Ulah Turis-Turis Ini Begitu Norak. Dari Mereka Kamu Bisa Belajar Biar Nggak Berpikiran Cekak!

Ketika menjadi turis di tempat asing, mungkin kamu pernah menemui warga lokal yang ramah. Nampaknya, mereka merasa senang dan bangga melihat ada orang dari jauh untuk melihat dan menikmati suasana di lingkungannya. Perasaan positif inilah yang membuat mereka terdorong untuk bersikap baik kepada setiap turis. Harapannya, kamu atau turis lain akan merasa betah dan senang telah berkunjung. Namun hal ini pun tak berlaku selamanya, ada beberapa turis yang justru berkelakuan buruk dan secara tak sadar sudah mencoreng nama negaranya. Berikut ada 7 kelakuan norak para turis yang sama sekali tak layak kamu jadikan panutan. Jangan sampai pikiranmu cekak. Yuk simak!

Tak terima duduk terpisah, turis China ini siram pramugari dengan air panas. Kekacauan ini memuncak hingga pesawat putar balik

mbak-mbak cantik kok dikasarin

mbak-mbak cantik kok dikasarin via mirror.co.uk

Advertisement

Kejadian ini terjadi akhir tahun 2014 silam. Pada penerbangan maskapai Air Asia nomor FD 9101 rute Bangkok, Thailand menuju Nanjing, China. Awalnya memang berjalan normal, pukul 17.55 waktu setempat, pesawat berisi 174 penumpang ini sudah sukses tinggal landas. Tapi mendadak, ketika baru beberapa menit di udara, pilot minta izin putar balik pada otoritas bandara Don Muang. Gara-garanya ada pasangan turis asal China yang secara kasar dan sengaja menyakiti pramugari.

Ceritanya gini, turis wanita yang jadi pelaku utama tak terima duduk terpisah dengan teman lelakinya. Ada seorang pramugari yang mencoba memberi penjelasan. Namun, si pramugari ini justru diserang oleh sepasang kekasih tersebut. Penumpang yang merasa tak puas itu lantas menyiram pramugari dengan air panas. Kan kurang ajar banget. Toh di boarding pass juga sudah tertera nomor tempat duduknya. Kalau nggak bisa taat sama aturan ya nggak usah traveling kan gampang.

Nggak cuma kasar, turis China juga identik dengan segala kelakuan negatif. Salah satunya, mereka selalu ngobrol dengan suara yang tak pernah pelan

karena ngobrol juga punya aturan

karena ngobrol juga punya aturan via cdn2.hubspot.net

Ngobrol sendiri merupakan salah satu cara yang dilakukan traveler untuk bersosialisasi, tak terkecuali oleh turis China sekalipun. Ketika berada di tempat atau transportasi umum, sebutlah pesawat, nggak jarang mereka akan mengobrol dengan nada super kencang pada teman yang hanya di sebelah atau baris kursi lainnya.

Advertisement

Layaknya di rumah sendiri, mereka mengobrol di pesawat tanpa mengindahkan traveler atau penumpang lainnya. Ya mengobrol memang boleh-boleh aja, tapi ya tetep yang sopan. Apalagi kalau penerbangan jauh yang butuh waktu nggak sebentar, kan kasian penumpang lain yang butuh tidur atau istirahat. Jangan ditiru ya…

Turis asal Australia pun dikenal berkelakuan buruk. Ya nggak semuanya memang, tapi kebanyakan. Utamanya di Bali, mereka seringkali mencederai norma-normal lokal, padahal Bali juga merupakan tempat sakral

harus tahu norma dan aturan setempat

harus tahu norma dan aturan setempat via jalan2.com

Setiap tahunnya, ada puluhan ribu turis Australia yang datang ke Indonesia, Bali utamanya. Mereka menganggap jika Bali merupakan tempat yang cocok untuk melakukan hal  buruk. Akhirnya, banyak sekali norma-norma lokal yang mereka ciderai. Minum-minum dan berpesta ialah hal yang biasa yang mereka lakukan. Akhirnya, tak sedikit warga Australia yang berurusan dengan warga lokal. Kasus-kasus warga Australia di Bali cenderung tak bisa dikendalikan. Bali memang tempat wisata, tapi kita semua juga harus sadar kalau Pulau Dewata juga merupakan kawasan suci.

Kamu kira turis Indonesia yang paling baik budi pekertinya? Nggak juga. Turis kita suka mengambil gambar seenaknya. Masalahnya, nggak semua orang itu rela

Advertisement
mbok ya yang sopan

mbok ya yang sopan via flickr.com

Datang ke tempat baru, memang akan banyak sekali hal menarik yang bisa ditangkap oleh indra. Hal ini pula yang kerap jadi tujuan untuk pergi traveling. Jadi, mengambil gambar dan menyimpannya sebagai kenang-kenangan memang merupakan hal wajar. Tapi yang harus kita ingat, memotret pun tetap ada etikanya.

Kasus mengambil gambar seenaknya ini pernah cukup menghebohkan pariwisata Indonesia ketika para tokoh Buddha merayakan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur. Perayaan Waisak yang unik, tak pelak menarik minat dan rasa penasaran yang sangat besar dari para turis. Dengan penuh semangat, mereka bergerak mendekat dan mengambil gambar para biksu saat sedang khusyuk bertapa dan memanjatkan doa pada Para Dewa. Bahkan, beberapa turis memotret dengan blitz yang menyilaukan dan suara yang cukup terdengar. Aksi ini tentu sangat mengganggu proses peribadatan umat Buddha. Tolong, jangan diteruskan ya…

Masih ada lagi, turis lokal kita juga telah banyak membuat kerusakan di tempat wisata. Vandalisme kita biasa menyebutnya ~

begini emang jadi makin indah? duh berkesenian juga ada tempatnya kali

begini emang jadi makin indah? duh berkesenian juga ada tempatnya kali via jalan2.com

Contohnya gini, banyak sekali tulisan-tulisan yang ‘terukir’ di batu, tembok, dan juga pohon di kawasan wisata. Belum lagi kasus menginjak-injak bunga Amarilis di Jogja. Lalu berlanjut lagi ke kasus jembatan yang ambruk di hutan lindung, Langsa Baro, Aceh. Ini baru di dalam negeri lho, negerinya sendiri. Gimana kalau kelakuan begini mereka lakukan di luar negeri sana? Tolong, jangan bikin malu bangsa sendiri.

Beberapa turis, dari negara manapun juga kerap menyalahkan penduduk lokal yang tidak berbahasa Inggris di negara yang memang non-berbahasa Inggris. Salah-benar, memang kamu siapa?

berani bilang salah-benar, kamu siapa?

berani bilang salah-benar, kamu siapa? via cdn.static.tuoitre.vn

Bahasa Inggris memang bahasa Internasional yang resmi. Ini berarti dalam forum-forum internasional yang bersifat resmi, sudah sewajarnya semua orang menggunakan bahasa Inggris. Umumnya, para traveler menguasai bahasa Inggris dengan baik dengan harapan mereka dapat berkomunikasi dengan lancar kemanapun mereka pergi berkunjung nanti. Tapi kamu juga nggak bisa memaksa semua orang di negara destinasimu bisa bahasa Inggris dong.

Beberapa turis kerap merasa sebal ketika sulit berkomunikasi dengan penduduk lokal gara-gara penduduk tersebut tidak paham bahasa Inggris. Dipikirnya, semua orang seharusnya belajar berbahasa Inggris, terutama pada daerah-daerah yang banyak dikunjungi wisatawan. Nggak bisa gitu juga sih mindsetnya. Itu sudah resiko setiap traveler yang pergi ke negara yang memang non-bahasa Inggris. Jangan malah marah-marah nggak jelas ya.

Mengkritisi isu di tempat yang dikunjungi rasanya juga nggak perlu. Hati-hati pada setiap kata-kata dan komentarmu

janagan pernah merasa benar, kamu bukan Tuhan

janagan pernah merasa benar, kamu bukan Tuhan via jalan2.com

Sebagai seorang traveler, mungkin kamu sudah terbiasa untuk mencari berita di berbagai media untuk mengetahui isu apa saja yang sedang hangat di suatu tempat yang akan kamu kunjungi. Beberapa isu atau berita kadang bisa sangat heboh dan menjadi perbincangan banyak orang di mana-mana. Bahkan kamu pun bisa saja memiliki pendapat sendiri terhadap isu tersebut atau bahkan senang memperdebatkan hal tersebut dengan orang lain. Tanpa disadari, memperdebatkan hal tersebut dengan warga lokal bukanlah hal yang bijak dilakukan saat kamu sedang berkunjung sebagai turis.

Tolong hindari mengkritisi sebuah isu terhadap suatu daerah saat datang mengunjunginya. Satu hal yang layak kamu ingat, warga lokal tentunya tahu jauh lebih banyak kondisi tempat tinggalnya. Dan berita yang ada di media belum tentu mencakup semua fakta. Kamu punya potensi besar untuk salah dalam menginterpretasikan apa yang diberitakan. Jangan jadi turis menyebalkan yang sok tahu ya…

Jadi, gimana? Kamu sudah masuk turis yang nomor berapa? Hehehe. Ini buat instropeksi kita semua aja, nggak ada kok manusia yang sempurna. Tapi bolehlah kita bareng-bareng belajar menuju perilaku yang nggak tercela. Traveling nggak cuma bawa nama pribadi, namun juga bangsamu saat kamu pergi ke luar negeri. Ati-ati di jalan, mari kita jaga kelakuan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Rajin menggalau dan (seolah) terluka. Sebab galau dapat menelurkan karya.

CLOSE