Assertiveness, Tindakan yang Semestinya Dilakukan saat Kamu Merasa Terganggu

Gimana sih perasaan kamu, saat ada orang yang main nyelonong nyerobot antrean, atau secara gak sengaja kamu lihat ada orang lain yang membuang sampah sembarangan? Sebel, jengkel, marah? Ada bermacam respon yang kita lakukan saat perilaku orang lain mengganggu kenyamanan atau bahkan merugikan kita.

Advertisement

1. Pasif

Respon pertama adalah pasif. Kamu tidak mengambil tindakan saat ada perilaku orang lain membuat kamu tidak nyaman. Kamu lebih memilih diam meski mengetahui bahwa apa yang dilakukan orang itu bukanlah hal yang semestinya. Mungkin kamu yang memilih pasif memiliki banyak alasan. Bisa jadi karena malu, takut, tidak mau dapat masalah atau alasan lain. Namun benarkah tindakan ini tepat?

Kebanyakan masyarakat kita mengambil sikap pasif, padahal hal ini sama saja membiarkan orang untuk terus merugikan orang lain. Sikap pasif yang diambil mengakibatkan perilaku “permisive” tanpa adanya kesadaran. Dan lebih parahnya dapat menumbuhkan mental “pengganggu” pada orang-orang selalu merasa benar.

Advertisement

2. Agresif

Kamu yang merespon agresif cenderung akan lebih melibatkan emosi. Respon ini dapat dicontohkan saat kamu berkendara dan ada yang menghalangi jalan kamu maka dengan tanpa toleransi kamu membunyikan klakson berkali-kali. Atau saat ada orang yang menyerobot antrian, kamu langsung merespon dengan kata-kata kasar.

Advertisement

Mengambil tindakan agresif mungkin dapat menimbulkan jera pada pelakunya. Namun jika kita tinjau kembali, tindakan agresif terkadang akan menimbulkan dampak negatif bagi diri sendiri. Mengapa demikian? Saat bersikap agresif, maka emosi akan mudah tersulut. Padahal emosi mempengaruhi mood kamu kedepan. Kamu pasti tau, tidak mudah untuk mengembalikan mood. Dan saat kamu lebih sering untuk bertindak negatif maka kamu akan mendapat label yang kurang baik dari orang-orang disekitarmu. Ada baiknya tindakan agresif kamu lakukan saat kondisi-kondisi tertentu, misalkan saja sudah sangat keterlaluan. Jangan sampai kamu mendapat penilaian negatif akibat perbuatan orang lain.

3. Pasif-Agresif

Kalau kamu pernah nemuin temen yang ngomel-ngomel sama kamu karena kesalahan orang lain, maka dialah si pasif-agresif. Dia gak mengambil sikap pada orang yang sudah membuat dia gak nyaman tapi malah “nyampah” sama kamu. Okelah kamu cukup sabar mendengar curhatan temen kamu itu, tapi kan ironis. Si tersangka dengan santainya tidak mendapat balasan atas perbuatannya.

Si pasif-agresif ini sebenarnya ingin mengambil sikap, namun karena beberapa hal maka kamulah yang harus mendengar omelannya. Kadang-kadang bisa juga dinding atau tembok yang jadi pelampiasan.

4. Assertiveness

Nah, lalu bagaimana sikap ideal yang semestinya dilakukan saat terganggu dengan perilaku orang lain? Ini disebut assertiveness. Saat kamu mengambil tindakan, tanpa menyakiti orang lain serta meminimalisir efek negatif yang muncul. Aplikasinya seperti ini, misalkan ada orang yang menyerobot antrian. Sapalah orang itu dengan santun, dan beritahukan padanya bahwa terdapat antrian disitu. Atau misalkan saat kamu melihat orang membuang sampah, kamu dapat memungut sampah yang ia buang sembari tersenyum melihat pada orang itu. Secara otomatis ia akan malu dengan perilakunya, karena hal itu sama saja mengingatkan orang lain dengan cara halus dan santun.

Yang menjadi prioritas dalam sikap assertiveness adalah kesantunan dalam menyampaikan ketidaksesuaian tindakan orang lain. Melalui cara ini, orang akan lebih paham dan sadar bagaimana ia harus berperilaku tanpa merendahkan kita sebagai pihak yang dirugikan.

Tidak mudah memulai dan membiasakan sikap assertiveness ini. Mungkin terlihat sepele, namun hal ini sangat penting saat berinteraksi dengan masyarakat. Jangan sampai kita melakukan pembiaran-pembiaran atas tindakan negatif namun jangan pula mengambil tindakan yang pada akhirnya malah merugikan diri sendiri. Dibutuhkan pemikiran, kebijaksanaan, dan kedewasaan dalam bersikap. Namun hal ini sepadan dengan hasil yang akan didapatkan. Kita mulai dari diri kita sendiri untuk membiasakan dengan sikap-sikap yang baik serta lazim dilakukan. Sederhana memang, tetapi tidak menutup kemungkinan hal ini membudaya dan menumbuhkan mental baik pula bagi bangsa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

What doesn't kill me make me stronger, bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan kita sejatinya menjadi bagian yang akan menguatkan diri kita.

CLOSE