HIRUK PIKUK JAKARTA : Belajar Bijaksana dari Masalah Jakarta.

Jakarta. Tempat dimana segala angan-angan tercipta, segala opini dan sudut pandang yang berbeda berkeliaran disini. Jakarta yang ramai, ternyata sepi. Sebagian besar orang berkutat dengan urusannya masing-masing, berkutat dengan pikiran dan opini yang mereka bangun. Sama halnya dengan orang lain di luar sana. Saya adalah bagian terkecil dari Jakarta yang semakin tua, dan semakin terlihat lelah. Apa yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir, sungguh sangat mengganggu dan menggelitik saya untuk mencoba beropini.

Salah dua masalahnya adalah, Sang Gubernur yang terlibat kasus penistaan agama dan suasana politik Jakarta yang makin hari, kian makin keruh. Keduanya sama-sama memiliki keterkaitan. Salah dua permasalahan Jakarta ini membuat saya selalu memiliki opini yang hanya mampu saya tuangkan lewat lembaran kertas di buku catatan saya.

Yang selalu mengganggu pikiran saya adalah, "Apa yang harus saya lakukan sekarang? Hidup normal, tanpa mau tahu, tidak peduli dengan masalah yang ada, atau bahkan beropini agar sudut pandang orang lain bisa sedikit berbuah mengikuti mind set saya? Atau bersikap bijaksana, untuk bisa menyelami permasalahan yang ada, tanpa mau menimbulkan kekacauan yang akan makin memperkeruh suasana?"

Kalimat itu terus berputar di kepala saya, hingga saya putuskan untuk mengambil sebuah opini yang se-bijaksana mungkin. Ya! Saya ambil langkah bijaksana itu. Walaupun, bukan tidak mungkin sikap bijaksana harus selalu kita ambil untuk menyikapi setiap masalah di ibu kota ini.

Begini, apa gunanya kita terus menerus membela yang belum tentu patut untuk di bela? Apa gunanya selalu berdebat dengan orang lain untuk sebuah kebenaran yang belum pasti? Apa gunanya kita terus menerus menyerang pihak lain, padahal kita belum tentu benar? Masalahnya adalah bagaimana kita tidak terus menerus mengembangkan ilusi kita menjadi sebuah opini yang pada akhirnya akan menuai perdebatan. Kita tidak tahu mana yang benar-benar salah dan mana yang sesungguhnya memang benar. Saya, Anda, dan kita semua pun tidak tahu pastinya. Jika Anda berpikiran bahwa apapun yang dianggap benar di mata hukum itu adalah sesuatu yang hakiki dan benar-benar harus di amini, jujur saja saya agak ragu untuk hal yang satu itu. Mengapa? Karena saya masih memiliki Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Maha Adil, Maha Berkuasa, dan Maha Mengetahui segalanya. Jika boleh jujur, saya tidak benar-benar percaya pada hukum di negeri ini. Jika kebenaran dan keadilan di negeri ini benar-benar tidak dapat di tegakkan, maka ingatlah pada Tuhan kalian. Tuhan Maha Mengetahui segalanya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Intinya, kembalikan semuanya kepada Tuhan kita masing-masing. Di negeri ini sangat menjujung tinggi hak warga negaranya. Negeri ini sangat tunduk pada UUD HAM yang mengatur kebebasan beragama. Jika memang kebenaran dan keadilan di negeri ini tidak dapat terlihat, percayalah bahwa Tuhan kalian akan memperlihatkannya di akhirat kelak.

"Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

3 Comments

  1. Kaseyysk00125 berkata:

    Kita tidak tahu mana yang benar-benar salah dan mana yang sesungguhnya memang https://testmyspeed.onl/ benar.