5 Realita yang Kerap Dihadapi Transgender di Indonesia. Pro ataupun Kontra, Mungkin Kita Harus Paham

Realita yang sering dihadapi transgender di Indonesia

Belakangan ini, fenomena transgender makin ramai dibahas di berbagai media. Di Indonesia, isu ini diperkuat dengan adanya polemik di dunia entertainment yang masih jadi perdebatan hingga sekarang. Pedangdut yang dikenal dengan nama Lucinta Luna dikabarkan adalah seorang transgender. Beberapa orang diketahui telah membeberkan bukti-bukti bahwa dirinya dulu adalah pria. Tapi alih-alih mengaku, Lucinta justru menepis anggapan tersebut. Ia bahkan tidak segan-segan untuk buka baju demi membuktikan kalau dia memang wanita asli.

Video diduga Lucinta Luna yang tersebar luas via www.bbc.com

Advertisement

Kehidupan transgender di Indonesia memang masih jauh dari kata nyaman. Tidak kaget sih, karena masalah ini masih dianggap begitu tabu dan sangat sensitif. Tapi terlepas dari pro kontra tersebut, tidak ada salahnya kita tahu bagaimana realita sebenarnya kehidupan transgender di Indonesia supaya lebih paham dan tidak serta merta menghakimi. Yuk baca selengkapnya ulasan Hipwee News & Feature ini!

1. Satu yang pasti membuat pusing para transgender adalah urusan administrasi. Mau di KTP, SIM, Kartu Keluarga, pasti ada kolom jenis kelamin yang harus diisi

Hampir semua dokumen kenegaraan ada kolom jenis kelamin via cigentur.desa.id

Bagi mereka yang memutuskan beralih identitas seksual, satu yang pasti dirasa adalah urusan administrasi. Mungkin bagi sebagian transgender, tidak masalah kalau kolom jenis kelamin di dokumen-dokumennya tetap diisi identitas biologisnya. Tapi sebagian lagi merasa hal itu justru akan menyulitkan ketika mereka mengurus sesuatu dan harus ke kantor-kantor pelayanan publik, karena tidak mau dianggap transgender.

2. Sebenarnya bisa aja mereka mengurus perubahan jenis kelamin lewat pengadilan. Tapi jelas birokrasinya tidak semulus yang dipikirkan

Bisa diurus, tapi birokrasi sulit via www.dream.co.id

Sebenarnya kalau memang berniat mengganti identitas seksual sekaligus mengurus perubahan dokumen-dokumennya, bisa saja lewat pengadilan. Karena dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan , dijelaskan bahwa ada beberapa hal termasuk ‘peristiwa penting’ lainnya yang bisa membuat seseorang mengubah nama atau status kewarganegaraannya. Katanya sih yang dimaksud ‘peristiwa penting’ salah satunya ya perubahan jenis kelamin.

Advertisement

Tapi urusan birokrasi ini tidak semulus yang dipikirkan. Selain harus membawa berkas-berkas tertentu, permintaan mereka mengubah status tidak selalu bisa dikabulkan para ahli. Ada yang harus ditolak, karena alasan tertentu. Pernah ada kasus, seorang perempuan bernama Sri Wahyuni yang ingin berubah jadi laki-laki dan dikabulkan pengadilan negeri Makassar. Kenapa? Karena berdasarkan sederet pemeriksaan oleh psikolog sampai ahli kelamin, Sri memang lebih condong ke ciri-ciri pria dan akan lebih berpotensi jika berubah jadi laki-laki.

3. Bahkan ada yang bilang mereka yang ‘transfer’ dari wanita ke pria, harus melalui pemeriksaan medis yang menyakitkan sekaligus memalukan!

Biasanya harus melalui pemeriksaan medis yang menyakitkan sekaligus memalukan via www.rebelcircus.com

Peneliti di Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia, Gabriella Devi Benedicta, seperti dilansir BBC , mengatakan kalau pada kenyataannya proses birokrasi yang dialami pria transgender kebanyakan lebih sulit. Ini karena banyak dari mereka yang dituntut untuk melakukan pemeriksaan medis seperti operasi, agar bisa dinyatakan sebagai laki-laki. Mereka akan disuruh buka seluruh pakaiannya untuk memastikan apakah benar ia sudah memiliki kelamin laki-laki, yang menurut mereka menyakitkan sekaligus memalukan.

4. Belum lagi lingkungan sosial yang seringkali masih belum mau menerima. Membuat mereka sering jadi bahan bullying

Sering di-bully via www.goodtherapy.org

Indonesia sebagai negara yang berbasis agama, masih belum bisa, dan mungkin tidak akan bisa menerima para transgender sepenuhnya. Ini membuat lingkungan sosial seperti keluarga dan teman-teman menjadi semacam ‘momok’ bagi sebagian para transgender. Mereka kerap dirundung atau bahkan disiksa.

Advertisement

5. Sekalipun mereka jujur dan terbuka dengan identitas seksualnya, orang di sekitar tetap saja bakal mencemooh dan meremehkan

Tetap saja dicemooh via indianexpress.com

Ya sekalipun jujur dan terbuka tentang keinginannya mengganti identitas seksual, sepertinya tetap saja lingkungan sekitarnya akan mencemooh. Coba aja lihat kasus yang dialami Lucinta Luna ini, mungkin aja meskipun ia pada akhirnya memang mengaku, orang mungkin akan tetap menghakiminya.

Melihat realita pahit yang masih sering mereka alami di atas, rasanya wajar kalau masih banyak para transgender yang malu mengakui identitas aslinya. Bukan cuma di Indonesia yang notabene konservatif dan ketimur-timuran, di negara-negara progresif dan maju sekalipun, isu ‘third gender‘ atau gender ketiga ini masih sering jadi polemik. Apalagi kalau sudah di bawa ke tataran negara dan legal, masalahnya jauh lebih rumit.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE