Bantulah Dia, Maka Kamu Akan Dibantu

“Janganlah Anda lupa ada demikian banyak anak perempuan dan laki-laki di dunia ini yang tidak mempunyai apa yang Anda miliki, dan hendaknya Anda juga berpikir Anda harus mencintai sesama, sampai Anda rela disakiti oleh cinta Anda." (Bunda Teresa)

Setiap orang yang hidup di dunia dibekali oleh panca indra. Dengannya, ia mampu melihat, mendengar, berbicara, meraba dan mencium apa saja yang ada di sekelilingnya. Saat semua panca indra yang ia punya berlaku normal, ia bisa bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Namun, kenormalan panca indra seseorang belum tentu menghasilkan sebuah pergerakan positif yang mengacu pada kepedulian terhadap sesama, terlebih kaum lemah (mustadhafin). Sekalipun mata seseorang dapat menyaksikan kesusahan hidup orang lain, dan telinga yang bisa mendengar keluhan-keluhan mereka, tetap saja itu hanya menjadi sebatas hiasan mata dan telinganya.

Tidak ada semacam tindak lanjut berupa upaya untuk menolong dan membantunya. Bahkan, mereka akan merasa tenang-tenang saja atas kepedihan hidup seseorang dan tak melahirkan sebuah empati terhadapnya. Kejadian semacam ini disebabkan faktor "kebutaan hati nurani". Mungkin, semua panca indranya bisa berjalan normal, tetapi selagi hati nuraninya mengalami kebutaan, sulit rasanya untuk mendongkrak jiwa kemanusiaannya.

Ada banyak manusia di dunia ini yang berpanca indra secara normal, namun sangat sedikit dari mereka yang normal sisi nuraninya. Sebab, untuk peka dan bisa membantu orang lain itu bukan karena seberapa banyak uang yang dipunya, tapi lebih kepada sejauh mana ia membuka mata hatinya untuk orang yang kesusahan.

Toh, masih banyak orang yang berpunya, tapi mereka enggan untuk membantu sekitarnya. Pada hakikatnya, membantu orang adalah sebuah pekerjaan mulia dan banyak orang yang suka terhadap pelakunya. Tidak saja disukai oleh orang-orang sekitar, tapi juga Allah akan selalu memayungi kita dengan cinta kasih-Nya sepanjang hayat.

Rasa-rasanya, akan amat rugi kita sebagai Muslim, bila di bulan penuh berkah ini mengabaikan hal-hal sepele, seperti membantu yang kesusahan. Lebih jauh, yang mesti kita sadari bahwa sejatinya membantu orang yang kesulitan berarti kita membantu diri sendiri, menjadikan diri ini bersinar di hadapan-Nya. Percayalah, kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain bukan sepenuhnya milik mereka.

Bahkan, sesungguhnya kebaikan itu adalah milik kita sendiri. Kita berbuat baik untuk orang lain, berarti kita telah berbuat baik untuk diri sendiri. Maka, ketika kita membantu orang yang tengah membutuhkan, orang lain pun akan membantu kita. Timbal balik itulah buah dari kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain.

Sekarang, masihkah kita pelit untuk menjulurkan tangan pada mereka?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis buku 'Membuka Pintu Kebahagiaan' dan 'Hidup Itu Cuma Mampir'