Untuk Mama, Dari Anakmu yang Sedang Merantau Demi Masa Depan

Hai mah, boleh aku bercerita? Boleh aku berbagi keluh kesah denganmu? Izinkan aku mengungkap semuanya lewat tulisan ini.

Advertisement

Sekarang aku disini. Masih disini. Sampai 2 tahun lamanya lagi. Orang bilang ini adalah kota istimewa. Mama bilang ini adalah kota pelajar. Kota yang kental dengan adat jawa nya.

Yogyakarta.

Tak terasa sudah lumayan lama aku merantau di kota ini. Kota yang dulu terasa asing untukku dan tak pernah menjadi mimpiku untuk bisa menuntut ilmu disini. Semua itu masih ada sampai takdir dan doa mama lah yang akhirnya bisa mengantarku sampai kesini hingga sekarang.

Advertisement

Bukan bermaksud untuk mengeluh padamu. Bukan juga agar mendapatkan perhatian darimu, ma. Namun hanya inilah caraku untuk setidaknya mengungkapkan apa yang aku rasakan ketika cerita curhatan ku tak mau mama dengarkan lagi. Iya, mama mau membaca tulisan ini saja sudah cukup untukku.

Sekarang aku sudah menginjak semester 4 di perkuliahan. Selama itu, aku merasa tidak mampu melakukan apapun. Setiap hari hanya ada kegiatan kuliah-pulang. Orang bilang itu mahasiswa kupu-kupu. Aneh rasanya. Kota ini memang istimewa, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menjadi mahasiswa istimewa.

Advertisement

Mereka yang dikarunia otak jenius, mungkin tidak perlu khawatir dengan IPK mereka karena mereka sibuk dengan belajar dan menciptakan sesuatu dengan otak pintarnya. Mereka yang pandai berbicara dan bersosialisi, mungkin menyibukkan diri dengan berorganisasi di kampus. Dan mereka yang mempunyai bakat ataupun hobi, mungkin akan mengikuti banyak UKM di kampus. Semua mahasiswa masing-masing mempunyai hal yang nantinya membuat mereka menjadi istimewa.

Tapi tidak denganku. Dibilang otak jenius? Dari dulu otak pas-pasan sudah melekat di kepalaku. Pandai berbicara? Aku termasuk orang yang tidak suka berbicara banyak dan lebih individual. Punya hobi? Sampai sekarangpun aku tidak tau hobiku sendiri. Begitupun dengan bakat. Tidak ada yang bisa membuatku istimewa.

Aku hanya bisa berjalan lurus, mengikuti arus yang ada untuk bertahan disini sebagai mahasiswa. Namun semua itu membuatku seperti orang yang tidak berguna. Tidak ada waktu yang aku lakukan hanya untuk sekedar menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat.

Dari awal kuliah sebenarnya ada niat untuk setidaknya mencoba berorganisasi. Tapi, hal itu tidak bisa aku lakukan. Aku butuh fasilitas kendaraan untuk setidaknya mempermudah kegiatanku nanti. Dan lagi-lagi, mama tidak mau memberikan fasilitas tersebut. Sudah berapa banyak aku mengeluh tentang hal itu padamu ma. Yang aku minta hanya fasilitas yang telah mama janjikan dulu di awal perkuliahan. Aku hanya menagih apa yang mama janjikan dulu padaku. Tapi mama selalu mengelak dan seperti malas untuk mendengar itu semua. Aku hanya ingin memiliki kegiatan yang memberiku pengalaman nanti. Aku geram ketika mereka bilang aku hanya berangkat kuliah kemudian pulang, kuliah dan pulang lagi. Terus seperti itu. Tanpa melakukan hal yang berguna di masa-masa menjadi mahasiswa ini. Mereka meledekku dengan kenyataan yang benar. Dan hal itu membuatku menjadi mahasiswa yang pemalas.

Kalaupun nantinya aku tidak memilih kegiatan di kampus, ada kesempatan lainnya untuk sekedar kerja part-time. Aku tidak masalah melakukan itu selama pekerjaan itu bisa aku kerjakan. Bahkan menjadi tukang cuci piring pun aku tidak masalah. Toh nanti uang yang aku dapatkan nanti sedikit bisa meringankan untuk mama. Dan kalaupun aku tidak melakukan 2 kegiatan tersebut, setidaknya aku bisa main keluar dengan berkeliling dan menikmati kota ini.

Tentu gak enak ma, hanya melakukan kuliah dan pulang saja. Di kost pun terkadang aku hanya tidur atau memainkan laptop. Itu membuatku seperti anak kuper. Untuk sekedar membeli sesuatu pun, aku harus meminta bantuan temanku untuk mengantarku. Aku benci itu sebenarnya. Aku termasuk orang yang tidak mau merepotkan orang lain untuk hal-hal kecil. Namun nyatanya selama kuliah ini, aku selalu merepotkan teman-temanku. Betapa aku benci diriku sendiri sampai sekarang.

Semua batasan yang mama ciptakan, semuanya malah membuat aku seperti orang yang tak berguna. Semuanya malah buat aku jadi sulit untuk melakukan apapun. Dan semuanya, malah menjadikan aku tidak nyaman hidup sendiri di kota ini. Iya, karena mama tidak pernah mau mendukung apa yang ingin aku lakukan.

Maaf, bukan aku tidak bersyukur dan tidak berterima kasih dengan apa yang kamu berikan selama ini. Aku hanya menyampaikan kekesalan ku pada mu yang sebenarnya ingin sekali aku ceritakan padamu tapi rasa malas untuk menceritakannya muncul karena aku tau semuanya pasti tidak akan merubah apapun.

Ma. Terima kasih dan Maaf.

Semoga kau sehat selalu.

Dari anak tak bergunamu yang sedang menagih janjimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

27 Comments

  1. Terkadang kita mengerti ridak semua yang kita inginkan harus kita miliki.

  2. Memangnya jarak antara kos sama tmpt kuliah sberapa jauh? Gk bisa ditempuh dgn transport umum ya? Temen q jg ada kok yg sampai 6 semester lamanya (kalau gk salah) gk dikasih fasilitas motor, kosnya pun lumayan jauh tp bisa setiap hari pergi ke kampus untuk aktif kegiatan UKM, sampai2 mengemban amanah jd ketua ini dan ketua itu. 😀

    Mgkin ortumu jg lg mengusahakan fasilitas itu, buktinya beliau kan sudah sampai janji, brarti beliau pun sdh ada niat. Tp mgkin ada kendala yg gk bisa diceritakan, hehe

    Oh ya, gk boleh loh punya rasa lebih gk enaknya ke temen ketimbang gk enak sama ortu sendiri. Padahal sdh banyak loh hal yg sdh diberikan ortumu ke km. 🙂

  3. Naufalul Ikbar berkata:

    Kok ngeluh gini sih. Kehidupan kuliah dibawa enjoy dong. Kalau orang tua beluk bisa memberikan apa yg kamu inginkan, jangan terlalu menuntut.
    Aku bahkan yg kuliah di Jakarta yang notabenya macet parah, kemana mana juga pake kendaraan umum. So jangan jadikan semua itu menjadi alasan doang untuk menghalangi kegiatanmu di kampus.

  4. Nona Winda berkata:

    Untuk Ratih Nurul Hidayati.
    Salam hangat sesama mahasiswi.

    Beginilah kehidupan merantau. Sulit. Keras. Bahkan saya mengalami banyak hal yang jauh lebih menyakitkan daripada kamu. 8 tahun di perantauan, pulang hanya sekali dalam waktu 8 tahun tersebut. Itupun hanya seminggu di sana. Dan, selama 8 tahun itu saya pernah tinggal dengan saudara, yang selalu mengekang kebebasan dalam sebagian besar aspek kehidupan saya. Selama itu pula saya jarang sekali menghubungi orangtua.

    Maaf, saya jadi curhat di sini. Namun, ketahuilah, menjadi anak rantauan itu menjadikan kita kuat dan tangguh. Dengan tidak terpenuhinya semua permintaan kita, kita akan belajar untuk memahami apa arti berusaha, berjuang, dan ikhlas, bahwa tidak semua hal yg kita inginkan itu akan terpenuhi. Bahkan, mungkin, Allah tidak mengizinkanmu untuk memiliki motor, karena mungkin, saat ini hal tersebut bukan yg baik bagimu. Bisa saja, jika kamu punya motor, kamu terus keluyuran, dan kuliahmu terbengkalai. Seandainya. Ini hanya perumpamaan. Mungkin Allah menjagamu dari hal hal yg tidak diinginkan, seandainya kamu memiliki motor. Selalu berpikiran positif ya, Allah punya rencana terbaik untuk kita, meskipun kita harus melalui masa masa sulit. Tinggal menunggu waktu.

    Adapun Ibumu yg seperti tidak mengacuhkan permintaanmu untuk memiliki motor. Kamu tau bagaimana perasaan Ibumu? Sudahkan kamu berbicara dari hati ke hati dengan beliau. Saya yakin, Ibumu pasti menyembunyikan semua kesulitan ekonomi, rumahtangga, dan segala halnya darimu. Mengapa? Agar kamu kuliah dengan tenang, tidak mengkhawatirkan keadaan keluargamu yang jauh di kampung halaman sana. Mungkin, Ibumu diam diam meminjam uang untuk biaya kuliahmu, bahkan untuk biaya makan sehari hari untk keluarga, Ibumu mengeluh. Tetap tidak di hadapanmu, tidk di hadapan adik atau kakakmu. Dia tetap menjalani kehidupannya dengan tegar, demi kalian, anak anaknya.

    Orangtua kita luar biasa. Allah mengirim mereka untuk menghadirkan kita ke dunia ini, menjaga kita dan menjadikan kita hingga seperti saat ini. Ridha Allah adalah ridha orangtua, jadi lakukanlah yang terbaik untuk orangtua kita, terutama ibu.

    Semoga kamu bisa memahami sisi lain hati Ibumu ya, Ratih. Tetap semangat kuliahnya, ini adalah pengabdianmu kepada orangtuamu, yang masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan jasa jasa mereka sejak kita lahir hingga sekarang.

    Dan untuk mengisi kekosongan kegiatanmu, cobalah untuk keluar kosan. Ga mesti minta tebengan, jalan kaki cukup. Ga mesti ditemani, sendiri pun tak apa. Innallaha ma’ana. Allah selalu bersama kita. Lihatlah dunia, walu masih sebatas di luar kosanmu, kamu akan melihat betapa masih banyak orang yg kekurangan, betapa masih banyak orang yg ingin bertukar tempat denganmu, tetapi mereka tidak mengeluh. Mereka selalu bersyukur, dan mereka selalu bahagia dngan segala kekurangan yg ada.

    Di hari hari berikutnya, kamu bisa berjalan lebih jauh lagi. Melihat, menghayati, memberi, maka seulas senyum akan terkembang di bibirmu. Semakin lama, semakin merekah!

    Don’t give up, just cheer up!
    La tahzan, Innallaha ma’ana.

  5. Sabar. kamu hanya belum punya cukup kesabaran dan ketabahan.

  6. bisa kuliah ajj syukur…
    ikut organisasi dll tidak harus memiliki fasilitas.. sesama anggota pasti akan support..

    karna itu yg saya alami.. kuliah dgn uang bulanan yg bisa dikatakan kurang dan jauh dr uang bulanan teman2 tp bkn berarti itu jadi penghalang untuk berkarya…
    there is a will that there is a way..

    Jesus bless

  7. Jangan berprasangka buruk dulu. Mungkin mama mu juga sedang mengusahakan apa yang telah dijanjikan kepada mu. Mungkin ada kebutuhan yang lebih penting dibanding apa yang sudah dijanjikan kepada mu. Tapi percayalah, bahwa orang tua selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Bahkan ketika mama mu tak punya cukup uang, pasti mama mu tetap menjadikan mu prioritas utama. Mama mu bahkan bisa ikhlas mengirimkan semua uangnya kepada mu demi membuat mu tetap hidup di tanah rantau. Sedang mama mu sebisa mungkin didalam keterbatasan untuk tetap bertahan dikampung halaman. Anggap saja semua perjuangan mu saat ini akan jadi cerita indah kelak dikemudian hari. Tak perlu mengeluh sama mama. Mama mu sudah terlampau lelah hanya untuk mendengar keluhan mu.

CLOSE