Untuk Mereka yang Kusebut Keluarga di Perantauan

Kota kelahiran memang tempat terbaik, tapi ada harapan yang harus kuselesaikan di perantauan. Ketika merantau pertama kali tidak berjalan seperti apa yang aku duga. Bersama waktu aku melukis cerita di kota perantauan dan kalian yang selalu di hati.

Homesick biasa dirasakan oleh pejuang di perantauan. Rumah memang memiliki daya tarik, kerinduan akan kisah-kisah di kampung halaman. Begitupun seiring berjalannya waktu, rasa beruntung mulai terselip dengan fragmen kehadiran mereka, "keluarga baruku". Mencintai dan dicintai yang tak membuat kesepian berada jauh di sini. Kehadiran mereka yang kusebut keluarga menjadi pelipur lara. Mulai dari perkenalan, bercengkrama, bercanda tawa hingga titik terburukku sekalipun.

Di kota ini aku melewati perjalanan hidupku bersama mereka tempat ternyamanku. Bersama mereka kutemukan kebahagiaan.Tempatku bercerita ketika bingung menentukan pilihan dan mereka tak enggan menjadi telinga terbaik buatku. Sifat yang mengayomi dan membentukku menjadi pribadi yang bertumbuh dewasa. Dalam diam, mereka menunjukkan bagaimana seharusnya bersikap. Aku bersyukur menjadi bagian dan bertumbuh bersama mereka.

Mereka menjadi tempat diskusi terbaik, tentang apa saja mulai masalah cinta, persahabatan dan pekerjaan. Mereka selalu menenangkanku dengan cara yang tak pernah terpikirkanku sebelumya. Ketegasan mengungkapkan apa yang ada dipikiran dan membuka mata. Meskipun selalu ada, mereka tak ingin aku menjadi sosok yang manja. Ya tepat sekali, tak ada alasan tak punya kemampuan.

Harapanku pun menjadi kenyataan. Susah senang kehidupan di tempat aku berjuang tak perlu dikeluhkan. Bersyukur bertemu orang-orang tepat dan di saat yang tepat. Jika segala sesuatu bisa dilihat dari kacamata yang indah, maka ajari aku.

Terimakasih buat kasih dan kebersamaan ini. Tetap menjadi berkat dan yang terbaik.

Aku mengasihi mereka.