Ternyata Diri Butuh Revisi Agar Bisa Bersanding dengan Orang yang Diimpikan

Namanya cinta, kadang datang tak tepat, terlambat atau tak pernah datang sama sekali. Akan tetapi, biasa dipanggil luka karena berlebihan; berlebih mempercayai atau mencintai.

Advertisement

Itulah sedikit deskripsi mengenai cinta bagiku. Setiap orang punya cinta, rasa, dan suka. Entah terpendam atau diungkapkan. Saat ini mungkin bagiku cinta terlalu menyakitkan, karena terlalu sering jatuh dan patah. Mungkin bukan hanya aku saja yang pernah patah dan jatuh, banyak orang di sana mengeluh sakitnya terluka, pahitnya ditinggalkan sementara atau selamanya. Berlebihan juga jika aku saja yang mengeluh patah hati dan cinta selalu memiliki cerita sendiri.

1. Cinta Dunia Maya

Aku pernah mencintai seseorang, tak pernah berjabat tangan dan bertatap muka; sekadar memberi kabar “aku baik-baik saja dan aku mencintaimu.” Jika dipikir memang tak masuk akal, tetapi itu lah cinta, tak pernah tepat. Mencintai seseorang terlalu dalam dan jatuh terlalu dalam. Awal perkenalan yang sedikit menjijikkan, media sosial.

Aku bertemu denganmu waktu itu, kemudian saling bertukar kabar yang lama-lama menjadi debar yang tak karuan. Selanjutnya, aku terlalu berlebihan pada kabar yang sering kau berikan dan lambat laun berubah menjadi cinta. Ah, malu aku mengakuinya jika aku mencintaimu! Mencintaimu lewat kabar yang tak benar adanya, kemudian katamu kamu mencintaiku juga, lalu bagaimana bisa kau mencintaiku hanya lewat kabar? Mungkin itu pertanyaan bodoh yang dilontarkan, tak berkaca pada diri sendiri.

Advertisement

Kata orang, cinta hanya menyenangkan ketika di awal saja dan memilih sendiri endingnya. Aku orang baru yang mengenal cinta dan aku tak mempercayainya. Semenjak mengenal dia, hidupku sedikit berubah menjadi lebih baik. Berkaca darinya tentang kehidupan. Aku tak munafik, aku akui dia baik dalam hidupku dan hidupnya, sementara aku? Banyak cacatnya. Diam-diam aku mempelajarimu, bagaimana bertahan dalam pahitnya kehidupan dan diam-diam aku mencintaimu berlebihan dan aku harus memilih sendiri ending dari rasa yang berlebihan, ditinggalkan.

2. PHP ( Penikmat Harapan Palsu)

PHP sudah sering didengar di mana-mana, begitu pun aku yang mengalaminya, bedanya adalah aku seorang penikmat. Awal kata yang memiliki arti menyenangkan dan disandingkan dengan kata harapan, kemudian palsu; itu menyakitkan. Entah siapa yang harus disalahkan, ketika harapan-harapan itu muncul pada seseorang dan aku mengamininya. Sementara itu, dia hanya menebar harapan dan sekadar harapan.

Advertisement

Aku pernah menyukaimu, tidak, mungkin maksudnya sempat menyukaimu. Aku pendengar keluh kesahmu dan penghapus sedihmu. Aku hanya diam ketika aku mulai menyukaimu, yang kutahu kamu hanya menyayanginya. Ya, kau ternyata sudah bersanding lama dengannya. Ini bukan salahmu, karena kutahu sejak lama, aku hanya penghapus sedihmu tetapi tidak untuk bersanding dengamu. Mungkin aku yang perasa berlebihan, terlalu sensitif menerima rangsangan kasih darimu. Lalu aku biarkan diriku sendiri larut dalam rasa darimu.

Sungguh menyakitkan, kau datang dan pergi sesuka hatimu. Kau tak pernah bertanya padaku, bagaimana aku? yang kau mau sedihmu usai dariku. Lebih menyakitkan lagi aku menikmati itu, sangat menikmati harapan-harapan yang kau tebar. Sekarang hanya ada dua pilihan yaitu meninggalkan atau ditinggalkan, karena keduanya sama saja; sama-sama terluka dan aku harus mempercepat ending dari kisah yang kubuat sendiri.

