Bertajuk “Museum Tour and Culture Exhibition”, Museum Sonobudoyo Culture Festival Sukses Digelar

Sonobudoyo Culture Festival

“Ana, Anjaga, Ambudhaya.”

Advertisement

Selama kurang lebih 84 tahun, Museum Sonobudoyo kukuh memegang slogan yang mengandung makna “Ada untuk menjaga kebudayaan” tersebut. Sejak masa pemerintah Hindia Belanda, museum ini berperan melestarikan budaya Jawa, Bali, Lombok dan Madura. Slogan ini pula yang diusung sebagai tema Sonobudoyo Culture Festival; sebuah kolaborasi antara Museum Sonobudoyo dengan AREA Collaboration Lab serta Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Sonobudoyo Culture Festival digelar di Museum Sonobudoyo, Jalan Trikora, pada Sabtu (25/5) pagi. Kegiatan yang terdiri dari tur museum dan pameran budaya ini dibuka untuk umum. Secara spesifik, kegiatan ini menyasar mahasiswa pertukaran maupun wisatawan mancanegara untuk lebih mengenal budaya lokal.

Aulia Agata, ketua panitia Sonobudoyo Culture Festival, mengatakan, “Melalui kegiatan ini, kami berusaha memperkenalkan Museum Sonobudoyo sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan. Ini salah satu bentuk dukungan kami untuk mempromosikan warisan budaya nusantara. Kami berharap supaya masyarakat, khususnya generasi milenial, semakin sadar betapa penting berpartisipasi dalam melestarikan budaya.”

Advertisement

Kegiatan dimulai dengan tur museum yang dipandu oleh tour guide. Selama tur museum, peserta disuguhkan dengan berbagai macam koleksi yang berasal dari masa prasejarah. Sesudah mengikuti tur museum, peserta mengikuti serangkaian pameran budaya di ruang pendopo.

Pameran budaya dibuka secara apik oleh Sanggar Tari Shinta Art Dance yang menampilkan tari Mangastuti. Rr. Shinta Restu Wibawa selaku pemilik sanggar mengatakan bahwa tarian tersebut memiliki filosofi Jawa yang kental. Pada zaman dahulu, tarian ini disajikan untuk memulai ritual. Kini, tarian Mangastuti diadaptasi sebagai pembuka umtil berbagai acara.

Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi dari I Made Christian dan RAj Keshari Adiarastri, mahasiswa Universitas Gadjah Mada, yang memberikan pengetahuan dasar mengenai tari tradisional Jawa. Setelah itu, masing-masing peserta dapat menikmati makanan dan minuman tradisional dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Lombok. Acara ditutup dengan sesi foto bersama serta pemberian goodie bag berisi buku panduan Museum Sonobudoyo dan produk Bakpiaku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement
Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE