lalu, bisa apa pengecut seperti aku ini, yang selalu saja menyembunyikan rasa dalam tiap-tiap kata? Bagimu, aku hanyalah seorang pengganggu di tiap harimu, kan? Maaf, karena membuatmu jadi terganggu dengan hadirnya aku. Kelak, kalau memang akhirannya, bukan aku yang bersamamu, paling tidak, Tuhan mengetahui, bahwa aku tidak pernah bermain-main untuk mencintaimu. Terima kasih, karena telah mengajariku caranya memperjuangkan orang yang benar-benar dicintai. Dan dengan mencintaimu, aku jadi mengerti pula caranya belajar menerima hati yang begitu patah.

Terakhir, kamu harus mengetahui satu hal: Tidak ada hujan, tidak ada bunga. Sepertinya, memang begitu juga kepadaku, bahwa aku hanyalah hujan, yang secara rutin menyirami bumi. Kemudian, tiap kali hujan datang, kamu selalu berteduh atau tidak ingin keluar rumah. Lalu, ketika hujan berhenti, dan kamu keluar rumah, maka lihatlah sekelilingmu, ada berbagai tanaman yang hidup karena hujan. Begitulah aku, si hujan yang tidak diinginkan kehadirannya untukmu, tapi membawa kebahagian untukmu yang melihat tanaman tumbuh berkat si hujan ini.


Kamu tahu bagaimana luar biasanya matahari mencintai bulan? Ia rela memberikan sinarnya kepada bulan di tiap malam. Dan ia juga rela terbenam menjelang malam, agar bulan bisa nampak. Dan kamu tahu apa yang lebih menyakitkan dari hal itu? Sekalipun matahari memberikan sinarnya kepada bulan, meskipun matahari rela terbenam menjelang malam, agar bulan bisa nampak, bahwa sejatinya, bukanlah matahari yang membuat bulan bersinar. Yang membuat bulan bersinar, adalah malam. Jadi, sekeras apapun matahari berusaha, bulan tetap bersama malam.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Universitas Mataram | Penggemar Manchester United | Aktif di Twitter | Penulis Buku: Jomblo Ngoceh