Jika Aku dan Kamu Menua Nanti, Maukah Kamu Tetap Mengenang Kebersamaan Ini?

Sayang,

Pada kesempatan ini, ijinkanlah aku berterimakasih atas segala pendampinganmu hingga detik ini. Aku merasa sungguh berharga karena kamu yang selalu rela berada di sisiku hingga di titik ini. Lewat segala macam problema pun, tak terbesit sedikit saja niat untuk melangkah pergi. Konon, orang-orang seperti kamu lah yang para wanita butuhkan. Tak terkecuali aku.

Sayang, kita kerap kali berandai-andai tentang masa depan kita. Bukannya ingin menjadi pemimpi di tengah siang yang bolong. Tapi yang kita lakukan adalah melakukan rencana realisasi masa depan kita. Saat itu juga, aku mengimajinasikan bentuk kita saat telah menua. Saat usia kita telah senja dan tak banyak pekerjaan lagi bisa kuat buat. Yang aku inginkan hanya tetap berada dalam rangkulan tanganmu.

Kamu adalah pria yang tetap ingat mengapa kita harus bersama ketika cobaan kuat menghadang. Itulah mengapa aku memilihmu.

Pepatah bijak berkata, "Jika kamu mulai menyerah di tengah cobaan berat, ingatlah mengapa kamu memulainya." Katanya, pepatah seperti itulah yang mampu memotivasi dan membuat orang dalam kesulitan macam apapun mampu bertahan. Kenyataannya, pepatah ini tak pernah berbohong. Ada kamu yang selalu mengamini dan menerapkan ini dalam setiap sisi hubungan kita yang rumit.

Itulah mengapa aku mau memilihmu menjadi kekasih hati. Jika sekarang saja kamu sudah sekuat ini, bagaimana kamu di masa depan nanti? Sudah pasti kamu akan kuat sebagai suami dan ayah dari anak-anak kita kelak. Kamu akan menjadi suri teladan bagi mereka tentang bagaimana memperjuangkan hidup, terlebih memperjuangkan cinta seseorang yang memang layak mendapatkannya.

Bila aku melihat pasangan lain, mereka begitu mesra di masa muda. Namun bisa jadi mendingin di saat tua.

Di sekitar kita, begitu banyak sepasang kekasih yang nampak bahagia dengan rutinitas asmaranya. Berdua mereka menjalani setiap malam minggu. Terkadang menikmati akhir pekan di alam bebas, bahkan alam liar. Atau malah menjadikan bangunan besar bernama mall, kafe, dan bioskop untuk menghabiskan waktu bersama. Sungguh mesranya mereka di masa muda.

Namun banyak juga di antara mereka yang mendingin di masa tua. Kadang, mereka tak lagi romantis atau cuek satu sama lain. Aku penasaran, apakah pertemuan mereka yang jadi sering dalam satu atap berubah menjadi sangat biasa? Atau memang itukah yang disebut fase-fase kematangan cinta seiring usia yang bertambah? Jika iya, barangkali definisi cinta yang tepat di masa itu adalah rasa sayang yang dipenuhi pengertian dan tidak lagi menggebu-gebu.

Meski begitu, maukah kamu tetap seperti sekarang di masa tua? Maukah kamu tetap mengenang kebersamaan masa muda kita?

Jika Tuhan tetap kuat untuk mentakdirkan aku dan kamu hidup bersama, maukah kamu berjanji kepadaku nanti? Jika aku telah menjadi yang sah bagimu, janganlah kamu menjadi dingin karena jenuh melihatku setiap hari di samping tidurmu nanti. Jangan pernah juga takut jika nanti aku sering mengomelimu akan hal-hal kecil. Jika aku mengomel, itu adalah pertanda bahwa wanita masih mempedulikan prianya.

Yang pasti, berjanjikah kamu untuk tetap selalu mengingat masa muda kita bersama? Kita dapat menceritakannya pada anak cucu kita kelak. Di sisi lain, perjuangan kita dari awal hingga nanti akan jadi alarm. Bila aku dan kamu mulai rapuh karena permasalahan, baiknya kita mengulang dan berpikir lagi tentang apa alasan kita untuk memulai perjalanan ini bersama.

Jika tua nanti, mungkin aku tak cantik lagi. Kulitku keriput dan jelek. Tubuhku melar setelah bertahun-tahun melahirkan dan membesarkan anak kita. Tapi ingatlah! Di setiap guratanku yang makin menua, memiliki cerita perjalanan kisah tentang kamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mesin karaoke berjalan yang gemar film hantu