Memang Benar, Jika Diibaratkan Pernikahan Itu Seperti Sebuah Roller Coaster

“Dan di antara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. 30:6)”

Advertisement

Kita tak akan pernah tahu, siapa yang akan menjadi pendamping kita menjalani hari-hari kita di sisa hidup nanti. Siapa yang akan menjadi Ayah atau Ibu dari anak-anak kita kelak. Yang akan ada di samping kita dalam situasi apapun yang akan mendatangi kita dalam bahtera kehidupan nantinya. Entah itu orang yang telah lama kita kenal atau baru saja kita kenal.

Bagi para laki-laki, tak akan pernah tahu siapa perempuan yang nantinya akan dia tanggung semua hidupnya, siapa yang akan membuatnya bekerja keras demi kebahagiaan dan kecukupannya, dan tak akan pernah tahu pula siapa yang akan melahirkan anak-anaknya kelak.

Begitupun para perempuan, tak akan pernah bisa membayangkan siapa laki-laki yang akan menjadi Imamnya nanti, yang akan memberinya nafkah lahir maupun bathin, dan akan menjadi wali dari anak-anaknya kelak. Semua hanya Allah yang tahu.

Advertisement

Berapa banyak cerita merajut cinta sebelum ada ikatan halal, harus kandas karena ternyata bukan namanya yang ditulis Allah di Lauh Mahfudz, dan masih banyak juga cerita kerinduan dan rasa cinta yang luar biasa besar harus diakhiri kekecewaan karena bukan sosok yang dibayangkan yang ternyata dijodohkan oleh Allah.

Bukankah Allah adalah sebaik-baik tempat bergantung?

Advertisement

Menikah adalah sebuah ibadah yang Allah muliakan karena nilainya sama dengan menggenapkan separuh agama, luar biasa. Sehingga bisa kita simpulkan, sedangkal apapun pemikiran kita, bahwa menikah tak bisa untuk main-main. Menikah adalah sekali untuk seumur hidup, untuk menggapai ridhoNya, cintaNya, dan tentunya syurgaNya.

Bagaimana seseorang yang sebelumnya bukan siapa-siapa bagi kita, bahkan tak ada ikatan apapun atau baru saja kenal, hari berikutnya setelah terucap janji suci dihadapan para saksi, dia menjadi orang yang akan kita tanggung atau menanggung hidup kita.

Begitu banyak kisah mengharukan tentang sebuah cinta yang dibangun setelah adanya ikatan tali pernikahan. Jatuh bangunnya pasangan muda, pengantin baru, dalam membangun keluarganya. Dari yang mungkin masih terpaksa ikut orang tua karena belum punya uang untuk mengontrak atau ngekos rumah sendiri, kemudian sedikit demi sedikit bisa mengumpulkan uang, ketika hendak mengontrak rumah, lahirlah putra pertama mereka, akhirnya uang tersebut untuk semua kebutuhan sang buah hati, dan disinilah semua kembali berputar.

Satu demi satu Allah berikan ujian demi ujian untuk melihat seberapa besar cinta sepasang anak manusia untuk menggapai ridhoNya itu, bagaimana sepasang anak manusia itu mampu menjalankan amanah dan menjaga titipan Allah dengan sebaik-baiknya.

Pernikahan, seperti sebuah roller coaster. Ada kalanya naik menanjak, adakalanya turun drastis. Seperti itu pula kehidupan. Ada kalanya Allah memberi suka, dan Allah juga akan memberi duka. Allah ingin melihat apakah ketika nikmat menghampiri kita maupun duka yang menyapa, kita bisa tetap sabar dan bersyukur padaNya atau tidak.

Dan pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua hati tapi juga dua tujuan, dua hasrat, dua impian, menjadi satu untuk berjalan bersama dalam satu jalan. Bagaimana berusaha saling melengkapi, saling menjaga, saling mengingatkan.

Ketika kita mencari pasangan yang benar-benar cocok, percayalah, kita tak akan mampu menemukannya sampai kapanpun, karena sesungguhnya kecocokan itu muncul ketika dua hati sudah bersatu, dan semua itu hanya ditemukan dalam sebuah ikatan pernikahan.

Menuju pernikahan bukan bermodal ingin semata, atau siap hati semata. Kesiapan dan kesungguhan itu harus benar-benar matang. Bukan hanya kita sebagai calon pengantin, namun keluarga, terlebih orang tua.

Bagaimana kita mengkondisikan keluarga, terlebih orang tua, agar bisa mendapatkan ridho dan dukungan bagaimana kita akan menjalani proses sebelum, selama, maupun sesudah pernikahan nantinya. Bukankah sangat membahagiakan ketika keluarga kita harmonis dan direstui oleh keluarga dan terlebih orang tua?

Dan kesiapan laki-laki itu berbeda dengan kesiapan perempuan. Laki-laki sangat dan sangat membutuhkan kesiapan finansial, karena tak bisa dipungkiri bahwa dia akan menjadi tulang punggung keluarga dan itu adalah modal kuatnya untuk mendapat restu saat meminta seorang gadis dari orang tuanya.

Dan perempuan, tak bisa serta merta mengecap seorang lelaki pengecut hanya karena penghasilannya yang masih sedikit sekali untuk belum siap menikah, banyak yang harus dipersiapkan laki-laki, dan itu semua karena dia nantinya yang akan menanggung semua kebutuhan keluarga, mampu mencukupi kebutuhuan ekonomi saja sangat tidak cukup jika tak mampu mencukupi kebutuhan agama, pendidikan, dan tentunya kasih sayang.

Sedangkan perempuan, tak bisa hanya bermodalkan siap menjadi seorang isteri, bermodalkan cinta dan kesiapan fisik saja, namun yang terpenting adalah bagaimana kesiapan ilmu agama dan wawasan. Kesiapan menjadi seorang Ibu dengan tanggung jawab yang begitu besar.

Begitulah. Pernikahan sejatinya adalah sebuah bukti nyata cinta sejati, dan cinta sejati itu hanyalah cinta yang mengantarkan pada Rabb-nya.

Ketika hati mulai gundah, mulai merasa membutuhkan seseorang berada disamping kita, mulai merasa sedikit tak karuan saat melihat lawan jenis atau pasangan-pasangan yang telah menikah, bahkan memiliki anak..

Maka mungkin itu saatnya kita mulai berikhtiar, mempersiapkan diri dan keluarga dengan sebaik-baiknya, serta berdo’a pada Allah, memohon dengan keikhlasan dalam setiap sujud-sujud kita untuk lebih dimudahkan dan didekatkan..karena itu tandanya, kita sudah sangat merindukan ingin menggenapkan separuh dien kita.

Dan percayalah, jodoh kita berbanding lurus dengan kita. Kita tengah menuju ke arahnya dan dia tengah menuju ke arah kita. Kita seperti apa nantinya, seperti itu pulalah jodoh kita nantinya.

Ditulis saat masih menjadi Perantau di Kota Malang,

September 2013

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang Istri, Sarjana Pangan, dan Calon Magister Gizi, yang hobi sekali menulis serta jalan-jalan. Menyukai kejujuran dan stop 'ngomongin di belakang'.

3 Comments

CLOSE