Menyudahi “Kapan Nikah?” dari Orang-Orang dengan Terburu ke Pelaminan, Yakin Tak Menyesal?

Saat bersantai sambil menonton film, sinetron, dan drama, ketika scene perayaan pernikahan ditampilkan, tak ada rasa lain yang dirasa selain bahagia. Kamu pun iri dan tak sabar ingin merasakan momen melepas lajang ini bersama pasanganmu. Entah dulu atau baru kemarin, angan buat menikah seringkali menjadi topik utama pemikiranmu.

Berbicara mengenai usia, cepat atau lambat kamu pun akan mengalami fase dihujani oleh pertanyaan yang bisa bikin baper, risih, bisa jadi termotivasi. Seperti…..

“Kapan nikah, nih?”
“Jangan lama-lama nunda, nanti keasikan lho.”

Agar pertanyaan macam ini bisa berkurang atau berhenti masuk ke telingamu, salah satunya adalah dengan melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Sebuah bukti nyata bahwa kamu akhirnya tak lajang lagi. Tapi, apakah keputusan itu benar-benar bijak? Buru-buru menikah biar orang-orang berhenti tanya, dengan keputusan yang terlalu cepat? Boleh cepat, tapi apakah ada pada orang dan suasana yang tepat?

Sebelum mantap naik pelaminan, keseriusan dalam hubungan adalah penting. Jika masih belum ada omongan, mau dikata apa

Yakin atau tidak, coba rundingkan

Yakin atau tidak, coba rundingkan via vi.sualize.us

Ada beberapa indikator yang perlu dilalui sebelum kamu benar-benar bisa memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupmu pasangan yang sudah buat kamu yakin. Salah satunya adalah punya tujuan yang sama, dan serius untuk mewujudkannya di masa depan. Seberapa lama hubungan yang kamu jalani dengan dia, jika masih belum ada tanda-tanda untuk membahas tentang masa depan, menikah terutama, apa mau di kata.

Jika hal ini terjadi ada dua kemungkinan, dia memang belum yakin dengan dirinya sendiri pun denganmu, atau dia sedang berjuang untuk menyiapkannya perlahan. Keputusan untuk bisa cepat-cepat bersanding bersama di pelaminan pun nggak akan bisa didapat dalam satu senja. Seberapa banyak perngorbanan dan proses berjuang bersama untuk bertahan adalah yang membuat rasa yakin itu muncul. Jika hanya dengan celotehan iseng orang-orang yang menyuruhmu segera menikah, tak apa anggap saja sebagai angin lalu.

Pun perihal finansial, perlu dipikirkan matang-matang. Menikah hanya bermodal cinta, apa bisa tentram dan kenyang

Modal cinta bikin kenyang?

Modal cinta bikin kenyang? via unsplash.com

Menikah itu murah. Gengsinya yang mahal.

Sepertinya kata-kata itu hampir benar adanya. Menikah itu bermodal awal sebesar 600 ribu untuk mengundang penghulu, sisanya yang butuh biaya besar-besaran. Jika kamu sudah punya bayangan ini, semakin giatlah untuk bekerja. Untuk menyewa gedung, katering, hingga dekorasinya nggak bisa didapat hanya dengan bekerja selama satu bulan. Paling tidak, kamu harus menyiapkan kisaran puluhan hingga ratusan juta untuk menggelar resepsi sederhana.

Jangan hanya terpaku dengan pagelaran meriah satu malam ini. Untuk menjalani hari dan malam-malam setelahnya, apakah sudah kamu pikirkan? Mengenai dimana tempat tinggal yang nyaman untuk dihuni sepasang pengantin baru. Karena tak hanya cinta yang dibutuhkan sebagai modal tuk naik pelaminan. Mengenai finansial pun penting adanya agar keseharianmu bisa nyaman dan tercukupi.

Kehadiran buah hati nantinya juga perlu kamu pertimbangkan. Kebutuhan yang harus dipenuhi tak sedikit nantinya

Menikah itu bukan tujuan paling akhir yang akan kamu lalui selama masa hidupmu. Bahagianya sudah bisa mendapat title “nyonya” atau “suaminya” pasanganmu. Dalam berumah tangga, ada pencapaian yang ingin kamu raih pastinya, yaitu bisa menimang dedek bayi. Wah, benar-benar yang dinanti oleh keluarga besarmu tentunya.

Kebutuhan yang harus dipenuhi untuk hidup berdua, usaha yang dikerahkan pun tak bisa diistilahkan dengan kata sekadar. Ketika malaikat kecil ini datang nantinya, sudah siapkah kamu untuk memenuhi segala halnya yang tidak sedikit ini?

Terlebih tentang perasaan, jika terlalu cepat apa tidak terlalu dipaksakan?

Jangan dibuat terburu, Sayang

Jangan dibuat terburu, Sayang via www.tumbex.com

Katanya, waktu akan menjawab dan merubah segala hal yang selama ini buatmu bertanya-tanya. Perasaan pun bisa berubah, karena waktu dan keadaan. Pun untuk memaksakan apa yang dirasa bertolakbelakang dengan hati, siapa yang mau?

Memutuskan untuk menjalani hidup berdua disaksikan oleh keluarga, saksi, dan penghulu tidak bisa berlangsung jika salah satu pihak merasa keberatan. Memang setelah disahkan nanti kamu bisa lega karena pertanyaan “kapan nikah?” itu tak akan terdengar lagi. Pertimbangkan dari sisi pasanganmu, apakah tak apa jika terlalu terburu-buru? Apakah ada yang merasa dipaksa?

Tak baik pula jika segala keputusan yang complicated ini diputuskan buru-buru. Apa kamu tidak ingin menikmati proses ini dulu, sambil mencari celah jenakanya orang-orang yang penasaran tentang statusmu ini? Sedikit tertawa pun tak ada yang melarang.

Butuh waktu untuk mempersiapkan semua memang. Sedikit bersabar, supaya naik pelaminan nantinya bisa tenang

Menganggap pertanyaan “Kapan nikah?” ini sebagai angin lalu, sepertinya perlu kamu lakukan. Sebagai gantinya, tutup telinga dan giatkan diri untuk mempersiapkan segala kemungkinan terbaik dan terburuknya. Jika memang sudah saatnya, semesta akan menggiring langkahmu menuju altar sakral pernikahan. Tenang saja. Sedikit bersabar tak akan buatmu kecewa.

Sembari menanti rasa yakin antara kamu dan pasangan, tak ada salahnya kamu memilih-milih tema pernikahanmu secara santai serta menghitung-hitung budget yang wajar dan tak berlebihan. Survey mencari bridal makeup dan fotografer pun tak diburu oleh waktu. Rencana bisa berjalan lancar dan tenang. Karena menikah itu bukan tentang tuntutan dan kata orang. Tak lain dan tidak bukan adalah tentang kamu, pasangan, dan keluarga. Pandai-pandailah untuk mem-filter ucapan orang, apakah itu bisa membangun atau malah bikin baper~

Nikmatin aja dulu masa-masa pacaran, ya gak Aiman ?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ketika seduhan hangat teh bertemu dengan quotes yang menyayat kalbu, tunggu di tempat absurd itu.