Setiap individu berhak atas akses pengetahuan. Namun, persoalan akses tentu bukan satu-satunya keran yang mesti dibuka ketika menyoal tentang dunia pendidikan Indonesia. Persoalan lainnya adalah kualitas bahan-bahan bacaan yang kontekstual dengan lingkungan sosial dan kultural yang ada. Sejatinya, pendidikan adalah medium manusia untuk mengakrabkan ilmu pengetahuan dengan lingkungan tempatnya tinggal, berikut dengan masalah-masalahnya. Misalnya dengan pertanian.
Pertanian sering kali ditempatkan hanya sebagai penunjang sektor hilir. Jika memiliki kelas, maka menjadi petani adalah pekerjaan rendahan . Padahal, pertanian ada pada sektor hulu dan berperan penting di dalam memastikan arus mengalir dan bermuara secara sehat. Namun, desa dengan karakteristik geografis yang sangat mendukung dunia pertanian justru banyak ditinggalkan anak mudanya untuk mencari penghasilan lain yang dianggap lebih menjanjikan di kota. Pertanian lalu dianggap hanya milik orang-orang berpengalaman dengan umur yang sudah banyak.
Hal ini yang mendasari Book for Mountain merancang buku Kontekstual Petanian dengan tema besar Kemiri Yori. Seri pertama dari buku kontesktual ini terdiri dari empat buku yang berkisah tentang perjalanan seorang anak bernama Yori untuk menemukan , mengolah rasa ingin tahu, bereksperimen, hingga pada tahap menyadari bahwa dari desanya bisa lahir hal-hal sederhana yang bermanfaat bagi dunia luas.
Kisah Yori diangkat dari salah satu potensi daerah Desa Mulakoli, Kabupaten Nagekeo , Nusa Tenggara Timur yaitu tanaman Kemiri. Dialog dengan pemuda lokal dan riset yang terus dikembangkan menjadikan kisah Yori bukan hanya sekedar narasi semata, melainkan juga turut membawa nilai- nilai sederhana yang universal. Tidak hanya itu, narasi ini merupakan ruang bagi kritik kami terhadap beringasnya zaman yang mereduksi makna penting pendidikan dan pertanian.
Alasan Book for Mountain untuk bergerak, karya yang akhirnya dihadirkan, hingga harapan-harapan yang dirawat ada dalam spektrum waktu yang panjang. Kemiri Yori menjadi kritik atas sejarah masa lalu dunia pendidikan dan pertanian Indonesia, dihadirkan secara kontekstual pada anak-anak, dengan harapan hal ini mampu menjadi sumbangsih pada ilmu pengetahuan tentang betapa pentingnya memaknai pengetahuan sebagai sesuatu yang tidak berjarak dengan lingkungan tempat tinggal kita.
BFM percaya bahwa menghadirkan Kemiri Yori adalah tentang memediasi kebaikan yang diharapkan mampu menular ke banyak orang dan gerakan di luar sana. Gayung bersambut, di tanggal 12 Januari BFM akan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menggelar Minggir Festival, di antaranya adalah Agradaya, Rara Sekar, Ben Laksana, Nissa Wargadipura, dan Sisir Tanah
Sesuai namanya, Minggir Festival adalah kegiatan bersama yang akan digelar di Dusun Planden, Minggir, Kabupaten Sleman, yang berada pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Bentang alam dan modal sosial masyarakatnya adalah pertimbangan objektif untuk memilih Desa Minggir dalam memediasi kolaborasi ini.
Minggir Festival akan menyajikan berbagai acara seperti talkshow, workshop, pasar rakyat dan juga pertunjukan musik. Workshop akan berfokus pada proses pengolahan hasil kebun yang diadakan bersama Agradaya serta melibatkan ibu-ibu PKK di desa Minggir. Talkshow akan di hadiri oleh para praktisi dan aktivis dunia pendidikan dan pertanian seperti Ben Laksana dan Nissa Wargadipura. Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan dari Rara Sekar (ex Banda Neira) serta Sisir Tanah. Tidak kalah penting adanya pagelaran Pasar Rakyat yang diakomodir oleh Sekolah Pagesangan dan juga ibu-ibu PKK setempat. Narasi-narasi tentang pendidikan kontekstual dan juga tentang keberdayaan pertanian di berbagai daerah di Indonesia akan diolah bukan hanya dalam lingkaran verbalisme, namun juga dalam bentukan aktivisme yang nyata.
Sebelumnya, telah banyak rangkaian kegiatan yang juga turut melibatkan banyak pihak, seperti Pagelaran Dongeng Kemiri Yori dan Icip-Icip Panganan Berbahan Dasar Kemiri yang diadakan atas kolaborasi kami dengan Antologi Collaborative Space dan Wikikopi. Kami turut mengundang Project B Indonesia beserta Videshiya untuk ikut berkolaborasi dalam program edukasi sampah plastik dan minyak jelantah.
Hal ini adalah upaya untuk menjadi bagian dan ikut bekerja bersama untuk memastikan semangat Yori menjadi semangat kolektif yang dirawat paripurna. Dengan tema besar pertanian, Minggir Festival akan menampilkan dunia pertanian, tidak hanya dalam urusan tanam menanam saja. Melainkan, juga ada pada medium belajar alternatif seperti Kemiri Yori, dalam semangat aktivisme, dalam semangat dialog interaktif , dll.
Semangat kolaborasi bersama ini tentu saja terbuka untuk umum. Semua orang bisa datang, bercengkrama , berbagi pengalaman, membangun jejaring , dan tentu saja berkenalan lebih jauh dengan Yori. BFM tentu sangat mengharapkan kehadiran banyak orang, namun dengan berbagai pertimbangan, maka kegiatan ini hanya akan dibuka untuk 250 pendaftar. Informasi lengkap tentang kegiatan ini dapat diakses di berbagai platform media sosial seluruh kolaborator.
Kehadiran banyak orang dalam kegiatan ini, tentu tidak hanya sekadar kuantifikasi. Namun, lebih penting dari semua itu adalah kehadiran banyak orang berarti keikutsertaan banyak pihak untuk mewujudkan medium belajar alternatif bagi anak- anak Indonesia. Pesan penting dalam Minggir Festival adalah seri Kemiri Yori bukan hanya perkara buku, sama halnya dengan pertanian pun juga bukan hanya perkara tanam menanam semata.