Untukmu Lelaki yang Meminta Ikhlasku Untuk Melepasmu

Disini di jalan yang sama yang pernah kita lewati bersama, ku beranikan diri untuk melewati jalan itu lagi sendiri, kupikir aku akan sanggup namun ternyata hatiku masih belum cukup kuat, tangis ini memaksaku untuk menepi dari jalan itu. Sepanjang perjalanan bayangan kenangan dulu bersamamu seakan mecabik-cabik hatiku lagi.

Sudah hampir 1 tahun semenjak kau meminta ikhlasku untuk melepasmu. Tapi ikhlas itu tak semudah kau memintanya. Bukan berarti aku tak berusaha, bukan, hanya saja waktu yang kubutuhkan tak secepat itu, aku yang harus menahan tangis di depan mereka, berusaha menyibukkan diri dengan setumpuk kerjaan, bahkan pergi ke tempat dimana yang aku rasa setidaknya dapat kutinggalkan rasa sakitku dan sedikit lupa akan semuanya. Tapi semua seakan hanya mampu menenangkanku sejenak saja.

Masih teringat jelas maghrib itu, saat kamu datang untuk meyakinkanku dan berulang-ulang meyakini hatiku. Tanpa kusadari akupun hanyut dalam setiap janji, dan harapan palsu yang kamu tawarkan, sampai akhirnya kamu memberikan komitmen itu, kesepakatn antara keluarga sudah ada dan waktunyapun sudah ditentukan.

Bahagia, sangat-sangat bahagia sampai membuatku lupa bahwa janji dan harapan itu keluar dari mulut manusia yang belum tentu benar. Saat itu aku yang merasa menjadi wanita yang paling bahagia, kamu yang mengekang dan membatasi setiap kegiatanku, kamu yang selalu berkata manis, tapi tetap ku turuti karena saat itu aku hanya berfikir ingin menjadi calon istri yang baik buatmu.

Siang itu, apa yang selama ini ku takuti akhirnya terjadi, kejadian dimana kamu memutuskan semuanya hanya lewat sms dengan kalimat yang simple namun cukup membuatku dalam sekejap seperti mimpi buruk di siang hari.

“saya mohon keikhlasanmu melepasku” just say it, so simple.

Di ujung sujudku tangis itu tak bisa kutahan, aku menangis sejadinya, aku mencoba untuk mengeluarkan semua padaNya. Sakit, kecewa, sesak, perih, kata-kata ini tak mampu menggambarkan bagaiman perasaanku saat itu.

Di kesunyian malam saat orang terlelap dengan mimpi indahnya, saat mereka melepas lelah , aku masih sering terjaga bahkan terbangun dalam tidurku, ingin rasanya aku meneriakkan sesak yang ada dalam dadaku, tapi sungguh lidah ini terasa kelu tak mampu berucap.

Entah sampai malam keberapa akupun tak tahu, karena yangku tahu hanyalah “Aku Merindukannya”

Di postinganmu menunjukkan betapa behagianya kamu dengan wanita pilihanmu, hingga pernikahanpun sudah direncanakan. “Allahu Rabby, semudah inikah untuknya menggantikanku?

Atau memang “Wanita” itu sudah ada sejak aku masih bersamanya?

Semudah itukah baginya memeluk cinta yang lain, setelah sebelumnya itu dengan denganku?

Secepat inikah dia merencanakan pernikahan dengan “Wanita” itu, sedangkan sebelumnya rencana itu denganku?

Semudah dia membatalkan rencana bahagia kita, semudah dia meminta ikhlasku untuk melepasnya, dan semudah itu pula dia melupakan dan berbahagia dengan “Wanita” lain.

Buatmu, Aku mungkin hanyalah seorang perempuan yang telah kau ganti, perempuan yang saat ini kau campakkan, dan kau sakiti bahkan tanpa pernah berfikir bagaimana aku setelah kau seperti itu. Jika kekuranganku yang jadi alasanmu untuk tak berperasaan seperti ini, bukankah sebelum kau kuizinkan masuk dalam hidupku telah ku jelaskan bagaimana aku dengan segala kekurangan dan kelemahanku?

Jika masa laluku yang kau salahkan, bukankah juga telah kuceritaka bagaimana aku dan masa laluku, bagaimana orang memandangku, bagaimana mereka yang membenci itu menilaiku, dan betapa buruknya bisikan-bisikan mereka yang iri?

Sama sekali tak terfikirkan, ternyata kau menjadikanku salah satu diantara mereka (perempuan) yang menangis sakit karena kebohonganmu. Mereka yang kau tinggal tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Suatu saat, entah dengan kejadian, atau dengan cara apa, kamu pasti mengerti,, ini hati bukan tisyu yang habis kamu pakai bisa kamu buang, tanpa pernah berfikir setidaknya itu pernah membersihkan keringatmu. Ini hati, bukan benda mati yang tak bisa merasakan sakit.

Jika kamu bahagia, akupun juga sama hanya saja ada yang berbeda, kebahagiaanku tak akan mengorbankan hati dan perasaan orang lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

menulis adalah cara seseoarang mengekspresikan suasana hati

3 Comments

  1. Putry Ningsih berkata:

    May tulis artikel gmna caranya ya