Ini Dia Pesan Tersembunyi dari Lagu “Terlalu Lama Sendiri”

Saya lupa kapan pertama kali samar-samar mendengar lagu ini. Yang saya ingat adalah ketika salah satu teman kantor (yang kini sudah resign) secara khusus memutarkan lagu ini untuk saya.

Advertisement

Dari Mac-nya yang hanya satu meje di sebelah saya, ia bilang, "Zan, ini lagu buat kamu,". Lalu mengalunlah suara Kunto Aji. Saya mendengarkannya lamat-lamat. Meresponnya dengan senyum dan pikiran melayang.

Begini isi liriknya:

Pagi ke malam hari tak pernah terlintas di hati
Bahkan di saat sendiri aku tak pernah merasa sepi
Sampai akhirnya ku sadari
Aku tak bisa terus begini
Aku harus berusaha
Tapi mulai darimana

Sudah terlalu lama sendiri
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiri
Sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya

Teman-temanku berkata yang kau cari seperti apa
Ku hanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunya
Walau jauh dilubuk hati
Aku tak ingin terus begini
Aku harus berusaha
Tapi mulai dari mana

Sudah terlalu lama sendiri
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiri
Sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya

Bukan tanpa nyali
Sadar aku begini
Apa yang di depan mata tak seperti yang engkau kira
Oh bahwa sesungguhnya pintu hati menunggu terbuka

Advertisement

Alih-alih menyakitkan dan bikin gemas, melodi dan lirik di lagu ini justru membuat saya sedikit lebih semangat. Ada aliran kebahagiaan yang sedikit-banyak mengisi tubuh ini. Karena memang sepertinya lagu ini bukan jenis lagu-lagu galau yang dibuat untuk menyayat-nyayat hati. Ini hanya lagu yang menggambarkan kenyataan untuk sebagian orang. Kalau boleh bilang, mungkin banyak orang.

Orang-orang jenis apa saja yang punya koneksi dengan lagu ini? Maapkan kelancangan saya untuk sok mengelompokkan orang-orang tersebut ke dalam daftar di bawah ini:

The Over 25 single and always ready to mingle (mereka yang sudah jengah, lalu tabah, lalu kembali jengah saaat menerima pertanyaan "Kapan Kawin") situ siapa sih?

Advertisement

Mungkin mereka yang lahir di antara tahun 1986 – 1990 adalah mereka yang beruntung masuk ke dalam kategori pertama ini. Saat hampir semua teman-teman seangkatan sudah khatam malam pertama (bahkan ada yang sudah punya dua anak), orang-orang ini masih begitu setia dengan kenyamanan semu ini. Halah!

Sama sekali nggak pingin jadi judgemental kok. seperti kata Mas Kunto Aji, kan?

Bukan tanpa nyali
Sadar aku begini
Apa yang di depan mata tak seperti yang engkau kira
Oh bahwa sesungguhnya pintu hati menunggu terbuka

Kategori pertama ini juga patut diberi penghargaan "Jomlo Paling Nekat Sepanjang Hayat". Jadi? Apapun yang laku-nya belakangan biasanya punya penawaran paling tinggi, kan? 😀

The Newly Break-up(s) — mereka yang minimal baru putus satu bulan tapi galaunya udah macem ditinggal kawin berkali-kali.

sedih banget, kaaaaaaaakkkk!!!!

Aduh! Saya mah nggak tahu apa-apa tentang rasanya putus cinta. Serius deh! Tapi lagu ini juga relate banget kok sama mereka yang baru aja putus. Dari beberapa pengalaman teman dan referensi yang saya lihat dari film/sinetron (ya, saya nonton sinetron), mereka yang baru saja putus akan punya kecenderungan untuk bersikap lebay lebih besar dibanding yang lain. Munskin istilahnya baby blues syndrome.

Rasanya seperti kehilangan separuh hidup dan waktu berjalan sangat lamban. Begitu lamban sampai-sampai lagu ini mereka jadikan sebagai soundtrack yang paling ideal.

Sudah terlalu lama sendiri
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiri
Sudah terlalu asyik dengan duniaku sendiri
Lama tak ada yang menemani rasanya

The ready-to-marry-yet-still-unmarried (kategori terakhir ini mungkin saya tujukan untuk orang-orang yang hidupnya sudah lama mapan sehingga perasaan sudah terlalu lama sendiri menjadi lumrah dan susah bikin gerah)

Kurang lebih yang kayak gini kali yaaaa

Pertama-tama, mohon maaf ya buat siapapun orang di dalam foto-foto di atas 😉 Jadi tuh ya, kategori yang ini mungkin khusus buat mereka yang saya beri label "Workaholic".

Teman-temanku berkata yang kau cari seperti apa
Ku hanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunya
Walau jauh dilubuk hati
Aku tak ingin terus begini
Aku harus berusaha
Tapi mulai dari mana

Bukan masalah finansial atau fisikal, kategori ketiga ini adalah mereka yang paling mewakili lagu Kunto Aji. Menikmati karir yang melesat dengan gaya hidup yang loose and fun, membuat orang-orang ini tengah menyelami kenyamanan lain dari hidup. Bagaimana tidak? Kemandirian yang matang dan lingkungan yang mendukung menjadikan mereka yang sudah-siap-menikah-namun-masih-lajang ini begitu percaya diri dengan hidup mereka.

Tapi yakin lah, saat tidak sengaja mendengar penggalan lirik di atas, perasaan kelabu juga menggelayuti hati orang-orang yang masuk dalam kategori ini. Perasaan yang nyata namun seringkali abai oleh waktu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

a writer.

10 Comments

  1. Maurnette Dy berkata:

    wakakakakak..

    Poin 1 itu lhoo,, nanceppp dalammmmm banget mas..
    GOKIL artikelnya.. 😉

  2. hahahaha.. kuhanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunya 😀

  3. Ila Lailatun berkata:

    ga sengenes point 1 tapi jg ga sekeren point 3 😀

CLOSE