Tak Perlu Kau Datang untuk Menghibur. Lukaku Akan Sembuh Seiring Jalannya Waktu

Saat itu, mungkin kita sedang sama kosong. Aku sepi, kamupun tak kuasa sendiri. Begitu halus kau masuk dalam hidupku. Mengisi hariku yang kala itu kelabu. Bicara masa depan, hingga memberiku harapan. Sampai waktu tak perlu lagi berpamitan. Untuk membawa kita dalam ruang kenyamanan. Lalu kau pun lupa bahwa di sana ada yang sedang menantikan. Orang yang juga pernah kau beri harapan.

Awalnya, kupikir kamu benar-benar jawaban dari doaku. Kamu orang yang tuhan kirimkan untuk menghapus air mataku. Bagaimana tidak? Jika ditarik ke belakang, perjumpaan kita yang tanpa sengaja mungkin bisa dikatakan sebuah skenario yang sempurna. Mulai dari doa yang pernah kupanjatkan di kota kelahiranmu, pertemuan kita di event kala itu, kata hatiku saat pertama melihatmu, warna baju kita yang kembar tanpa sengaja, dan kedatanganmu di sini, sebagai ganti atas kegagalanmu pergi ke kota yang jauh di sana. Bukankah semuanya nampak begitu rapi?

Hingga akhirnya kita dekat. Dan sampailah pada hari itu. Saat dimana aku merasa benar-benar jatuh hingga lupa caranya berdiri, ketika tak tau mulai dari mana harus kuteruskan langkahku. Sebuah pernyataan yang membuat semuanya seketika berbeda. Pernyataan yang membuat kita, tepatnya aku benar-benar harus merelakan semuanya. Bahwa aku dan kamu tak bisa lagi untuk bersama, karena ada yang telah menunggumu di luar sana. Tapi tetap saja kau memintaku untuk tetap tinggal. Kau tak mau aku pergi. Untuk mengambil sebuah keputusan, kupikir kau tak cukup berani. Jadi, biarlah aku yang mengawali. Satu yang harus kamu tahu, aku tak pernah pergi, hanya saja tak bisa di sana lagi, di hatimu. Karena kusadar, ku hanya pengisi waktu kosongmu.

Aku jadi ingat sebuah kata-kata “ada orang dalam hidupmu, ketika ia pergi, ia membawa separuh hatimu” … Iya, kamu telah melakukannya…

Yakin bahwa itu memang skenario? Mungkin tidak, lebih tepatnya itu sebuah kebetulan…kebetulan yang hampir sempurna. Ah, aku saja yang terlalu menghubung-hubungkan, terlalu tinggi harapan. terlalu cepat menyimpulkan semuanya. Aku salah…

Hari berlalu. Sedang aku masih sama, luka. Mencoba memungut kembali kisah yang tercecer, merangkainya menjadi sebuah bingkai episode yang indah, tentu hanya dalam angan. Berusaha kukelabuhi waktu, namun justru kuterbelenggu. Untuk apa kembali ke masa lalu? Begitu pikirku..

Aku tak pernah benar-benar mengerti, bagaimana waktu bekerja.Yang kutahu, ia terus berjalan tanpa peduli apapun yang terjadi. Waktu tak pernah mau ditawar. Kejam…begitu yang sering kudengar

Melupakanmu, tak terhitung berapa cara kulakukan. Tapi tak berhasil. Lukaku masih sama. Hingga akhirnya kupilih menyerah saja. Kubiarkan semua mengalir apa adanya. Karena kusadar, tak ada yang benar-benar bisa menyembuhkan lukaku, kecuali sang waktu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

menulislah, maka esok kamu akan lihat bagaimana dirimu saat ini