Kau Bukan Pergi, Kau Hanya Tidak Benar-Benar Ada di Sini

Rasanya baru kemarin kau tebar kasih di setiap tarikan nafasku. baru kemarin harum tubuhmu menelusup masuk ke penciumanku paling dalam. Baru kemarin senyum itu memantapkan setiap langkahku menjalani rutinitas. Baru kemarin kau terbangkan aku hingga aku tidak sadar sedang di banting tanpa pengaman apapun.

Kau begitu pintar membuat senyum ini mengembang. Entah aku yang salah menilaimu atau sebaliknya. Aku tahu kamu tidak pernah pergi, kamu hanya tidak pernah ada disini. Selama ini semua sikap manismu hanya tipuan, aku yang bodoh atau kau yang lihai membuat hati ini kembang kempis. Namun sekarang, setelah menyadari bahwa kau tidak pernah memiliki rasa yang sama sepertiku. Aku bertekad…

Tidak akan pernah hati ini menerimamu, sebodoh apapun aku.

Sudah berulang kali kau permainkan hati seperti taman bermain. Kau datang pergi semau mu, memang hanya kau yang memiliki kebebasan bersikap sesuka hatimu tanpa memperdulikan hati yang lain. Aku memang bodoh, bodoh sudah menyiapkan dufan untuk pemain sepertimu. Namun satu hal yang tidak pernah aku sesali. Aku pernah berjuang tanpa lelah untuk mendapatkan seluruh bagian hatimu.

Akan selalu ada satu moment dimana aku rindu, saat itu mungkin aku akan beristigfar sebanyak yang ku bisa.

Rindu itu perihal biasa yang memang nyata adanya, yang tidak biasa adalah kepada siapa kau menaruh rindu. Rindu mu tidak ada artinya bagi dia, misal saja rindu mu berbentuk petir, yang kapanpun bisa menyambar nya, mungkin saat itu dia baru sadar bahwa ada hati penuh pengharapan yang setiap malam membenamkan wajah berharap rindu itu bisa lepas dari ingatan.

Melupakan adalah hal tersulit yang harus di lakukan, maka dari itu aku akan mengirim doa agar kau dijaga selalu dengan kebaikan.

Melupakan seseorang yang sudah lama menempati hati bukan hal mudah, bagaimana bisa membiasakan diri tanpa seseorang disisi yang tanpa satu hari pun dilewatkan tanpa bersamanya. Namun apa yang harus semesta kabulkan selain menjamin jika dia baik-baik saja bersama genggaman tangan wanita lain.

Mungkin mulai hari ini aku akan lebih sering lagi melantunkan doa disetiap sujudku, dan memahami bahwa doa memang bukan pelukan nyata, namun dengan doa aku akan terus mampu menyelimuti saat tubuhmu menggigil, mampu menjadi tempat berteduh saat hujan mencoba membasahi tubuhmu.

Bukan pelampiasan yang ku harapkan setelah ini, aku hanya akan terus berusaha ikhlas membiarkan punggungmu membelakangi.

Aku bukan wanita hebat yang memiliki rasa ikhlas tanpa proses, aku bukan wanita yang dapat selalu tegar setelah menerima pukulan terberat dalam hidupnya. Aku bukan wanita yang kau sebut ibu dalam hidupmu, yang memiliki kesabaran tanpa batas sejak kau dilahirkan hingga saat ini, saat kau sudah mampu menanam benih cinta di hati seorang wanita lalu kau melukainya. Aku bukan mereka semua. Aku wanita biasa yang akan selalu mencoba ikhlas atas kenyataan yang semesta tulis.

Aku juga wanita yang jika hatinya sakit, ia menangis.

Biarlah orang berkata apapun diluar sana dengan kesedihanku yang tidak berujung, dengan mata sembabku ini aku tidak akan membungkam mulut mereka, beberapa hari kedepan menutup telinga adalah pilihan yang bijak.

Jika dengan air mata ini, kau sebut aku cengeng. Silakan.

Memang akan selalu ada orang-orang yang menghakimi seorang wanita yang menangis berhari-hari, jangankan mereka. Mungkin kau yang menjadi penyebab kesedihanku juga berpikir sama. Aku sadar kau sudah menari diatas panggung yang kau ciptakan sendiri saat ini, namun tolong kau pahami, bahwa aku mencintaimu dengan sangat. Sekali lagi aku minta kau berhenti menertawakan sedihku. Kau bukan lagi yang terpenting.

Mungkin tidak sekarang, namun aku yakin akan menemukan belahan jiwaku.

Setelah sedihku berlalu, aku berjanji akan membuka hati untuk jiwa yang baru di luar sana. bukan untuk pelampiasan, namun untuk pelengkap. Tidak akan pernah lagi aku berharap bertemu denganmu, kita sudah selesai dengan sangat baik.

Terimakasih sudah menjadi yang terbaik, pada masa itu.

Tidak akan pernah ada hal apapun yang dapat aku lupakan tentang kita, mungkin benturan keras pun tidak sanggup membuatku amnesia dengan apa yang sudah kita lalui, kau terlalu membekas. Hingga bekas luka yang kau torehkan sulit hilang.

Bahkan aku sudah membuatkan tempat di hatiku, hanya untuk menyimpan luka itu, mungkin butuh waktu lama, biarlah… jika luka itu mulai menutup, itu sama dengan hatiku, yang juga sudah tertutup untuk kau singgahi (lagi). Terimakasih aku sampaikan, untuk semua pembelajaran rasa sakit yang membentukku menjadi aku yang sekarang.

mengingatmu memang seperti mengoyak-ngoyak lukaku, namun aku sadar kau juga yang sudah menggambar pelangi pada kanvas hidupku.

Semua orang yang datang, tidak pernah benar-benar tinggal. Namun satu yang perlu diingat. Bahwa yang masuk ke dalam hidupmu sudah sepaket dengan pelajaran hidup yang akan kau rasakan manfaatnya setelah rasa sakit mulai hilang. Kita hanya perlu menjalani hidup ini dengan penuh penerimaan tanpa harus mengutuk siapapun yang membuat luka. Biarkan tuhan menjalankan skenario yang sudah ditulis. Kita hanya perlu menurut dan ikhlas sesuai porsinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswi semester 7 yang lebih sering ketemu dospem dari pada keluarga. yuyumalia95@gmail.com

20 Comments

  1. good artikelnya mb.

  2. Linggar Fuji berkata:

    keren bgt mbk ini saya bgt

  3. Erick Wijaya berkata:

    belajar ikhlas, berat memang di awal namun seiring waktu pasti akan bisa beradaptasi