Tulisan dari Aku yang Terlalu Rindu Celotehmu Dulu

Engkau serupa denting lirih piano yang mengetuk sanubari

Advertisement

Perlahan namun pasti

Menyentuh lembut kalbu sembari menanam benih rindu

Engkau serupa kesejukan embun pagi

Membeku ditengah riuh

Meneduh dikala jenuh’

Engkau serupa sajak tanpa jeda, tanpa cela

Advertisement

Yang dibisikkan perlahan namun menghujam

Sedang aku hanya pemuja yang akan selalu menuliskan namamu, melukiskan pesonamu

Advertisement

Hai! Bagaimana kabarmu, kekasih. Seseorang yang dikasihi hati. Seseorang yang selalu digilai hati. Seseorang yang senyumnya selalu ku rindui. Seseorang yang ku kagumi namun hanya bisa ku pandangi sebatas punggungnya saja.

Jika merinduimu adalah sebuah kesalahan, aku tidak ingin ada pembenaran atas itu

Hari ini rinduku telah sampai pada tenggorokan. Hampir ku muntahkan namun harus ku telan kembali karna lagi lagi kamu belum juga bisa kutemui. Rindu ini telah sampai di ubun ubun, hampir pecah rasanya menembus kepala. Akhirnya ku putuskan untuk menulisnya saja.

Kasih, jika kau ingin tahu seberapa rindu ini memenuhi tubuhku, coba kau hitung setiap jeda dari kalimat yang aku tuliskan. Aku hanya mewakilkannya sebagai seratus. Kalikan saja, dan kau akan tahu betapa rindu ini sudah berdesakan di setiap inci kulitku, disetiap mili darahku. Tidak usah takut aku kesakitan. Karna, sesakit apapun itu akan tetap terasa indah jika tentang kamu.

Sampai pada detik ini, banyak sekali orang yang bertanya bagaimana tentang aku dan kamu. Aku hanya mampu tersenyum, senyum—yang jika bisa mereka baca—yang berarti “entahlah”. Aku masih menikmati ini, kasih. Setiap butir rindu yang ada. Setiap perasaan bahagia setiap kali melihatmu. Setiap senyum sederhana setiap kali mendapati pesanmu. Sesekali aku memang merasa jenuh, ketika kamu begitu acuh. Tapi sudahlah, aku tahu bahwa aku tak berhak sedikitpun atas waktumu.

Dan kita berada di titik dimana kita sama sama tahu. Kamu tahu jika aku menyukaimu, tapi kamu memang sedang tidak ingin peduli akan itu karena kamu tak punya waktu. Aku pun begitu, tahu jika kamu tidak sedang ingin peduli, tapi aku terlanjur menyukaimu! Jadi biarkan saja. Biarkan kamu dengan ketidakpedulianmu, dan aku dengan perasaanku. Biarkan waktu yang menentukan akhirnya, kau yang akan jatuh cinta, atau aku yang akan lupa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka langit senja Penyuka langit fajar Pengagum langit biru Mencintaimu dan penciptamu

3 Comments

  1. Fitry Ferianity berkata:

    Suka, pilihan diksinya manis ^•^

CLOSE