Jika Sudah Lelah Memaafkan dan Memaklumi, Lebih Baik Kamu Sudahi Lalu Berhenti

Untuk kamu yang belakangan menjadi sering memaafkan, aku tahu itu melelahkan. Kamu sering menangis di dalam kamar ketika malam, saat tak seorangpun melihatmu. Terkadang saat alam bawah sadarmu tak sanggup menanggung beban itu kamu sering mengalami mimpi yang membuatmu kembali menangis dalam hening malam. Dalam perjalananmu menuju kantor atau kampus, kamu sering berhenti hanya untuk kembali menangis saat tiba-tiba kesalahan itu kembali terlintas dalam pikiranmu.

Kamu sering menghela nafas panjang dan berharap kamu bisa pergi jauh dari keadaan ini, dari orang yang membuatmu menangis, memendam pedih dan memaafkan kesalahannya untuk kesekian kalinya.

Saat-saat sulit yang kamu lewati sekarang menjadi semakin berat hari demi hari saat kamu terlalu sulit untuk melupakan dan mengikhlaskan. Dunia yang kamu lewati semakin menekankan bebannya kepadamu. Sedihmu semakin terasa saat dia yang menyakitimu tidak menyadarinya. Saat mereka yang merenggut kebahagiaanmu bisa menikmati hidupnya dan kamu terjebak dalam siklus kesedihan tanpa tahu jalan keluar. Terkadang kamu terlalu limbung untuk keluar dari siklus itu, kamu tidak mengerti apa yang harus kamu lakukan atau dimana kamu menemukan jalan keluar. Kamu lelah, ingin pergi, ingin ke laut, membenamkan diri, lalu mentas dan berharap menjadi orang baru yang tidak bisa mengingat hal-hal buruk yang terjadi.

Hei!!! Kamu sadarlah, kamu masih di bumi, kenangan pahitmu tak akan hilang begitu saja. Kamu masih orang yang sama, namun ketahuilah teman, sekarang kamu adalah pribadi yang berbeda. Semua itu tergantung darimana kamu melihat sedih itu. Kenangan pahit, dia yang menyakitimu akan selalu di sana.

Namun adalah pilihanmu untuk dibayangi dan tersakiti olehnya atau dia bukan orang yang pantas merebut bahagiamu di masa depan. Kamu sekarang dalam raga yang sama namun pribadimu menjadi lebih kuat ketika kamu memilih untuk sekali lagi memaafkan dengan ketulusan. Percayalah teman, bahwa setiap maaf yang terlontar secara tulus dari hatimu tidak akan kembali dengan sia-sia. Saat kamu bisa memaafkan dan benar-benar mengampuni jiwamu akan terasa bebas, sebebas angin yang bertiup lembut.

Kamu akan bahagia hanya dengan merasakan ketulusan. Sesekali bayangan pedih itu akan terlintas, namun kamu akan mengatakan "ya sudahlah, aku sudah memaafkannya, semoga hidupnya bahagia" lalu kamu tersenyum dan melanjutkan hidupmu lagi. Memang terkadang kamu akan masuk ke dalam kamar dan menangis namun setelah itu kamu akan merasa lega karna sekali lagi kamu memilih untuk memaafkan dengan ketulusan.

Bukan waktu yang menyembuhkan semua rasa sakit itu, namun jiwamulah yang menyembuhkan dirinya sendiri. Jiwamu membentuk semacam antibodi yang sudah di set saat kali pertama menghadapi antigen berupa rasa pedih, kali kedua kamu menghadapinya antibodi tersebut siap untuk menangkal rasa sedih yang berencana menggerogoti hati dan pikiranmu. Antibodi itu terbentuk dari semacam keikhlasan untuk merelakan, ketulusan untuk memaafkan. Sekali lagi bila orang mengatakan "tenanglah seiring waktu kamu akan sembuh" itu klise. Waktu tidak menyembuhkan, ia hanya berjalan semestinya, namun pilihan jiwamulah yang menentukannya.

Teman, tenanglah. Setiap air mata yang kamu teteskan atau setiap maaf yang kamu berikan dengan ketulusan akan menghasilkan buah yang ranum, yang akan menjadikanmu bahagia di masa depan. Aku tidak tahu teman kapan buah ranum hasil ketulusanmu itu akan kau panen, namun pasti akan kau panen. (Bukan sebuah kalimat yang menenangkan, namun sebuah kepastian) Katakanlah "aku memaafkanmu, aku mengasihimu, kasih itu menutupi segala kesalahanmu dan kudoakan kau bahagia".

Akhirnya sebuah lirik lagu yang menjadi backsound tiba2 terngiang "may your tears come from laughing, you find friends worth having, with every year passing, thet mean more than gold, may you win but stay humble, smile more than grumble, aand know when you stumble, you're never alone" (Lady Antebellum).

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pharmacist

24 Comments

  1. Ah, sepertinya aku paham bagaimana rasanya…
    Memaafkan kemudian mengikhlaskannya..
    Thanks for nice sharing like this �

  2. Salome Abigail berkata:

    Terkadang sy berpikir…kita hrs berterimakasih kpd org yg menyakiti hati kita…krn mereka adl guru kita yg mengajari bgm kita hrs memaafkan mereka krn tingkahnya yg menyebalkan itu….n sampai saat ini …sy msh jatuh bangun.

  3. Enny berkata:

    Memaafkan memang bagian dari seorang wanita tapi apakah ada pelajaran untuk seorang pria melihat keikhlasan seorang wanita?

  4. Tidak usa peduli si pria dapat pelajaran apa… yang penting kita lah yang belajar

  5. Kita pernah sama2 mengikhlaskan hanya berbeda hal