Virtual Impact Circle 2020, Sukses digelar oleh AIESEC di President University untuk Pertama Kali

AIESEC di President University telah menggelar Virtual Impact Circle 2020 melalui Google Meet yang dihadiri sebanyak lebih dari 100 partisipan.

AIESEC di President University telah menggelar Virtual Impact Circle 2020 melalui Google Meet yang dihadiri sebanyak lebih dari 100 partisipan. Virtual Impact Cirle 2020, dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat umum dan berbagai masyarakat daerah. Terlihat sejak dimulainya acara, para partisipan sangat antusias dalam menyambut dengan kehangatan dan tidak sabar untuk mendapatkan ilmu yang diberikan oleh para pembicara. Berdasarkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 4 dari PBB yaitu Quality Education atau Pendidikan Bermutu, Virtual Impact Circle 2020 mengangkat tema “Virtual Quality Education #LearnAtHome” dengan tujuan agar partisipan dapat mengetahui tentang situasi dan kondisi edukasi berbasis daring atau virtual di Indonesia serta bagaimana pemuda sebagai generasi yang paling melek terhadap dunia digital bisa ikut membantu meningkatkan mutu sistem edukasi virtual di Indonesia. Virtual Impact Circle ini mengundang pembicara muda dan memiliki banyak prestasi diantaranya, Juwita Alfi Sahra (2nd Runner Up Miss Internet Indonesia), Nabil Fendri Prabowo (Kepala Humas AIESEC in President University 2020/2021 , Gloria Hamel (Staf Humas Youth Of Indonesia), dan Mayang Lestari (Product Manager Intern Credible College ) dan acara ini juga didukung oleh berbagai media dan komunitas.

Advertisement

Pada acara ini, Virtual Impact Circle 2020 diawali dengan pembukaan oleh MC untuk menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang Impact Circle sebagai sebuah inisiatif dari AIESEC untuk membentuk suatu wadah diskusi antar komunitas, organisasi, dan institusi lainnya untuk membicarakan tentang isu-isu sosial serta bagaimana pemuda bisa turut ikut dalam menjadi solusinya. Lalu, MC memperkenalkan pembicara-pembicara yang akan membawakan materi kepada participants yang hadir di acara ini. Kemudian, dilanjutkan oleh pembukaan acara bersama Gerri Angga (President AIESEC in president University 2020/2021). Selanjutnya, pembawaan materi disampaikan melalui sesi-sesi oleh Nabil Fendri Prabowo, Mayang Lestari, dan Gloria Hamel di mana setiap akhir sesi dilaksanakan sesi tanya jawab dengan Juwita Alfi sebagai moderatornya.

Dari permbicara pertama, Nabil Fendri Prabowo menjelaskan tentang tantangan-tantangan dan isu sosial yang ada mengenai sistem edukasi daring di dunia dan Indonesia. Sistem pendidikan sekarang ini mengalami perubahan begitu pesat dan sangat tiba-tiba dikarenakan pandemi COVID-19, sebagai contoh kita merasakan pada awalnya kita menimba ilmu dilakukan di kelas namun sekarang ini kita bisa mengakses pendidikan secara digital. Namun, apakah semua siswa/ siswi dapat mengakses pendidikan berbasis digital dengan sempurna? Bagaimanakah siswa/siwi yang berada di pelosok daerah? Apakah fasilitas yang mereka dapatkan dari pemerintah sudah cukup untuk melaksanakan edukasi virtual? Sebara efisien kah edukasi virtual di Indonesia? Untuk memecahkan permasalahan problematika sosial di sistem pendidikan ini, Nabil Fendri Prabowo menjelaskan bagaimana peran pemuda sebagai generasi melek digital bisa membantu mengedukasikan tentang cara menggunakan platform virtual untuk edukasi demi meningkatkan literasi digital di Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara virtual dan memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

Advertisement

Pada pembicara Kedua, Mayang Lestari menjelaskan mengenai perspektif atau pandangan siswa terhadap pembelajaran melalui E-Learning. Pembelajaran E-Learning memiliki dampak positif dan dampak negatif. Pembelajaran E-Learning memudahkan siswa untuk belajar dimana saja, siswa dapat mengulang kembali materi yang terdapat dalam situs E-Learning dengan mudah, dan  siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berlatih mengerjakan latihan soal. Namun, Pembelajaran E-Learning memiliki dampak negatif diantaranya,  tidak semua akses fasilitas E-Learning dapat dijangkau oleh siswa dengan baik, siswa mudah untuk menjadi malas dan tidak fokus, dan mungkin tidak ada waktu bagi siswa untuk belajar melalui E-Learning. Oleh karena itu, demi mengembangkan sistem pendidikan daring juga sebuah tantangan bagi institusi edukasi manapun dan untuk mengembangkannya agar efektif partisipasi seluruh pihak, terutama pemuda yang menjalani sistem edukasi daring tersebut untuk bisa beradaptasi dan membangun pola pikir baru untuk menggunakan edukasi virtual sebagai sebuah peluang baru semaksimal mungkin.

Pada pembicara Ketiga, Gloria Hamel menerangkan bagaimana sebagai pemuda untuk dapat meningkatkan produktivitasnya di masa pandemi terutama dalam hal edukasi diri sendiri. Produktivitas menurut Gloria Hamel adalah bersifat internal dan eksternal. Produktivitas yang bisa kita lakukan selama masa pandemi ini adalah bagaimana kita dapat melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Sebagai contoh, sebagai pemuda kita dapat mencari ilmu yang belum pernah kita dapatkan dengan belajar bahasa sebanyak mungkin. Gloria Hamel juga menjelaskan bahwa, banyak orang ataupun siswa belum memiliki mental yang cukup kuat dalam menerapkan sistem pendidikan menjadi virtual atau berbasis digital, disebabkan oleh fasilitas dan akses yang sangat kurang yang diberikan oleh pemerintah kepada daerah yang terpencil. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement
Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE