Katanya Sih, Suku Bermata Biru Ada di Indonesia. Beneran Nggak ya?

Siapa sangka, ternyata di Indonesia ada masyarakat bermata biru. Ya, iris mata biru nyatanya tak hanya milik orang Eropa. Seringkali orang bilang, mereka yang memiliki mata beriris biru ialah keturunan kaukasian Eropa. Tapi ternyata memang ada lho di Nusantara kita ini, rumpun yang memiliki ciri khas berupa mata yang biru layaknya ras kaukasian. Penasaran? Yuk simak pelan-pelan…

Hal ini terungkap ketika foto seorang gadis yang memiliki mata berwarna biru menjadi viral di sosial media. Begini ceritanya …

nih si gadis bermata biru yang mempesona

nih si gadis bermata biru yang mempesona via instagram.com

Advertisement

Foto di atas langsung viral, lantaran masyarakat pada umumnya menganggap fenomena mata biru sebagai hal yang unik. Sebab, di Indonesia sendiri yang banyak ialah warna iris mata cokelat. Tapi merupakan hal yang tak disangka sama sekali ketika ternyata di negeri ini ada rumpun yang memiliki ciri khas berupa mata biru layaknya ras kaukasian.

Dilansir dari Good News From Indonesia, La Ode Yusrie menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan seorang pedagang dari Pulau Siompu, Sulawesi Tenggara yang bernama Umar. Yusrie mengatakan bahwa pada mulanya dia hanya ingin melakukan penelitian kebudayaan dengan melakukan identifikasi benteng-benteng di Siompu. Namun, fokusnya pun berubah kala bertemu Umar yang mengatakan bahwa terdapat masyarakat bermata biru di Sulawesi Tenggara.

Gadis difoto itu bernama Ariska Dala, berusia 15 tahun dan salah satu warga Pulau Siompu yang memiliki warna beriris biru

mata biru itu ada, di pelosok Indonesia. nggak mutlak punya orang Eropa

mata biru itu ada, di pelosok Indonesia. nggak mutlak punya orang Eropa via www.fotovideoviral.com

Siompu, merupakan kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Pulau Siompu dapat dicapai sekitar 40 menit dengan perahu cepat dari Pelabuhan Topa, Kota Baubah. Masih menurut Yusrie, bahwa di pulau ini terdapat masyarakat bermata biru yang tinggal di pegunungan Desa Kaimbulawa yang jauh dari pusat kecamatan Siompu Timur.

Advertisement

Awalnya, Yusrie mengira apa yang dikatakan oleh Umar ialah hoax atau berita bohong, hingga kemudian dia datang sendiri ke Desa Kaimbulawa dan bertemu seorang warga bernama Dala, 50 tahun dan anaknya yang bernama Ariska Dala, 15 tahun. Dala berprofesi sebagai seorang guru SD di Desa Waindawula yang juga nyambi sebagai petani. Setelah bertemu dua warga inilah, Yusrie percaya bahwa informasi mata biru itu memang benar, bukan hoax. Perawakan Dala mirip orang Eropa, dengan tubuh tinggi, rambut pirang, kulit putih, dan matanya yang memang biru. Begitu juga anaknya, Ariska Dala.

Berdasar cerita versi Dala yang diceritakan ulang oleh Yusrie, hal ini bermula dari persahabatan antara warga Siompu dengan Portugis pada abad 16, lama juga ya?

Kalau nggak ada penjajahan, ya fenomena begini nggak bakal ada

Kalau nggak ada penjajahan, ya fenomena begini nggak bakal ada via www.bagikan.me

“Saya hanya paham sedikit. Yang tahu persis sejarahnya itu, kakak saya. Dia tinggal di Ambon sekarang. Sebagian besar komunitas mata biru disini sudah pindah ke daerah lain, salah satunya Ambon. Hanya sedikit yang tersisa dan memilih menetap di Siompu,” kata Dala, dilansir dari Kendari Pos.

Versi Dala, pada abad 16 atau sekitar awal tahun 1600-an, pulau Siompu menjadi tempat persinggahan pelaut dari Eropa. Termasuk dari Portugis, jauh sebelum kedatangan Belanda. Nah, sebagai bentuk persahabatan antara warga Siompu dengan Portugis kala itu, pemimpin Portugis mempersunting gadis bernama Waindawula. Gadis itu ialah cucu dari La Laja, seorang bangsawan Wolio.

Advertisement

Dari hasil penelusuran Yusrie, tersisa tiga rumpun di desa tempat tinggal Dala yang masih mewariskan pigmen keturunan Portugis. Mereka kebanyakan hidup sebagai petani

makin kemari makin sedikit, sayang

makin kemari makin sedikit, sayang via kaskus.co.id

“Sebenernya banyak yang kawin mawing (kawin silang) dengan pasukan Portugis ketika itu. Keturunan mereka juga banyak bermata biru. Kalau tidak biru matanya, biasanya rambutnya yang berwarna pirang,” lanjut Dala.

Di Desa Kaimbulawa ini, masih ada kurang lebih sepuluh orang yang bermata biru, termasuk Dala dan anaknya. Sementara keturunan lainnya, matanya tidak biru tapi rambutnya pirang dan kulitnya tetap putih. Jumlah penduduk di desa itu sekitar 20 KK. Jarak rumah di sana pun saling berjauhan satu sama lainnya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kebun.

Tak hanya di Pulau Siompu, fenomena serupa juga hadir di Lamno, Aceh Barat, dan pedalaman hutan Halmahera Timur. Kamu kudu percaya, Indonesia itu kaya

ini pemuda Lamno yang memiliki warna mata biru, rambut aslinya pirang tapi dicat jadi hitam

ini pemuda Lamno yang memiliki warna mata biru, rambut aslinya pirang tapi dicat jadi hitam via kompas.com

Pesona gadis bermata biru juga dikenal di Lamno, Aceh Barat sejak dulu hingga kini.  Sama seperti yang Dala bilang, mereka yang di Lamno juga keturunan orang-orang Portugis yang mendarat di sana. Dulu, pemilik mata biru di Lamno begitu mudah ditemui, namun kini yang terjadi sebaliknya, lantaran daerah tersebut termasuk yang terkena dampak tsunami 2004 silam.

Ada lagi, suku Lingon yang hidup terpencil di pedalaman hutan Halmahera Timur juga ditemukan memiliki iris mata berwarna biru. Mereka memiliki ciri fisik seperti layaknya orang Eropa. Termasuk dalam ras kaukasoid yang memiliki tubuh tinggi, kulit putih, rambut pirang, dan mata berwarna biru atau hijau. Wanitanya dikenal cantik karena pesona mata biru yang mereka miliki. Katanya sih, suku Lingon ini berasal dari sisa-sisa bangsa Portugis yang menghindar ke dalam hutan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.

Terlepas dari beberapa orang yang masih meragukan simpang-siurnya kebenaran akan hal ini, satu hal yang harus kamu percaya yaitu tentang betapa kayanya Indonesia. Beragam suku yang dimiliki Bangsa ini memiliki keunikan masing-masing dengan warisan budaya yang juga melimpah dan harus dijaga keberlangsungannya hingga kapanpun. Kalau kamu juga masih ragu, yuk jalan-jalan keliling Indonesia biar pikiranmu terbuka dan pengalamanmu makin kaya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.

CLOSE