Padahal Sudah Jadi Sarjana, tapi Susah Sekali Mencari Kerja. Mungkin 5 Hal Ini Penyebabnya

sarjana susah cari kerja

Bye-bye masa kuliah, selamat tinggal masa mahasiswa. Begitu ucapku ketika aku mengenakan baju toga kebanggaanku. Setelah mengalami jatuh bangun berulang kali, akhirnya sampai juga aku pada penghujung di mana aku akan menemukan dunia baru. Dunia yang kata orang adalah ‘dunia yang lebih kejam’.

Dunia di mana kita akan mengalami berulang kali jatuh bangun, dunia yang lebih kejam dari Si Doi, karena di dunia kerja kita akan menemui berbagai penolakan yang lebih menyakitkan. Inilah ketika mental kita diuji, dihadapkan pada dua pilihan. Bertahan dan tetap bangkit, atau menyerah yang berarti kalah.

“Lalu, aku kerja apa nanti? Bagaimana jika sampai nanti aku tetap menjadi pengangguran?”

Ketakutan-ketakutan seperti itu pasti sering membayangi kaum-kaum fresh graduate yang baru saja mendapatkan gelar baru dalam hidupnya. Tapi percayalah, setiap orang pasti akan menemukan jalannya sendiri. Entah itu adalah panggilan kerja di suatu perusahaan ternama, atau bahkan membangun usahanya sendiri, dan malah mempekerjakan orang sebagai pegawainya.

Tak jarang, kita juga banyak menemukan kaum Fresh graduate yang berekspetasi mematok gaji yang terlampau tinggi. Itulah yang menyebabkan beberapa dari fresh graduate lama dalam menemukan pekerjaan. Jika kamu sebagai seorang fresh graduate bertanya-tanya kenapa terasa sulit sekali mendapatkan pekerjaan, mungkin alasan berikut ini adalah penyebabnya.

1. Ingat, pengalamanlah yang paling dicari. Bahkan IPK 4,00 akan percuma jika kamu tidak mempunyai keahlian dan pengalaman

Photo by I Putu Balda Yogi Pranata on Unsplash

Photo by I Putu Balda Yogi Pranata on Unsplash via https://unsplash.com

Memang, menimba ilmu di bangku kuliah sangat menguras rupiah. Itulah sebabnya orang tua kita mati-matian mencari biaya untuk keberlangsungan masa depan anaknya. Berapapun biayanya, mereka akan mengusahakannya demi gelar sarjana yang disandang oleh putra-putrinya. Jika kamu sadar akan hal itu, tentunya kamu akan membalas semua jerih payah yang telah orang tuamu berikan dengan belajar sungguh-sungguh untuk meraih IPK sempurna.

Ya, itulah sebabnya kamu dijuluki sebagai mahasiswa pengejar IPK 4.00. Mahasiswa yang setiap kali jeda jam pergantian mata kuliah selalu kamu habiskan di perpustakaan kampus. Sungguh, semua itu kamu lakukan demi membayar rasa bangga orang tuamu dengan mendapatkan IPK yang sempurna.

Niatmu untuk membanggakan orang tuamu memang perlu diacungi jempol. Namun, kamu juga harus menyadari bahwa IPK sempurna saja tak cukup membuatmu bertahan ketika kamu memasuki dunia kerja. Dibutuhkan pengalaman dan keahlian lainnya yang seharusnya kamu temukan ketika duduk di bangku kuliah.

Bergabung dengan lembaga intra ataupun organisasi-organisasi kampus merupakan salah satu solusinya. Ingat, bahwa belajar tidak selamanya berlangsung di dalam kelas. Melalui organisasi-organisasi kampus, secara tidak langsung kamu juga akan mengasah soft skill yang mana itu bisa menjadi modal utamamu untuk bekerja setelah lulus nanti.

2. Puluhan surat lamaran kerja disebar, namun tidak ada hasil. Mungkin, itu karena kamu kurang bisa ‘menjual diri’

Jual dirimu di CV.

