Nama Anak adalah Doa. Tapi, Memberi Nama yang Susah Dieja, Apa Sebegitu Harusnya?

Menentukan nama adalah perihal yang tak bisa diputuskan begitu saja. Teruntuk hewan peliharaan, memberikan nama penting adanya. Paling tidak, mereka tahu sebutan spesial yang diberikan. Tak hanya makhluk hidup, benda mati seperti motor, mobil, atau boneka pun kadang sudah ada nama unik yang diberikan.

Advertisement

Sama halnya untuk menentukan nama yang akan diberikan untuk anakmu nantinya. Mungkin, walau sekarang kamu masih belum menikah (belum ketemu jodoh), kamu sudah iseng-iseng buat nyari nama yang unik dari berbagai belahan dunia yang punya arti apik juga.

Fenomena anak saat ini adalah nama mereka yang makin susah dieja. Menanggap akan hal ini, apakah nama untuk anakmu kelak yang sudah disiapkan sejak dini ini juga ribet dan susah dieja? Mengapa orangtua sekarang lebih suka nama yang kompleks ya. Hehehehe.

Nama adalah bagian dari harapan orangtua. Unik dan nggak pasaran, tapi jangan yang susah dieja juga…..

Doa terbaik dari orangtua

Doa terbaik dari orangtua via unsplash.com

“Nama anak adalah doa orangtua. Nggak pasaran dan punya arti baik, apa salah?”

Advertisement

Tak ada yang salah kok sebenarnya akan hal ini. William Shakespeare saja tak meninggalkan potongan kalimat ini di
karyanya tanpa sebab. Karena nama memang penting adanya sebagai penunjuk identitasmu beserta keluarga. Mungkin saja, orangtua sekarang tak ingin anaknya punya nama pasaran. Seperti Dinda, Putra, Putri, atau Sari yang mungkin dipunya banyak orang. Mencari referensi nama dari bahasa Irlandia, Prancis, Arab pun banyak dilakukan.

Tak ada yang tahu benar dibalik dari nama yang susah dieja seperti Alamadarexia Phantasia Anumerti. Mungkin saja jika nama ini benar-benar punya arti, doa-doa harapan besarlah yang diinginkan orangtuanya. Tapi, apakah nggak ada nama lain yang lebih ramah untuk dieja?

Ketika berkenalan dengan orang baru, akan ada momen salah dengar atau salah eja namanya

Advertisement
Siapa dek? Madanita?

Siapa dek? Madanita? via audreymagazine.com

“Hai, kenalin aku Magdalentianita Astarina.”
“Siapa? Madanita?”
“Magdalentianita Astarina.”
“Oh. Hai.”

Ketika seorang anak sudah menginjak usia dimana dia diharuskan untuk bersosialisasi sendiri, mengenalkan diri
adalah hal yang harus dilalui. Dengan orang baru, kamu pun paling tidak berkenalan dengan menyebutkan nama agar lebih akrab.

Bisa dibayangkan, ketika ada angin berhembus saja, menyebutkan nama Anita Lizda masih ada yang salah dengar.
Apalagi jika namamu panjangnya terdiri dari 15 huruf di tiap katanya. Apa mereka yang dengar nggak kesusahan untuk mengingat? Toh, untuk mengeja saja butuh energi untuk mengingat. Jadi, kalau ada momen salah dengan atau salah ucap, adalah konsekuensi yang harus diterima nantinya.

Akan ada nama panggilan lain yang akan diberikan oleh temannya. Tak jarang, bisa jadi bahan ejekan

Jangan panggil aku Sandal :(

Jangan panggil aku Sandal 🙁 via weheartit.com

“Hei, namamu siapa? Anak baru ya?”
“Aku Sandralianita Pertiwi.”
“Hah? Sandal?”

Memang, masa anak-anak menyenangkannya buat sulit lupa. Tapi, ada hal yang nggak menyenangkan yang juga bikin anak-anak jadi jengah. Nama panggilan misalnya. Para orangtua, mungkin kamu tak merasa ada apa-apa saat memberikan nama, tapi anakmu yang merasakannya.

Nama yang rumit bikin mereka mendapatkan nama panggilan aneh dari teman-temannya. Harapan indah yang ada dalam nama, jadi berantakan jadinya. Nama bagus-bagus Sandralianita tiba-tiba dipanggil sandal yang dipakai kaki. Walaupun sebagai guyonan, panggilan bernada mengejek ini nggak sepenuhnya menyenangkan, lho. Jika nama simple saja bisa mewakili doa, memilihnya kenapa harus pikir-pikir?

Sudah banyak kasus nama yang berubah karena salah tulis di ijazah SD. Mau kejadian juga, nih?

Mau kejadian?

Mau kejadian? via www.kompasiana.com

Nggak hanya bikin kesusahan untuk anakmu dan orang sekitaran, nama yang susah dieja juga akan memberi kerumitan baru kepada guru-guru SD yang bertugas buat menulis nama di ijazah. Nggak sedikit kasus perubahan nama terjadi karena kesalahan kecil ketika sekolah dasar ini.

Jangan jauh-jauh, ketika membuat akte kelahiran tak sedikit kasus serupa terjadi. Yaitu salah ketik satu dua huruf yang bikin doa dan harapan nama itu sedikit berubah. Kalau kamu ingin kejadian ini dirasakan olehmu dan anakmu kelak, tak apa menyiapkan nama unik yang hanya satu di dunia. :p

Toh, nantinya kamu akan memanggilnya dengan nama sederhana. Kenapa nama panjangnya harus diperumit?

Simple saja, asal bermakna. Bagaimana?

Simple saja, asal bermakna. Bagaimana? via www.familyfriendlyhq.ie

Untuk menghargai orang-orang yang memberi nama anakmu, dengan memanggilnya dengan pronunciation yang tepat adalah wujud apresiasi. Sepanjang apapun namamu, nama panggilan singkatlah yang akan kamu ucapkan. Nama Magdalentianita Astarina, mungkin saja Lena adalah nama panggilannya. Sederhana, bukan? Untuk diingat pun jadi tak kesusahan.

Kalau pada akhirnya nama adalah doa, kenapa para orangtua berlomba-lomba mencari nama aneh yang menyusahkan? Toh pada akhirnya akan ada dua-tiga suku kata sederhana untuk memanggil mereka. Menurut pertimbanganmu, kamu lebih memilih nama sederhana tapi penuh makna, atau nama unik tapi susah disebutkan dan malah artinya berbeda? Hehehehe.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ketika seduhan hangat teh bertemu dengan quotes yang menyayat kalbu, tunggu di tempat absurd itu.

CLOSE