Awan Mirip Tsunami Hebohkan Warga Makassar. Ada yang Bilang Bahaya, Ada Juga yang Bilang Biasa Aja

Awan tsunami di Makassar

Cuaca buruk yang terjadi belakangan ini memang membawa ketakutan tersendiri bagi sebagian orang. Apalagi setelah sederet bencana dilaporkan melanda berbagai daerah, mulai dari tsunami sampai tanah longsor. Selain longsor yang terjadi di Sukabumi kemarin, warga Makassar juga baru saja dihebohkan oleh kejadian unik. Di hari pertama tahun 2019, langit Makassar “dihiasi” awan mirip gelombang tsunami. Kalau dilihat dari foto yang beredar, jadi seolah-olah ada tsunami tinggi menerjang gitu lo, padahal itu awan.

Fenomena ini dinilai berbeda-beda oleh para ahli. Ada yang bilang awan itu bahaya, tapi ada juga berkata sebaliknya. Jadi sebenarnya, itu awan apa sih, kok bentuknya mirip tsunami? Daripada bertanya-tanya, mending simak penjelasannya bareng Hipwee News & Feature dulu yuk!

Awan abu-abu kehitaman mirip gelombang tsunami “menghiasi” langit Makassar. Fenomena unik ini diabadikan sejumlah orang lewat ponsel dan diunggah ke media sosial

Sebuah foto yang diambil di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, dan beredar luas di media sosial itu cukup mengagetkan banyak orang. Pasalnya, dalam foto itu seperti tampak gelombang tinggi tsunami menerjang. Padahal itu adalah awan. Bentuknya yang bergulung-gulung dan warnanya yang abu kehitaman, memang membuatnya mirip seperti gelombang tsunami. Awan yang muncul hari Selasa 1 Januari kemarin itu, kata BMKG sih awan kumulonimbus. Ukurannya memang cukup besar, jadi wajar kalau bentuknya sekilas seperti tsunami.

Kemunculan awan ini membuat lima pesawat yang mau mendarat di bandara harus berputar-putar dulu di langit sambil menunggu cuaca membaik

Beberapa pesawat menunda pendaratan via wap.mi.baca.co.id

Awan yang dikenal membawa partikel petir ini membuat sebanyak 5 pesawat yang akan mendarat di Makassar harus menunggu dulu sambil berputar-putar di atas. Kelima pesawat ini menghabiskan waktu setidaknya 15-20 menit sampai cuaca benar-benar membaik. Awan kumulonimbus ini katanya termasuk yang paling ditakuti pilot lo. Setiap menerima laporan cuaca buruk dari alat radar, para pilot pasti akan membelokkan pesawat hingga 15 derajat.

Kalau nekat menerjang, awan kumulonimbus akan mengganggu penerbangan. Bahkan mesin pesawat bisa beku karena awan ini juga membawa partikel es!

Berbahaya buat penerbangan via regional.kompas.com

General Manager AirNav Indonesia cabang Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC), Novy Pantaryanto, seperti dikutip Kompas , menjelaskan bahwa di dalam gumpalan awan kumulonimbus itu terdapat partikel-partikel petir, es, dan lainnya yang berbahaya buat penerbangan. Karena mengandung es itu, kalau nekat menerjang, mesin pada pesawat bisa beku. Belum lagi pusaran angin di dalamnya yang juga bisa menimbulkan turbulensi parah.

Tapi meski begitu, biasanya pesawat yang ada di ketinggian antara 30.000-40.000 kaki akan aman dari terjangan awan kumulonimbus. Karena awan ini cuma muncul di ketinggian 1.000 sampai 15.000 kaki.

Eh, tapi ada juga lo yang beranggapan kalau awan tsunami ini justru lazim terjadi. Ya cuma fenomena saat mau hujan lebat aja

Sedikit berbeda dengan Novy, Rahmat, Forecaster on Duty Stasiun Meteorologi Raden Inten, dikutip dari Liputan6 , justru menganggap awan tsunami ini lazim terjadi. Menurutnya, gumpalan awan itu merupakan gabungan dari awan kumulonimbus, awan rendah stratus, dan awan menengah dan tinggi. Fenomena ini terjadi saat udara lembab bercampur dengan angin yang dingin. Meskipun katanya tidak berbahaya, tapi awan semacam ini tetap saja bisa menimbulkan hujan lebat disertai angin kencang.

Meskipun dibilang wajar terjadi, tapi tetap aja ngeri kalau lihat fotonya, apalagi kalau menyaksikan langsung ya. Di saat potensi cuaca buruk melanda hampir semua wilayah di Indonesia gini, ada baiknya kalau kita selalu waspada. Jangan lupa bawa payung atau jas hujan, tapi kalau hujan terlalu deras dan disertai angin kencang — ya kalau bisa ditunda dulu ke luar rumahnya atau berteduhlah di tempat yang aman ya guys…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.