Refleksiana Diamitria

Kepulan asap adalah keindahan sebenarnya dari sebuah petualangan. Api unggun mungkin hanya sebentar saja menggetarkan tanah disekitar dengan cahanya. Tapi asap akan selalu menyelimuti kemudian, tak hanya se-jam dua jam. Mungkin sampai pagi.

Terimakasih untuk sang pencipta, maafkan kami yang terlalu banyak meminta dengan celotehan kami yang seakan enggan berkata cukup, namun tak mau dibilang serakah.

Menikmati sesuatu yang akan membawamu mengerti kehidupan, dengan alasan akan memberikan semua pertanyaan hidup, kegundahan perasaan. Tapi percayalah bahwa rasa syukurmu kepada alam akan menjawab semua kecukupan atas hidup itu sendiri.

Betapa bahagianya manusia yang hidup di zaman batu, manusia gua. Ketika tak ada aktivitas yang memberatkan perasaan satu dengan yang lainnya. Tak ada yang memohon keadilan karena tanahnya diambil paksa oleh penguasa, takkan ada janda yang takut membuka pintu rumah karena dikejar rentenir, takkan ada pemuda yang berkelahi karena uang hasil mencuci bis terminal dirampas oleh preman, atau takkan ada bocah sembilan tahun yang menangis di kamar mandi sekolah karena tak mampu membeli sepotong roti seperti teman-temannya. Semuanya sederhana, perutmu yang lapar adalah bukan inginmu.

Toh dengan puluhan ribu universitas di daratan bumi ini (mungkin kelak juga di atas lautan), semua akan kembali pada ilmu yang paling sederhana, kembali ke pemikiran ketika manusia hidup bercengkerama dalam gua..

Lahir, Tumbuh, kemudian Mati. Bahwa…

Hidup ini sebentar.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Terkadang, hidup penuh dengan kadang-kadang.