What’s Not So Good About Gili

Mungkin, pengalaman paling tidak menyenangkan yang saya rasakan selama berada di Gili adalah catcalls. Karenanya kegiatan jalan-jalan kami menyusuri pulau, utamanya Gili Trawangan, jadi terasa kurang nyaman. Bagaimana tidak, setiap gerombolan penduduk laki-laki di depan café atau bar selalu iseng menggoda.

Advertisement

Lucunya, karena penampakan Ve yang menggunakan hijab, kami banyak menerima godaan berupa salam. Setiap kami lewat, mereka selalu menyahut “Assalammualaikum” diikuti dengan komentar iseng lainnya. Pada awalnya Ve masih menjawab salam dengan lamat-lamat. Tapi, setelah berjalan cukup jauh sembari terus-menerus menerima godaan dari para laki-laki kurang kerjaan, saya dan Ve sama-sama jengah. Kami mendiamkan mereka.

Merasa tidak dihiraukan, beberapa mulut catcalls semakin kurang ajar. Ada salah satu dari mereka yang berujar, “Astaghfirullah, Mbak. Kok nggak dijawab salamnya, masyaAllah! Kafir ya, Mbak!”. Rasanya saya ingin sekali menjejalkan mulut mereka dengan pasir pantai. Suatu ketika saya tidak bisa menahan rasa kesal sehingga saya menyentak “Apasih?!” sembari berlalu. Mereka memang langsung diam tapi seketika saya justru ditegur Ve. Dia bilang kalau “Ini bukan tempat kita, Chik” dan menyarankan kami untuk tetap diam saja. Ya, memang benar pulau itu tempat mereka. Pun, mereka seharusnya tahu cara menyambut wisatawan dengan baik. Akhirnya, setiap ada catcalls yang iseng menggoda, instead of pura-pura tidak dengar, saya beranikan diri untuk menatap tajam gerombolan pengecut tersebut.

Advertisement

Di antara wisatawan asing yang hanya mengenakan kolor, bikini dan pakaian mini lainnya, memang penampakan hijab Ve cukup mencolok. Sementara para bule melenggang dengan santainya, Ve justru banyak mendapatkan “Assalammualaikum”. Menjadi minoritas lucu juga ya rasanya.

Hal lain yang tidak menyenangkan adalah kenyataan bahwa Pulau Gili penuh dengan sampah. Ketika berjalan-jalan di tepi pantai, saya selalu mendapati satu garis damparan sampah. Isinya beragam mulai dari botol kaca, sandal dan mayoritas plastik. Tak hanya di tepi pantai, hamparan sampah juga saya temukan di beberapa spot selama perjalanan snorkeling. Begitu pula ketika menyusuri jalanan Gili Trawangan saat pagi hari, botol bir bergeletakan di mana-mana. Sedih sekali melihatnya. Hah, mungkin orang-orang kebanyakan mabuk dan lupa membuang sampah dengan tertib.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta buku yang tidak lagi rajin membaca buku.

CLOSE