Alasan Penting Kenapa Anak Kecil Tidak Seharusnya Dihukum di Depan Publik. Hati-hati Lo!

Alasan kenapa anak tidak boleh dihukum di depan publik

Sebuah video berdurasi kurang dari 10 detik beredar di Instagram dan banyak dijadikan pembahasan warganet. Dalam video itu tampak seorang anak kecil berpakaian seragam Sekolah Dasar (SD) sedang berdiri di hadapan wanita yang disinyalir adalah ibunya. Anak itu menangis dengan mulut penuh makanan. Seseorang yang merekam kejadian itu berasumsi kalau si anak kecil ini dimarahi dan dihukum tidak boleh duduk oleh ibunya. Karena videonya sangat singkat, sulit bagi kita yang tidak berada di lokasi untuk semata-mata menyalahkan ibunya.

Advertisement

Terlepas dari bagaimana kejelasan peristiwa yang terekam di video itu –apakah si ibu benar-benar salah, atau apa sebenarnya penyebab itu semua– yang jelas, tindakan memarahi anak bahkan sampai menghukumnya di depan publik itu tidak bisa dibenarkan. Sejumlah psikolog sepakat dengan hal ini lo. Tidak cuma jadi catatan buat orangtua aja sih, tapi juga bagi kalian yang punya adik masih di bawah umur. Simak alasannya bareng Hipwee News & Feature yuk…

Setiap orangtua memang punya cara masing-masing menyikapi kesalahan anaknya. Kalau si ibu di video itu caranya dengan menghukum, tidak peduli meskipun sedang ada di ruang publik

Dari keterangan yang ditulis perekam di video singkat itu, katanya si anak yang ada dalam video sempat dihukum dengan dijejali nasi putih satu sendok penuh. Sudah begitu, ia juga tidak diperbolehkan duduk. Alhasil, anak kecil itu pun menangis sambil berdiri di depan ibunya, dengan mulut penuh makanan. Kalau boleh berasumsi, mungkin anak itu awalnya tidak mau makan, lalu ibunya marah dan melakukan hal-hal yang disebutkan oleh si perekam. Mungkin lo ya~

Advertisement

Entah gimana kebenarannya, tapi wajar kalau setiap orangtua punya cara masing-masing buat menghadapi kesalahan anaknya. Ada yang menghukum di depan publik kayak ibu di video, ada yang menghukumnya saat sudah sampai rumah, ada juga yang cukup dengan menasihati dan mengajak ngobrol anak baik-baik.

Meski cara mendidik anak itu sepenuhnya jadi tanggung jawab orangtua, tapi bukan berarti orangtua di luar sana harus “tutup mata dan telinga” saat mendengar masukan dari orang lain

Tidak peduli omongan orang via www.scarymommy.com

Semua orangtua pasti ingin yang terbaik bagi anak-nya. Orangtua yang terbiasa keras, merasa kalau caranya mendidik adalah cara terbaik. Bisa jadi kebiasaan itu diturunkan dari ayah ibu si orangtua itu saat masih kecil. Jadi sebenarnya, pengalaman masa kecil sedikit banyak akan berpengaruh pada cara mereka mengasuh anak-anaknya.

Sebaliknya, orangtua yang dulu dibesarkan dengan penuh kelembutan, kebanyakan akan memakai cara yang sama untuk mendidik anak-anaknya di masa mendatang. Karena perbedaan inilah, seringkali orangtua saling berdebat mengenai bagaimana teknik mendidik anak yang baik. Banyak juga yang enggan mendengar masukan dari orang lain.

Advertisement
Nah, kembali ke masalah menghukum anak di depan publik tadi, mungkin sebagian orangtua menilai perilaku macam ini sah-sah saja. Padahal menurut psikolog kebiasaan itu bakal sangat berpengaruh pada mental si anak lo

Berdampak ke mental si anak via victoriachartcompany.com

Orangtua –atau mungkin guru di sekolah– menghukum anak dengan tujuan agar si anak jera. Hukumannya juga beragam, ada yang dilakukan dengan lebih ‘smooth‘ seperti menghentikan uang jajan, ada juga yang dilakukan dengan memukul atau sengaja mempermalukan di depan publik. Dua cara yang disebut terakhir meski banyak dilakukan ortu atau guru, nyatanya justru tidak bisa dibenarkan oleh psikolog karena bisa mengganggu psikologis anak jangka panjang.

Andy Grogan-Kaylor , profesor di Universitas Michigan, mengatakan kalau hukuman yang dilakukan di depan publik dengan tujuan agar anak malu dan tidak mengulangi kesalahannya itu malah bisa berdampak ke depresi dan kecemasan berlebihan pada anak. Dan ini bisa berlangsung jangka panjang lo.

Belum lagi kemungkinan cara itu ditiru si anak juga cukup besar. Psikolog lain berpendapat kalau teknik menghukum seperti itu malah bisa membentuk anak jadi tukang bully

Membentuk anak jadi tukang bully via www.mercatornet.com

Ya karena tujuannya bikin malu tadi, anak jadi berargumen kalau satu-satunya cara membuat orang mengakui kesalahannya adalah dengan membuatnya malu di depan publik. Menurut Jennifer Lansford , seorang peneliti di Pusat Kebijakan Anak dan Keluarga, Duke University, ini jelas bisa menumbuhkan perilaku bullying pada anak. Karena anak cenderung akan merekam pengalaman yang mereka terima, dan menerapkannya ketika berinteraksi di lingkungan.

Lebih lanjut lagi, ada juga profesor di Old Dominion University yang mengatakan hukuman seperti di atas malah bisa memperburuk hubungan ortu-anak

Memberburuk hubungan ortu-anak via www.kinderling.com.au

Katharine Kersey , profesor Pendidikan Anak Usia Dini di Old Dominion University, menilai bahwa menghukum anak di depan publik justru akan mengurangi kewibawaan ortu di hadapan anaknya. Bukannya mendekatkan si anak kepada ortu, tapi malah akan menjauhkan. Anak juga tidak akan bisa menganggap ortu sebagai role modelnya. Jadinya citra ortu di depan anak sendiri justru jadi buruk.

Kalau melansir dari pendapat banyak ahli dan psikolog sih cara terbaik mendidik anak itu dengan menerapkan dan menunjukkan nilai-nilai positif, bukan malah sebaliknya. Setelah dimarahi dan dihukum di depan publik, anak mungkin akan takut melakukan kesalahan yang sama, tapi kondisi ini secara tidak sadar justru mematikan sikap keterbukaan pada si anak. Jangan kaget kalau suatu saat para ortu menemukan anak mereka menyembunyikan kebohongan yang begitu besar~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE