Cantik dan Mulia! Traveling Eva Celia di Sumba yang Bikin Dia Makin Sempurna

Setelah menjalani syuting film Pendekar Tongkat Emas di Sumba pada 2014 lalu, Eva Celia mengaku jatuh cinta pada Sumba. Kala itu pun dia tak mau pulang. Seolah menegaskan bahwa dirinya telah menemukan “rumah” di Sumba, beberapa hari lalu Eva “pulang” kesana. Tak hanya merindukan alamnya alias hanya datang untuk berwisata saja. Putri Sophia Mueller ini turut serta turun tangan mengembalikan hak penduduk Desa Prailangina, Sumba Timur, untuk mendapat air bersih. Simak yuk, apa aja yang dilakukan Eva Celia di Sumba dan apa yang membuatnya merasa Sumba adalah “rumah”nya…

 

Tiga hari lalu, melalui akun instagram, Eva berujar mendapat kesempatan lagi untuk melihat Sumba. Hanya saja kali ini tak melulu keindahannya

postingan Eva di instagram tiga hari lalu

postingan Eva di instagram tiga hari lalu via instagram.com

“Beberapa hari yang lalu dapat kesempatan untuk melihat keadaan di Desa Prailangina, Sumba Timur. Kami mengalami sendiri betapa susahnya mendapatkan hal yang seharusnya menjadi hak utama kita: air bersih. Kami berjalan berkilo-kilo di bawah terik matahari. Tidak hanya letih, tapi juga berbahaya. Anak-anak dan ibu-ibu harus jalan 2 kali sehari selama tiga jam dengan beban 20 kilogram di kedua pundak mereka untuk mendapatkan air bersih. Senang sekali melihat pompa air tenaga surya sudah dibangun di desa ini. … Semoga ini bisa membantu masyarakat setempat khususnya anak-anak di Sumba supaya bisa lebih sehat dan fokus dalam pendidikan mereka.”

Begitulah tulis Eva Celia pada sebuah caption foto yang diunggahnya pada 5 Juni lalu. Iya, pada akhir Mei, Eva memang kembali lagi ke Sumba. Kali ini bukan syuting seperti sebelumnya. Selain rindu, ada misi lain yang dibawa. Menilik kehidupan di Desa Prailangina, Sumba Timur, dia merasa miris lantaran hak untuk mendapat air bersih selama bertahun-tahun tak juga didapatkan warga.

Iya, Eva memang tengah terlibat dalam kegiatan sosial. Dia sangat mendukung kampanye urun dana United Nations Development Programme yang bertujuan menyediakan pasokan air bersih untuk warga desa Napu, Sumba Timur.

Good morning from Sumba~

Good morning from Sumba~ via instagram.com

Masih lanjutan caption foto pertama di atas, putri Indra Lesmana ini menyatakan bahwa pompa air tenaga surya yang kedua sudah mulai dibangun di desa Napu, setelah desa Prailangina. Di tengah kesibukannya di dunia hiburan, perempuan 24 tahun ini tak lupa menyempatkan waktu untuk membantu sesama dalam kegiatan sosial. Ah betapa kamu menginspirasi kita semua Eva…

Pertama kali terlibat dalam crowdfunding, Eva mengaku matanya semakin terbuka. Bagaimanapun ternyata generasi muda berpotensi untuk mengubah dunia

eksotis mana, Sumba apa Eva?

eksotis mana, Sumba apa Eva? via instagram.com

Crowdfunding merupakan istilah yang digunakan dalam praktik penggalangan dana, dari sejumlah besar orang untuk memodali suatu proyek atau usaha yang umumnya dilakukan melalui internet.

Dilansir dari antaranews, Eva mengungkapkan bahwa dia sempat merasa kesusahan, dan menurutnya akan lebih mudah menggunakan media sosial. Dia juga berujar, sang mamalah yang menginspirasinya untuk selalu peduli lingkungan dan isu-isu dunia terkini.

