Berkat Teknologi Modern, Bayi Paling Prematur di Dunia Kini Berusia 3 Tahun. Inilah Keajaiban Modern

“Surga itu di bawah telapak kaki ibu karena ibu telah bersusah payah mengandung kita selama 9 bulan lamanya…”

Meskipun 9 bulan jadi patokan dasar yang diketahui kebanyakan orang, usia kehamilan itu nyatanya memang relatif alias berbeda-beda. Kehamilan full term atau penuh diperkirakan terjadi pada minggu ke-40, sedangkan kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum usia janin mencapai 37 minggu. Lalu berapa usia minimal janin supaya bisa lahir dengan selamat? Angka yang seringkali disebut adalah 23 minggu atau sekitar 4-5 bulan.

Namun pada usia 23 minggu sekalipun, menurut sebuah studi pada tahun 2003  bayi hanya memiliki harapan hidup yang sangat kecil yaitu sekitar 4,5%. Namun pada tahun 2014 lalu, seorang bayi lahir di rumah sakit Methodist Children, San Antonio, Texas, Amerika Serikat pada usia kandungan 21 minggu. Di luar ekspektasi banyak pihak, bayi tersebut berhasil bertahan hidup dan kini sudah berusia 3 tahun. Beberapa dekade lalu, hal ini mungkin tergolong mustahil tapi naiknya angka harapan hidup janin prematur itu bisa dibilang keajaiban tersendiri di zaman modern. Biar percaya, simak deh ulasan Hipwee News & Feature selengkapnya!

Berkat keyakinan ibunya dan kecanggihan teknologi, bayi tersebut mampu bertahan hidup meski terlahir saat usia kandungan baru 21 minggu lebih 4 hari

Bayi paling prematur yang mampu bertahan hidup. Foto oleh Courtney Stensrud via dailymail.co.uk

Kaashif Ahmad, dokter yang menangani proses kelahiran awalnya tak bisa berharap banyak. Bayi dari Courtney Stensrud ini terlahir dengan bobot 410 gram dengan panjang hanya 26 centimeter. Selepas proses persalinan, Ahmad meletakkan bayi pada tempat penghangat (inkubator), memeriksa kesehatannya dengan memperhatikan denyut jantung dan pernapasan. Meski sang dokter pesimis, tapi ibunda dari sang bayi mungil itu tetap percaya bahwa ada keajaiban. Setelah dipasang alat bantu di saluran pernapasannya, akhirnya sang bayi dapat membuat ibunya tersenyum dengan pulihnya kesehatan bayi tersebut.

Keberhasilan bayi tersebut untuk bertahan hidup merupakan satu kesuksesan yang jarang terjadi bahkan mematahkan asumsi dan teori para akademisi

Bayi yang beratnya hanya 400 gram, hampir tidak pernah selamat via thenationonlineng.net

Menurut panduan American Academy of Pediatrics soal usia kelahiran bayi, dijelaskan bahwa penanganan untuk memulihkan kembali kondisi bayi yang terlahir saat usia kandungan kurang dari 22 minggu tidak direkomendasikan. Putri dari Courtney Stensrud sendiri lahir di usia kandungan baru berusia 21 minggu lebih empat hari. Disamping kesempatan hidupnya yang hanya berkisar 4,5%, berat badan bayi yang lahir sebelum 23 minggu ini juga hanya 410 gram. Selama 126 hari atau sekitar 4 bulan setelahnya, bayi tersebut harus terus dirawat di dalam inkubator dan terus dipantau di rumah sakit.

Menilik sejarah dan perannya menjaga bayi prematur agar tetap bertahan hidup, ternyata inkubator diciptakan berdasarkan mekanisme tempat penetasan telur ayam

Beberapa inkubator yang digunakan zaman dahulu. Foto oleh: C. D. Arnold via library.buffalo.edu

Peran inkubator dalam penanganan pasca persalinan terhadap bayi sangat penting. Selain menjaga kondisi suhu tubuh bayi agar tetap stabil juga menghindarkan bayi dari bakteri yang mengganggu kesehatan bayi. Dilansir dari Ptmedtek.com , Inkubator sendiri diciptakan Allan M Thomas dan William C Deming sebagai jawaban rentannya kesehatan bayi prematur. Sejak tahun 1888 penggunaan inkubator dimulai, penciptaannya berdasarkan mekanisme tempat penetasan telur ayam tentunya dengan segala standar yang tidak mengganggu kesehatan bayi.

Belum cukup dengan berbagai inovasi inkubator, di Philadelphia beberapa ilmuwan ciptakan rahim buatan dari kantong plastik

Bayi domba yang digunakan untuk uji coba. Masalah etika kadang menjadi kendala soal praktik uji coba ini … . via theregister.co.uk

Rumah Sakit Anak Philadelphia tak mau ketinggalan, beberapa peneliti dalam satu tim melakukan penelitian guna menciptakan rahim buatan yang berbahan kantong plastik menyerupai kantong rahim. Kantong rahim plastik ini telah diujicobakan pada bayi kambing prematur, penelitian terus dilakukan untuk mengatasi rentannya kesehatan pada bayi prematur. Tantangan ke depannya adalah menciptakan formula cairan amnion yang semirip mungkin dengan kandungan cairan dalam rahim manusia.

Yang terakhir, ada inovasi dari negeri sendiri. Mahasiswa ITB menciptakan inkubator jinjing sebagai solusi untuk mengevakuasi bayi di daerah bencana

Inkubator jinjing karya mahasiswa ITB. via news.detik.com

Dilansir dari laman resmi Institut Teknologi Bandung (ITB), 5 mahasiswanya berhasil menciptakan inovasi teknologi berupa inkubator jinjing. Inkubator jinjing diciptakan sebagai jawaban atas keselematan bayi saat terjadi bencana atau pasca-bencana. Hal ini menjadi penting mengingat minimnya kesadaran untuk menjaga bayi dalam masa tersebut saat terjadi bencana. Inkubator ini seperti tas gendong yang memiliki fungsi layaknya inkubator untuk membersihkan udara dan menghangatkan suhu tubuh pada bayi di dalamnya.

Bayi yang lahir prematur memang bukan fenomena baru, hal ini sudah sejak lama terjadi namun yang perlu jadi perhatian adalah kelangsungan hidup bayi pasca persalinan. Bayi bisa dibilang terlahir prematur jika lahir sebelum menginjak usia 37 minggu di dalam kandungan, dalam masa-masa setelah persalinan akan dilakukan penangan yang tak remeh, selain inkubator, tenaga medis yang melakukan prosedur persalinan juga harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman. Mengingat kadang begitu rentang kesehatan bayi yang terlahir prematur, maka tak heran para peneliti terus melakukan penelitian guna menemukan inovasi yang lebih baik lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kertas...