3. Secret Admirer

Pengagum rahasia namanya, selalu duduk di belakang dan tak terlihat olehnya. Sebagian orang memilih menjadi pengagum rahasia daripada harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dia tak menyukaimu. Begitu lah ceritaku selanjutnya, menjadi pengagum rahasia kaos bernomor punggung enam. Entah bagaimana ceritanya, yang kutahu kau sedang beradu di lapangan sepak bola sore itu dan pesonamu menarik perhatianku. Tak mungkin juga bila kusebut namamu di sini, karena itu tak penting bagiku. Berkenalan denganmu saja belum ada nyali apalagi menyapamu.

Setiap hari aku hanya sekadar melihat postinganmu melalui Instagram, rasanya ingin kukirim pesan untukmu, tetapi aku masih saja tak ada nyali dan hanya melihat fotomu yang aku ambil diam-diam. Mungkin aku seperti penguntit atau penculik, bedanya aku hanya ingin menculik sepotong ceritamu yang kupahami diam-diam, bukan hatimu.

Menurutku dengan melihatmu nyata saja sudah menyenangkan apalagi berkenalan, ah sudahlah itu belakangan! Dan sekarang aku harus berhadapan dengan nyata, bahwa kau yang kukagumi sedang mengagumi sosok lain. Tak apalah, kau dan aku sama-sama sedang menunggu, menunggu yang sama-sama menunggu juga; menunggu dia yang kau tunggu putus dan kau yang kutunggu berpaling hingga akhirnya bosan dan melangkah pergi.

Begitu banyak cerita jatuh dan patah, mungkin itu yang melukai paling dalam. Tuhan menegurku dengan pelan tapi menyakitkan, dengan mematahkan hatiku perlahan- lahan. Tenang saja, aku berusaha tak menyalahkan orang-orang yang sempat kusukai dan kucintai. Pertanyaannya sekarang “Mengapa mereka memilih meninggalkan meski telah dimiliki atau sebelum memiliki?”

Ternyata diri butuh revisi.

Aku mulai berpikir “diri butuh revisi” dan sekarang waktunya memantaskan diri untuk bersanding dengan orang yang diimpikan. Memantaskan diri menurutku adalah cara terbaik untuk mengobati segala sakit hati, sehingga tak banyak orang yang tersakiti. Semua orang pasti menginginkan orang yang sempurna untuk masa depan, begitu juga aku. Berwajah tampan, mapan, seiman, dan saleh; itu calon masa depan.

Kata orang, jodoh adalah cerminan diri dan kata orang lagi; yang belum baik akan bertemu dengan yang pandai memperbaiki. Saat ini aku belum menemukan seseorang yang terbaik, mungkin karena aku belum menjadi sesosok yang baik. Jujur saja, terkadang diri sendiri tak tahu harus berbuat apa untuk menjadi seseorang yang pantas untuk orang lain, sehingga aku merasa belum pantas dan tidak ingin bersanding dengan laki-laki serta tak ingin terluka lagi dan lagi. Apakah aku harus berubah seperti wanita itu? Yang cantik, berkulit putih, cerdas dan percaya diri? Ah, menjadi diri sendiri saja sudah susah apalagi menjadi orang lain? Cukup jadi cerminan saja untuk memperbaiki diri.

Di sisi lain, aku ingin bertemu dengan orang yang pandai memperbaiki, mengubah aku dan sifatku; meskipun sifat tak bisa seutuhnya berubah dan hilang begitu saja. Hanya dengan memantaskan diri, aku bisa bertemu dengan orang yang disemogakan dan kadar patah hati pun berkurang. Mungkin dengan memperbaiki iman seperti wanita-wanita di luar sana yang berpegang teguh pada agama, memperbaiki perkataan yang tak sengaja menyakiti hati orang, dan mengubah pandangan terhadap laki-laki bahwa tak semua laki-laki itu sama.

Akan tetapi, jangan terlalu meninggikan standarmu apabila dirimu belum pantas, supaya mereka yang meilhatmu tak memandang sebelah mata hanya karena standardmu yang tinggi.

—— Sekarang Tuhan memberi waktu untukmu sendiri, tetapi bukan juga untuk menyalahkan diri karena ditinggal pergi, melainkan revisi diri. ——

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Biarkan aku bercerita dengan rasa, entah itu nyata atau hanya asa.

CLOSE