Mendalami Teka-Teki Silang Cak Lontong

Sebelumnya apabila pembahasan saya ini memang salah sedari metode maupun judul saya mohon maaf. Hanya sekelumit ide yang tiba-tiba muncul saja mengenai acara teka-teki silangnya cak lontong yang terkenal lucu bin membingungkan itu. Saya mencoba melihat tidak dari sisi lucunya malah, tetapi mungkin jika boleh disebut dari sisi filosofinya. Jadi apabila dianggap tulisan ini terlalu mengkhayal tidak apalah, ambil sisi lucunya saja apabila dianggap ada juga lucunya.

Begini, sebagai pengantar lagi, dalam jalan untuk mendapatkan sebuah bentuk pengetahuan. Dapat dibedakan jalan tersebut. Dalam lingkup paling terkhusunya ada dua yaitu empirisme dan rasionalisme. Apa lagi itu?.

Empirisme berarti pencarian pengetahuan tersebut berasal dari pengalaman. Seperti kita tahu bentuk dari pohon manga karena pengalaman kita memberikan kita pengetahuan akan bentuk pohon mangga tersebut. Atau dari hal-hal lainnya seperti buku-buku yang memberikan kita pengalaman orang lain. Metode sains untuk mendapatkan data menggunakan cara seperti ini untuk mengumpulkannya.

Sedangkan rasionalisme adalah jalan mendapat pengetahuan yang berasal dari akal. Meski sebenarnya hubungan rasionalisme dan empirisme dekat karena akal akan tetap memerlukan pengalaman juga sebagai awal untuk mengakal. Tetapi ada pandangan lain bahwa pengetahuan dari akal ini ada terlebih dahulu karena jika dalam kita mendapatkan sebuah pengalaman kita juga harus terlebih dahulu harus memiliki akal agar dapat mengolah pengalaman-pengalaman yang kemudian memberikan kita pengetahuan. Karena untuk memilah mana pengalaman yang sebenarnya kita alami, kita menggunakan akal masing-masing.

Itu adalah sekilas bahasan mengenai empirisme dan rasionalisme. Apa hubungannya antara dua istilah yang tidak umum itu terhadap teka-teki silangnya cak lontong?. Padahal pasti banyak yang melihat kalau teka-teki itu memberikan lelucon saja tanpa isi barang satu pengetahuan pun yang berguna baik untuk jasmani maupun rohani maupun untuk dunia secara praktisnya.

Oleh karena itu dalam paragraf pembuka tulisan ini saya tidak mengetahui juga secara pasti tujuan dari si pembuat acara. Jadi bisa dikatakan ini adalah pandangan dari seorang penonton yang mencoba mengulik manfaat lain dari acara tersebut selain memberikan guyonan.

Jadi begini, apabila yang sudah melihat pastinya sudah sangat memahami bahwa mereka tidak mungkin dapat paham terhadap teka-teki silang tersebut. Apabila ada yang belum pernah mengetahui teka-teki silangnya cak lontong atau malah belum tahu menahu mengenai cak lontong bisa dicari di mbah google atau youtube langsung. Boleh sebelum membaca tulisan ini atau sesudahnya.

Jawaban yang dikemukakan cak lontong pastilah secara kaidah akademik tidak masuk akal atau sangat salah. Sebagai contoh dengan pertanyaan "burung terbang dengan?". " ya delapan kotak dan di akhir kotak huruf a". Begitulah sebuah pertanyaan diutarakan di dalam acara ini. Dan yang sangat membiki tertawa geli adalah tentunya jawaban yang kemudian dikeluarkan oleh cak lontong. Sebagai contoh dari jawaban pertanyaan diatas adalah tentu di dalam benak setiap orang memikirkan sayap atau alat-alat gerak di badan burung lainya. Dan ternyata jawaban cak lontong yang benar adalah burung terbang dengan semaunya.

Entah pastinya diposisi orang yang diberikan pertanyaan seperti muncul antara rasa geli dan kesal. Tetapi bukan untuk membahas mengenai tanggapan dari hal yang mengesalakan tersebut saya membahas teka-teki cak lontong itu disini. Dan pertanyaan-pertanyaan itu ada hubungannya dengan dua istilah yang saya bicarakan diatas.

Saya mencoba sebagai penonton melihat hal lain yang dapat ditarik dari acara tersebut. Teka-teki itu menggugah masyarakat yang menontonnya agar mencoba meninggalkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman masing-masing dan menggunakan akal mereka atau merasionalkan.

Sungguh sebagai manusia terkhususnya jawa yang amat terkenal dengan ilmu titennya. Iya ilmu niteni, yang melihat dunia dan kemudian mengingat-ingat kejadian yang sudah terjadi tersebut untuk digunakan dimasa depan tanpa mempertimbangkan ada kemungkinan lain yang bisa merubah keadaan. Bukan juga tidak bermaksud memojokkan titen tersebut karena keilmuan pasti juga menggunakan pengamatan dari yang sudah-sudah untuk pencarian data. Tetapi kelanjutan dari pengolahan data tersebutlah yang kemudian menentukan hasil akhir dari pencarian data tersebut.

Itu persamaan dari titennya jawa dengan keilmuan pasti, bedanya hanya metode untuk melihat di keilmuan pasti terus berkembag. Kemudian, bukan bermaksud memojokkan seperti kata saya tadi. Nah disinilah tts cak lontong berperan. Dia mengajak kita untuk mencoba menggugah akal terdalam kita mencoba berpikir keluar dari seluk-beluk pengalaman, pandangan maupun bahasa yang telah terbentuk di dalam diri kita masing-masing ini. Karena kadang pengalaman sendiri pun dapat diterjemahkan berbeda-beda tergantung kondisi diwaktu mencoba menerjemahkan itu. Tidak juga itu saja yang paling terpenting adalah pengetahuan yang didapat dari pengalaman sebelumnya apakah itu sudah benar memang terjadi?.

Coba saya tekankan mengenai pengalaman lagi disini, agar tidak terjadi kekeliuran penangkapan maksud. Pengalaman adalah hal yang ditangkap oleh panca indra kita. Dan kemudian pengalaman itu diolah di dalam pikiran kita untuk dijadikan informasi. Nah informasi ini tentu berhubungan dengan bahasa dan tata cara penyebutannya. Kemudian kembali lagi ke pertanyaan di paragraph terakhir diatas, apakah pengetahuan yang didapat dari pengalaman itu telah tentu benar terjadi?, apakah indra dan pengolahan informasi pada diri kita sudah memproduksi informasi yang benar? .

Karena kelanjutan dari pengetahuan salah yang didapat dari pengalaman itu akan menimbulkan bencana pemikiran yang tidak terbuka dan tidak mengalami pertukaran informasi dengan pikiran-pikiran manusia lain. Dengan adanya tts ini, menurut saya pribadi tentu akan membantu mengasah pengakalan manusia masing-masing yang menontonnya. Sehingga setiap orang akan mempertanyakan dirinya masing-masing maupun disekitarnya berikut apa yang telah terjadi di waktu-waktu lalu.

Mungkin apa yang kemukakan sungguh aneh, dan mungkin juga malah si pembuat acara sendiri tidak bermaksud seperti yang saya sampaikan sedari tadi. Kalau acara tersebut hanyalah untuk hiburan semata tanpa bermaksud untuk menggiring penonton mempergunakan rasionalisme, ya saya berikan pandangan lain selain hiburan dan guyonan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Admin di www.sekelumitpandang.com