“Pengalaman ini membuka mataku, kita para generasi milenial ternyata merupakan populasi terbesar. Karena banyak juga yang memakai sosial media, jadi penting untuk membuat perubahan dunia. Aku senang bisa membantu raise awareness. Kampanye UNDP ini adalah sebuah langkah baru. Bukan langkah besar, tapi yang pasti ini akan terus berjalan.” (antaranews)

Pengalaman kedua kalinya ke Sumba, dirasa Eva benar-benar membawa perspektif berbeda. Jika dua tahun lalu semua yang dibutuhkan selalu tersedia, kini sebaliknya

bukit, air terjun, apa sih yang Sumba nggak punya?

bukit, air terjun, apa sih yang Sumba nggak punya? via instagram.com

Aku tidak pernah mengalami itu (kesusahan air bersih, Red.) ketika di Sumba. Syuting film saat itu di Waingapu, di kota yang semuanya tersedia, ada supermarket, ada segala macam. Ketika syuting di desa yang letaknya jauh dari kota, aku tidak terlalu menyadari bahwa penduduk itu butuh air karena fokus untuk syuting yang sangat memakan waktu. (antaranews)

Jadi, melalui Eva, kita pun dapat belajar hal baru. Selalu ada dua sisi mata uang berbeda untuk setiap halnya. Termasuk Sumba. Tempat yang secara kasat mata begitu indahnya, namun ternyata ada sebagian masyarakatnya yang hidup terlunta-lunta. Kalau kamu suatu saat kesana, mungkin kamu bisa membantu mereka. Entah dengan cara apa. Menggerakkan masa, meningkatkan kesadaran mereka yang ada di Jawa. Mengambil langkah penanggulangan dan membuat keadaan sedikit lebih baik, mungkin.

Karena Sumba, Eva Celia jadi menyukai traveling. Keluar dari zona nyamannya di Jakarta, dan menemukan “rumah” baru dimana-mana

ini bukit Warinding

ini bukit Warinding via instagram.com

“Beri daku tanah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba,”

Itulah sepenggal syair karya Taufik Ismail melalui puisinya berjudul Beri Daku Sumba. Bait-bait sajak itu menyebut, rindu pada Sumba adalah rasa cinta pada padang terbuka, peternak perjaka, dan seribu ekor kuda. Agaknya, itu juga yang sempat dirasa Eva, dan membuatnya untuk kembali dan kembali lagi ke Sumba.

Seperti (lagi-lagi) yang dia tulis dalam caption foto di instagram, “Rumahku, Rumahmu, Rumah kita. Wherever you are, don’t ever forget that. #Indonesia #Sumba” Sembari mengunjungi warga di dua desa tadi, Eva juga menyempatkan diri ke bukit Warinding. Salah satu lokasi syuting film Pendekar Tongkat Emas ini merupakan lokasi favorit Eva. Siapapun akan terpana dengan indahnya bukit ini. Kamu bisa menikmati semilir angin sepoy-sepoy yang natural. Kalau kamu galau, tempat ini cocok banget untuk melampiaskan kegalauanmu. Selain bukit Warinding, di Sumba Timur juga ada Teluk Tarimbang, padang savana, dan pemandian Weikelo Sawah.

Beberapa hari di Sumba Timur, Eva merasa ada pengalaman hidup yang berharga untuknya

Sumba itu kaya. Eva pun sempat belajar tenun disana

Sumba itu kaya. Eva pun sempat belajar tenun disana via instagram.com

“Aku jadi lebih aware terhadap penggunaan air, jadi jauh lebih irit. Dulu biasanya mandi bodo amat terhadap penggunaan air, tapi sekarang dua atau tiga menit harus beres. Jadi perang batin ketika membuang-buang air padahal masih ada orang-orang yang membutuhkan.” (antaranews)

Menilik pengalaman Eva Celia, kamu gimana? Sebisa mungkin jangan buang-buang air ya. Yuk berempati. Mereka masih saudara kita. Sama-sama Indonesia. Masih baru dua pompa air tenaga surya yang dipasang di dua desa, masih ada desa-desa lainnya yang membutuhkan juga. Tak hanya di Sumba, juga di sudut Indonesia yang lainnya

Terimakasih Eva telah menginspirasi

Kamu mengingatkan kami untuk peduli pada mereka yang masih jadi bagian bangsa ini

Apakah kamu tertarik untuk mengikuti jalan-jalan lewat virtual tour selama masa new normal ini? Kasih tahu pendapatmu di sini

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.