Teruntuk yang Pernah Kusayangi Diam-Diam, Berbahagialah Kau Dengannya

Setelah semua perasaan mengudara dan sedikit sakit yang kurasa. Ah, tidak sedikit rasanya, banyak, atau cukup dalam. Mau tidak mau aku harus berhenti sejenak, menata kembali apa rencanaku kedepan. Setidaknya setelah kamu pergi.

Iya, pada akhirnya kamu yang sering ku ceritakan diam-diam sudah menentukan pilihan. Dan aku bukan yang ada dalam pilihanmu. Jangan ditanya bagaimana sesaknya saat yang kutakutkan terjadi. Aku harus menerima takdir, takdir jika ternyata memang benar perasaan ini sia-sia. Bahkan memang sudah sepantasnya ini diam-diam saja tanpa terungkap.

Dan untuk hati yang kamu pilih, salahkah jika aku berharap dia takkan menyakitimu? Aku harap dia menjagamu. Aku harap dia tidak menyia-nyiakan apa yang tak bisa ku dapatkan. Aku ingin mimpimu terhadapnya dapat terwujud. Aku ingin hatiku percaya, jika aku merelakanmu di tangan yang tepat.

Tak terasa ternyata sudah terlalu lama aku menjagamu diam-diam. Aku bahkan masih hafal semua hati yang pernah kau singgahi hingga akhirnya kau menentukan pilihanmu ini. Aku bahkan masih ingat semua pertemuan kita yang membawaku semakin dalam ingin memperhatikanmu diam-diam. Aku ingat bagaimana hatiku selalu berujar lirih "aku ingin kamu bahagia ". Sampai aku sendiri tak sadar perasaan itu mengerak, bersarang dengan kuat. Membuat satu hunian sendiri dalam hati. Sejauh itu sudah aku melewatinya.

Dan saat semua mengudara, mau tak mau harus kucabut paksa kerak dalam hati ini. Dia harus pergi karena dia bukan yang terpilih. Ya, hunian tersebut berantakan. Bahkan aku belum ingin membersihkannya. Terlalu pilu jika ku ingat pernah ada yang bersarang disana. Tak kuijinkan satupun menyentuhnya, biarkan berantakan..

Harus kuakui ini sulit, aku serasa pasrah mengalir terbawa arus. Kemana saja asal pilu itu tak terasa. Aku tau tak seharusnya aku seperti ini. Apalah daya, hatiku belum menginginkannya pergi. Tapi tekatku sudah bulat, aku ingin membiarkannya lepas. Masalah pilu, seperti biasa, aku percaya waktu penawarnya.

Kepadamu yang selalu jadi cerita diam-diamku, maaf jika hati ini berlebihan. Berjanjilah satu hal, perjuangkan hati yang kau pilih tersebut. Pilu yang kurasakan ini adalah taruhannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menyendiri tapi takut sendiri

19 Comments

  1. Derryn berkata:

    ijin share

  2. Arie Pebri Purba berkata:

    betul betul betul