Jual dirimu di CV. via http://www.bbc.com

Sudah berapa puluh lembar kamu menghabiskan kertas untuk membuat surat lamaran kerja dan riwayat hidup? Atau, berapa kali kamu sudah mengirimkan surat elektronik untuk melamar pekerjaan? Sepuluh, dua puluh, atau bahkan hingga ratusan kali? Apa karena itu, hingga membuatmu patah semangat dan menyerah sebagai pengangguran di usia muda?

Ingat, semangat adalah modal utama bagi kamu untuk tetap bangkit. Daripada bermuram diri dan meratapi kemalangan, akan lebih baik jika kamu memikirkan hal-hal yang menjadi kekurangan kamu. Coba cermati setiap baris surat lamaran kerja serta riwayat hidup yang telah kamu buat.  Sambil membacanya, posisikan diri kamu sebagai job creator yang sedang mencari karyawan untuk perusahaannya. Bagaimana, apakah berkas yang telah kamu buat cukup menarik? Jika tidak, maka ada yang perlu kamu benahi.

Coba ‘jual dirimu’ dan promosikan apa saja kelebihanmu dengan cara yang menarik dan berbeda. Ketahuilah, selain kualifikasi yang memenuhi syarat, kelihaian kamu dalam membuat surat lamaran kerja, dan riwayat hidup juga sangat membantumu memperoleh kesempatan kerja yang lebih besar!

3. Kadang kala, aku terlalu gengsi menerima pekerjaan dari perusahaan kecil yang belum dikenal namanya

Kamu terlalu gengsi dengan pekerjaan di perusahaan kecil.

Kamu terlalu gengsi dengan pekerjaan di perusahaan kecil. via http://thenextweb.com

Jika kamu adalah seorang fresh graduate yang baru saja melakukan transisi kehidupan, maka yang terpenting bagimu adalah mencari pengalaman terlebih dahulu. Jarang sekali terjadi dalam catatan sejarah, pertama kali kerja, fresh graduate dapat menempati posisi sebagai seorang manager. Terkecuali, cara instan tersebut dapat kamu raih jika perusahaan tersebut adalah milik orang tuamu sendiri.

Dengan kata lain, pengalaman adalah harga mati yang harus kamu bayar untuk meraih posisi yang lebih tinggi lagi. Jika kamu telah lelah hati setelah berkali-kali ditolak oleh perusahaan ternama, maka kali ini perluas kesempatanmu untuk mencoba ke perusahaan yang sedang berkembang.

Singkirkan perasaan gengsimu jauh-jauh. Sejujurnya, gengsi adalah cara lain bagi dirimu untuk menutupi keterbatasan dan ketidakmampuanmu. Sebuah pekerjaan akan terasa berat jika dari awalnya sudah kita jalani dengan setengah hati.

Ketimbang menunggu waktu untuk mengejar perusahaan besar ternama, ada baiknya untuk bergabung dengan perusahaan yang sedang berkembang. Kesempatanmu untuk melibatkan diri dalam perusahaan tersebut akan terbuka lebar. Tentunya, ini bisa kamu jadikan sebagai portofolio jika suatu saat nanti kamu ingin merealisasikan niatmu untuk bergabung dengan perusahaan besar.

4. Jujur, aku juga merasa minder dan iri dengan gaji teman-temanku yang jauh lebih tinggi. Sedangkan aku…

Kamu minder dan iri dengan temanmu.

Kamu minder dan iri dengan temanmu. via http://picarcade.com

Tidak pernah berpuas diri, itulah sifat manusia yang bisa menjadi racun dan menghancurkan dirimu sendiri. Konteks itu memang bagus jika kamu selalu memperbaiki kualitas hidup. Tapi, tidak untuk terus merasa kurang.

Lihatlah, semua teman-temanku yang sudah bekerja, mereka berdasi, dan memakai kemeja rapi. Tampak gagah dan elegan jika dipandang. Perusahaan mereka juga besar dan menawarkan salary tinggi. Jauh, sungguh jauh dari keadaanku sekarang.

