Masih Jomblo, Pacaran, atau Menikah? Sejujurnya, Semua sama Baiknya

Mungkin Anda bingung dengan judul artikel di atas yang mengatakan bahwa sepertinya tidak ada bedanya menjadi jomblo atau sudah punya pacar dan bahkan sudah menikah, Anda mungkin berpikir, "Ini yang nulis artikelnya kok nggak ngerti ya bedanya antara jomblo dengan sudah punya pacar atau sudah menikah? Ya bedalah, kalau jomblo itu dia tidak punya hubungan romantis dengan siapa-siapa, pacaran berarti sudah memiliki hubungan romantis dengan orang lain, sedangkan pernikahan adalah jenjang yang paling serius di mana kedua insan meresmikan hubungan mereka yang disahkan oleh lembaga hukum negara dan agama yang dianut oleh kedua isan tersebut."

Kalau kita melihat definisi setiap kata dan membandingkan perbedaannya, tentunya memang setiap kata memiliki makna berbeda. Tetapi, untuk artikel ini, saya tidak ingin memperdebatkan definisi setiap kata (karena kita sendiri juga sudah tahu perbedaannya apa, jadi buat apa diperdebatkan), tetapi saya ingin mengajak kita semua untuk melihat bahwa tidak ada yang salah dari diri kita walaupun kita masih jomblo, sudah berpacaran, atau bahkan sudah menikah.

Sebagai seorang dewasa muda, saya sering merasakan tekanan untuk punya pacar, dan hal ini saya rasakan di banyak tempat dan kalangan. Saat saya masih menyelesaikan kuliah saya di Australia, teman-teman saya yang kebanyakkan adalah bule-bule dan orang-orang Asia seringkali menceritakan kisah percintaan mereka dan banyak di antara mereka yang sudah pacaran. Kalau dari cerita-cerita mereka, rasanya dunia tuh indah banget kalo punya pacar. Beberapa di antara mereka pun sudah menikah. Ada bahkan yang sudah menikah muda dan sudah memiliki anak padahal usianya masih seusia saya yang tergolong masih muda (22 tahun).

Saya sendiri kadang merasa minder (walaupun seringwaktu saya orangnya cuek mengenai hal ini) karena saya merasa, "Wah, apa jangan-jangan saya nggak lovable ya sehingga nggak ada yang mau deketin saya? Duh, gimana kalau saya end up being alone sedangkan temen-temen saya udah nikah semua, udah punya keluarga, udah hidup happily ever after. Mampus deh saya." Di Indonesia, tekanan ini apalagi sangat lebih terasa karena saya melihat di social media, banyak yang menggunakan hastag #relationshipgoals untuk mendeskripsikan betapa indahnya hidup bersama sang pacar. Kebanyakkan teman-teman saya orang Indonesia juga sudah memiliki pacar dan bahkan sudah ada yang menikah dan punya anak pula. Makin pusing dah saya menghadapi kenyataan ini dan makin merasa minder aja soal pasangan hidup.

Sampai saya baru melihat kenyataan sesungguhnya yang selama ini tidak bisa saya lihat. Nggak semua orang yang pacaran itu bahagia. Salah satu temen baik saya sering disakitin oleh cowoknya sampai dia nangis-nangis. Nggak semua orang yang menikah itu bahagia juga. Karena saya berprofesi sebagai seorang counsellor di sekolah, saya sering melihat dan mendengar cerita bagaimana banyak murid yang tingkah lakunya "aneh" dikarenakan kehidupan dia di rumah juga tidak bahagia. Papa mamanya bertengkar selalu, anak merasa tidak dekat dengan siapa-siapa sehingga dia cari perhatian dengan "bertingkah" di sekolah, dan masih banyak contoh kasus lainnya.

Ini bukan berarti saya mengendorse kalau jadi jomblo itu the best lah, nggak ada masalah, nggak ada tanggungan, nggak ada beban, nggak harus ngurusin orang lain, dan masih banyak hal lainnya.Jadi jomblo juga kadang nggak bahagia karena mungkin merasa tidak ada yang mencintai dirinya. Di saat mau berbagi beban atau cerita dengan orang lain, di saat kita butuh support dan cinta (kenapa gue jadi baper nulis ini), eh ternyata nggak ada bahu yang bisa kita sandari (kalau ngerasa ada bahu dan lu bisa nyender ke "dia", padahal sejatinya secara fisik gak ada siapa-siapa deket lu, langsung kabur aja yak, serem juga soalnya).

Ini bukan berarti salah kalaupun kita udah pacaran nikah, atau masih jomblo karena ada kekurangan-kekurangan seperti yang saya bilang di atas, sejatinya kita harus bersyukur untuk keadaan kita sekarang, mau sebaik atau seburuk apapun itu menurut kita. Kenapa kita perlu bersyukur atas status kita, apapun itu? Karena, esensinya, kebahagiaan sejati itu harus (saya ulangi, HARUS), berasal dari kita sendiri. Kenapa? Yah, gimana ya, karena saya bukan hanya ngequote lagu Justin Bieber "Love Yourself" sebagai jargon belaka, tetapi karena kalau kita nggak pernah cinta sama diri sendiri, seumur hidup kita nggak akan (percayalah, nggak akan) pernah bahagia. Kalau masih nggak percaya, mari kita telurusi bersama.

Kalau kita masih jomblo aja udah nggak bahagia dengan diri sendiri, ada kemungkinan besar bagi kita untuk nyari pacar dengan alasan yang salah (takut kesepian) dan saat sudah punya pacar, kita akan sulit bersyukur dan sulit menerima kenyataan kalau pacar kita tidak akan selalu bisa membuat kita bahagia. Ya namanya juga manusia, pasti ada perbedaan sikap, nilai-nilai, budaya, dsb yang kita anut sehingga memungkinkan terjadinya argumen di antara kita. Kalau udah begini, kita bakal berantem terus-terusan karena kita merasa, "Kok pacar gue gak mau ngertiin gue sih?" (bukan dia kagak mau ngertiin lu, tapi mungkin lu kurang realistis?)

Hal ini akan lebih kacau lagi ketika sudah menikah. Kalau kita menikah dengan alasan-alasan: takut dicap nggak laku, takut kesepian, dan mungkin selama ini pengen jadi Disney princess gitu lho (saya bukan nggak suka film-film Disney's princess tetapi harus kita akui tidak realistis untuk live happily ever after setelah menemukan pangeran ganteng dan udah aja gitu, kecuali buat Mulan sih, saya cinta ama Mulan karena doi keren dan ini film Disney terrealistis yang pernah saya tonton). Gimana yak? Sekali lagi, pasangan kita nggak mungkin selalu bikin kita bahagia dan yang namanya hubungan apapun pasti ada masalah, ada tantangan, ada hal yang harus dikompromi masing-masing pihak. Kalau nggak ada yang mau ngalah, ya urusan yang ngejalanin hubungannya sih, saya cuman bilang aja nggak realistis kalau mengharapkan doi princess or prince charming. Life is not a fairytale, unfortunately.

Intinya, kasihilah diri kamu apa adanya sebelum kamu punya pacar atau mau nikah, dan tentunya bahkan saat kamu jomblo. Mau orang lain cinta sama kamu banget tapi kita nggak bisa mencintai diri lu apa adanya, kamu akan selalu hidup dengan penuh self-doubts, penuh insecurities, dan akhirnya itu bisa berpotensi merusak hubungan lu dengan orang lain. Nggak cuman hubungan romantis, pertemanan aja bisa rusak karena faktor-faktor itu. Kalau kamu mencintai diri kamu apa adanya, kamu pasti akan hidup lebih bahagia, kamu lebih bisa fokus terhadap hal-hal yang penting dan ya siapa tahu kamu bisa attract pasangan hidup kamu yang akan datang di saat yang tepat. Saya tidak bermaksud bilang kalau kita selalu butuh pasangan hidup dalam hal ini, tetapi anything could happen, that's all that I mean. Pasangan tidak boleh (beneran nggak boleh, karena nggak sehat secara psikologis) jadi pusat kehidupan kita, seakan-akan kalau nggak ada dia, hidup kita gelap dan menyedihkan. Pasangan tuh ada untuk MENAMBAH kebahagiaan kita dan dirinya tentu saja yang sejatinya sudah ada sebelum kita menjalin hubungan dengan dia. Dan sudah sepatutnya keberadaan kita dalam hidup pasangan kita juga untuk menambah kebahagiannya, bukan untuk menjadi pusat kebahagiaan hidupnya.

One final point, jangan membandingkan hidup kamu dengan siapa-siapa. Setiap dari kita memiliki jalan hidup masing-masing, jadi kan lucu kalau kita membandingkan diri kita dengan orang lain (karena tidak ada esensi dan gunanya pula). Temen kita sudah menikah, ya baguslah buat dia sudah menemukan pasangan hidupnya. Temen kita sudah pacaran? Bagus juga. Kita masih jomblo? Bagus juga karena kita punya waktu untuk menjadi dan menemukan orang yang tepat (kalau kita memang ingin menikah di akhirnya, kalau nggak juga ya itu pilihan hidup kamu saja kok, masa nikah dipaksa?). Bersyukurlah akan apa yang kamu punya dan masih banyak orang-orang dan hal-hal di hidup kita yang perlu perhatian daripada status seperti orangtua kita, temen, dan studi kita. Segala sesuatu ada season nya sendiri, mungkin sekarang kamu jomblo karena kamu sedang akan mencari jati diri kamu, dan mungkin di masa depan, kamu punya pacar setelah kamu menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa dan mungkin pada akhirnya, kamu akan menikah saat memang kamu dan pasangan kamu sudah waktunya untuk membangun keluarga bersama. Love yourself first and others will too. Saya akan tutup dengan satu quote bagus dari Barbara de Angelis.

"If you aren't good at loving yourself, you will have a difficult time loving anyone, since you'll resent the time and energy you give another person that you aren't even giving to yourself."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An introvert who enjoys her solitude as a time to contemplate about the meaning of our existence in this world. People's thoughts and behaviours intrigued her a lot and have often time become the source of her writings. Writing for her is therapeutical as it helps her to make more sense of this complicated world around her.