Tuhan, Mentari, Bulan dan Sebuah Kota

Kota itu mulai sejuk kembali, setelah seharian di goda sang mentari. Sang mentari yang sangat genit saat siang tampaknya mulai kalem, sepertinya ia kelelahan. Perlahan-lahan dia memilih terbenam. Pelan tapi pasti warna yang cantik itu pun berubah menjadi gelap, hitam. Tapi Tuhan tak membiarkan kota itu hanyut dalam arus pekatnya malam, Dia menitipkan sang bulan yang manis untuk menemaninya melewati malam yang kadang dramatis.

Advertisement

Sang bulan selalu ada, tapi mentari terlalu menyilaukan sehingga bulan tak begitu terlihat. Mentari dapat membuat penduduk kota mempercepat langkah kaki mereka, memperlambat, bahkan berjalan beriringan dengan sang mentari. Lalu bulan, dia suka mengingatkan penduduk kota bahwa sudah waktunya pulang ke rumah.

Kau tahu, kaulah mentari itu. Tuhan membuatmu bersinar terang didepan mataku.

Aku tak mau melihat yang lainnya, mereka tak seterang dirimu.

Advertisement

Buta lah aku oleh sinar itu, aku lupa, bahwa kau adalah mentari, kau adalah mentari yang bersinar terang bukan hanya untukku, bukan hanya untuk kota itu, tapi untuk kota yang lain juga. Lalu lenyaplah terang itu, hidupku seakan hanya ada malam, malam , dan malam.

Kotapun berawan. Awan mengaburkan pandanganku akan sesuatu. Sesuatu yang bercahaya terlihat menyembul di baliknya, tapi dia tak seterang mentari. Aku mengenalinya, dialah bulan. Bulan pun menyapa, aku bisa melihat cahaya lembut nan manis nya itu, cahaya yang selama ini tak ku hiraukan, cahaya yang ku pikir hanyalah penghias, tapi tak menyadari bahwa dia selalu ada. Malam pun tak lagi kelam dan pekat, ada bulan yang selalu datang menemani. Bulan itu adalah dia, seorang dari masa lalu yang hadir dalam hidupku dengan sebuah status hubungan bernama Persahabatan.

Advertisement

Bulan membuatku sadar bahwa, mungkin kehadiran mentari dapat membuatmu buta oleh cintanya. Langkah yang telah kau tempuh bersamanya mungkin tak terhitung lagi, tapi ombak waktu sanggup membuyarkan dan menghapusnya. Sementara bulan, dia menerangimu dengan cahaya nya yang lembut, dengan kasih seorang sahabat, dia tak kan pernah membiarkanmu sendiri, sedang bahagia kah kau atau sedang sedih kah kau, dia ada.

Biarkanlah mentari menjadi bagian dari memori hidupmu dan biarkanlah bulan juga berpartisipasi didalamnya. Karena tak baik jika cahaya terang dari jauh kau lihat dan rasakan sementara cahaya lembut dari dekat kau menganggapnya tak terlihat lalu diabaikan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

menggilai Sherlock Holmes , Shinichi Kudo, dan Kuroba Kaito

CLOSE