Aku akui, perusahaanku saat ini memang fleksibel dalam hal berbusana. Paling tidak, aku tak perlu seperti mereka yang memakai kemeja formal dan berdandan rapi. Tapi, masalahnya ada pada perbedaan gajiku yang terpaut terlalu rendah dengan teman-temanku. Bagaimana aku tidak iri? Haruskah aku melepas saja pekerjaan ini dan mencari perusahaan yang lebih besar dan bergaji tinggi?

Perasaan-perasaan itu tentu selalu muncul di pikiranmu. Ya, itu sangat manusiawi. Seperti yang kamu lihat, teman-temanmu memang berdandan rapi dengan kemeja formal yang tampak licin, bahkan hingga berjas. Tapi, apakah iya kamu bisa melihat bagaimana perjuangan mereka dalam menjalankan pekerjaannya?

Bagaimana jika gaji tinggi tersebut hanya dapat mereka dapatkan jika target mereka terpenuhi? Bagaimana jika ternyata mereka selalu saja pulang larut malam tanpa adanya bonus lembur? Bagaimana jika bos mereka terlalu cerewet dan selalu membabi buta dalam memberikan tugas? Dan lagi, mereka adalah anak perantauan yang hidup di kota besar dan biaya hidupnya jauh lebih mahal. Masihkah kamu merasa iri?

Bandingkan denganmu, meskipun gajimu pas-pasan, toh kamu bisa menyisihkan pemasukan uang bulananmu untuk ditabung. Bahkan, kamu juga masih bisa mengunjungi keluargamu di rumah setiap kali libur kerja. Bukankah itu sudah sangat adil?

5. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Percaya dirilah jika kamu memang punya kemampuan yang layak untuk diperhitungkan!

Percaya dirilah dengan kelebihan dan kemampuanmu.

Percaya dirilah dengan kelebihan dan kemampuanmu. via https://www.flickr.com

Jika kamu termasuk fresh graduate yang semasa kuliah aktif berorganisasi dan mempunyai banyak pengalaman di luar bidang akademis, maka itu adalah fondasi yang menguatkan kamu di dunia kerja. Ya, kamu lebih unggul dibandingkan dengan mereka yang hanya mencari nilai sempurna dalam hal IPK. Untuk itu, penting bagi kamu untuk percaya diri dan mengakui bahwa kamu memang benar-benar layak untuk bekerja di perusahaan yang sedang kamu tuju.

Jika belum berjodoh dengan perusahaan yang kamu inginkan, maka kamu perlu mawas diri. Sesi wawancara kerja adalah saat di mana kamu ‘menjual diri’. Untuk itu, katakan bahwa kamu mempunyai kelebihan yang tak  dimiliki oleh orang lain, dan yakinkan dengan betul-betul bahwa dirimulah yang selama ini mereka cari. Ingat, bukan saatnya kamu merasa rendah diri. Mental sekuat baja sangat diperlukan untuk menghadapi dunia kerja.
Pesimistis adalah satu-satunya hal yang harus Anda buang dari pikiranmu. Jika otakmu selalu saja berandai-andai tentang kegagalan, maka besar kemungkinan hal itulah yang akan terjadi padamu. Tentu, pastinya kamu pernah mendengar bahwa Tuhan akan sesuai dengan prasangka hambanya?  Untuk itu, selalu berprasangka baik dan optimis bahwa kamu yakin bisa.

Memang, masa peralihan dari dunia mahasiswa ke dunia kerja akan membuatmu sedikit kaget. Sebagai fresh graduate, sudah biasa rasanya jika kamu ditolak berkali-kali oleh perusahaan yang kamu inginkan. Melalui rasa pahit itu, akan memberimu dua pilihan. Membentukmu menjadi seorang pemenang atau malah membuatmu menjadi seorang pecundang. Pilihan ada di tanganmu!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre