Waspadai Racun Manis Dalam Hubungan Asmara

Ketertarikan terhadap lawan jenis adalah hal alamiah yang terjadi ketika seseorang memasuki usia 20an, secara fisik hal ini terjadi karena dipengaruhi meningkatnya hormon seksual sehingga memberikan efek munculnya perilaku saling tertarik dan perasaan suka dengan lawan jenis, pada akhirnya mencoba membangun suatu hubungan yang lebih akrab (intim). Secara psikis, individu yang berusia 20an sedang berada ditahap perkembangan intimacy vs isolation.

Advertisement

Individu ditahap ini belajar menumbuhkan kemampuan dan kesediaan meleburkan diri dengan diri orang lain tanpa merasa takut rugi atau kehilangan sesuatu yang ada pada dirinya (intimasi). Tidak heran kan kenapa rata-rata individu yang berusia 20an biasanya sedang menjalin hubungan serius atau yang biasa kita sebut dengan pacaran. Namun bukan berarti usia remaja tidak mengenal pacaran, hanya saja pada usia remaja umumnya konsep pacaran dilakukan hanya sebatas coba-coba atau untuk kesenangan semata.

Pacaran untuk sebagian orang dapat memberikan dampak positif, seperti muncul motivasi untuk melewati hari, tumbuhnya semangat, meningkatkan kemampuan bersosial dan secara tidak langsung membantu individu belajar untuk mengembangkan simpati maupun kepedulian terhadap orang lain, serta melatih untuk mandiri dan dewasa. Idealnya setiap pasangan yang membangun hubungan asmara menginginkan terjadinya take and give, saling memberi kasih sayang, saling menjaga, dan saling percaya. Namun kadang banyak juga yang justru merasa sedih, tertekan, menjadi tergantung dengan pacar, merasa tidak menjadi diri sendiri dan hubungan sosial dengan teman-teman menjadi terbatas atau malah terputus. Jika sudah merasakan hal ini maka perlu diwaspadai jangan-jangan ada racun dalam hubungan yang sedang kamu dan si dia bangun.

Racun dalam hubungan kadangkala tidak terlihat dan tanpa disadari karena tidak selamanya racun itu pahit, racun dalam hubungan pacaran biasanya dikemas sedemikian rupa hingga tampak manis. Racun ini perlu diwaspadai karena dapat merusak diri kita loh, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengecek adanya racun tersebut bisa anda mulai dari hal-hal yang sifatnya kecil.

Advertisement

Pertama coba cek label negatif yang diberikan pasangan, biasanya label negatif mudah dideteksi dari panggilan yang diberikan pasangan. Coba perhatikan panggilan yang diberikan oleh pasangan anda misalnya, pesek, tembem, ndut, kriwil dan lain-lain. Jika ternyata ditemukan panggilan seperti itu maka itulah salah satu racunnya. Panggilan dengan label tertentu kadang dinilai romantis karena muncul pikiran bahwa pasangan secara khusus memberikan “panggilan sayang” kepada dirinya padahal tanpa disadari label negatif yang diberikan justru dapat berdampak pada rendahnya rasa kepercayaan diri.

Selanjutnya deteksi racun dalam hubungan yang kedua adalah perhatikan pemerasan dan manipulasi emosi yang dilakukan pasangan, biasanya hal ini dapat kita temukan dalam komunikasi sehari-hari, contohnya “ya sudah kalau tidak ada waktu untuk jemput aku, tapi kamu jangan nyesel ya kalau aku kenapa-kenapa di jalan” atau dalam bentuk lain seperti “aku ngelarang kamu karena aku sayang dan tidak mau terjadi sesuatu dengan kamu.” Ungkapan seperti itu sekilas didengar terkesan membutuhkan pasangan dan penuh perhatian namun sebenarnya terkandung makna negatif yaitu indikasi keinginan untuk mengkontrol pasangan.

Advertisement

Ungkapan tersebut akan memberikan pengaruh emosi yang kuat dan dapat menimbulkan rasa cemas, takut, kasihan, dan rasa tanggung jawab sehingga kita cenderung selalu bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan pasangan, padahal tindakan tersebut belum tentu sesuai keinginan kita. Inilah yang sebenarnya tujuan dibalik tindakan yang mereka lakukan, biasanya dilakukan secara sengaja bertujuan untuk menutupi kekurangan guna memperoleh kontrol, kekuatan, dan kekuasaan terhadap pasangan.

Deteksi ketiga, coba deh perhatikan semenjak menjalin hubungan dengan pasangan bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman yang lain apakah semakin berkurang waktumu dengan teman-teman? Jarak persahabatan kalian semakin merenggang? Apa pasangan melarang dan membatasi kamu untuk menjalin relasi sosial tanpa alasan yang jelas? Jika jawabannya ya maka kamu perlu berdiskusi dengan pasangan mengenai pacaran yang sehat. Pacaran yang sehat tentunya tidak akan membatasi ruang gerak kamu dengan lingkungan sosial selama lingkungan tersebut tidak memberikan dampak negatif, pasangan akan memberikan support dan membiarkan kamu menjadi diri sendiri.

Bagaimana? Sudahkah mendeteksi racun dalam hubungan asmara kalian? Jika sudah menyadari dan mengetahui adanya racun atau kekerasan emosi dalam hubungan maka harus segera dihentikan, jangan takut untuk memberikan tindakan yang tegas baik dalam membuat keputusan dan mengungkapkan perasaan ketidaksukaan dengan pasangan yang berhubungan dengan kekerasan emosi.

Hal ini memang tidak mudah untuk dilakukan karena kekerasan yang diberikan tidak secara langsung berdampak pada fisik dan tidak dengan nyata meninggalkan jejak dibadan kondisi ini yang membuat korban memiliki pikiran tidak ada resiko atau akibat yang nyata dari kekerasan emosi tersebut sehingga korban cenderung membiarkan pasangan terus menebarkan racunnya.

Padahal tanpa disadari secara emosi bagi korban racun dalam hubungan akan memberikan dampak negatif, seperti hancurnya harga diri yang berakibat pada rendahnya harga diri, terisolasi secara sosial karena dibatasi ruang gerak oleh pasangan, trauma dalam menjalin hubungan, bahkan memberikan dampak terhadap menurunya kondisi fisik dan tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang korban racun/kekerasan dalam hubungan akan menjadi pelaku penebar racun saat membina hubungan yang lain.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Clinical Psychologist

CLOSE