Untukmu yang Sudah Tak Bisa Aku Genggam

Terimakasih untuk segala waktu, kenangan, pengorbanan, dan berjuta penbelajaran yang telah kau berikan di dalam hidup ini. Setidaknya hidupku telah berwarna hampir 2 tahun ini, walau harus ku sadar warna itu tak selamanya tergoreskan dengan cerah namun juga ada yang gelap dan kelabu.

Advertisement

Aku sangat mencintai kota mu ini, sampai kau datang dan menggoreskan ingatan luka di setiap sudutnya. Bagaimana tidak, kamu selalu mengajak ku berkeliling kota ini dari tempat yang hanya pernahku dengar lewat TV sampai tempat yang bagi ku asing. Seolah semua sudut kota ini telah kita jelajahi bersama, mungkin aku sangat senang saat itu tapi aku lupa pada suatu hal yang akan terjadi di penghujung kisah ini.

Ya, sekarang seolah semua sudut kota ini memberikan bekas ingatan tentang kejadian-kejadian masa itu. Mulai dari rel kereta, gor, tempat makan, bahkan lampu merah sekalipun. Mungkin terkesan berlebihan tapi inilah yang ku rasakan. Layaknya seorang seniman, ternyata banyak hal yang telah kamu ukir, dan ukiran mu sukses menyisakan kerinduan yang rasanya ingin kembali ke masa itu, dimana kamu masih menjadi kamu yang dulu. Kamu tahu pasti maksud aku ini.

Kali ini aku terlalu kecewa, bahkan janjimu yang terkahir ingin datang dan menemaniku tak mampu kau wujudkannya. Namun aku tak marah karena aku tau ini pasti terjadi. Terima kasih.

Advertisement

Hari lepas berlalu, aku memang rapuh berkali-kali aku kembali padamu. Tapi untuk kali ini aku sudah benar-benar habis atas kerapuhan yang selama ini aku rasakan. Aku hanya ingin bahagia, hanya itu tanpa kembali jatuh dan terjatuh lagi. Mungkin kamu mengira aku membenci mu, tapi percayalah rasa yang aku miliki kepada mu lebih besar dari rasa kecewa ku, sehingga tak ada kata benci. Aku hanya butuh waktu untuk benar-benar mengikhlaskan mu, seperti permintaan ku terdahulu aku ingin tetap menjadi temanmu.

Jujur, seringkali aku goyah. Aku tak bisa menahan egoku. Namun sampai kapan ini akan terus berulang? Saat ini aku hanya ingin menjadi diriku yang dulu, saat sebelum mengenal mu. Diri ku yang mampu kuat, tegar, dan mandiri. Aku yang tak bergantungan dengan satu orang. Karena ketika aku bisa seperti dulu, ketika aku bisa kuat kenapa aku mesti lemah? Walaupun pura-pura kuat itu melelahkan fisik dan psikis ini.

Advertisement

Aku tidak menyalahkan mu, aku tidak menyesal mengenal mu, aku justru bangga sempat bersama sosok hebat yang selalu berjuang membahagiakan wanitanya. Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, lebih bertanggung jawab dengan segala ucapan dan perbuatan mu, lebih bahagia dan bisa menjaga perempuan mu lebih baik dari pada aku.

Terima kasih untuk waktu yang telah kau berikan. Disaat tulisan ini berakhir aku ikhlas melepasmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE