Berpura-Pura Jadi Fans Berat Trump di Situs Online, Remaja Makedonia Bisa Raup Ratusan Juta

Di era digital dimana semua informasi dapat diakses dengan satu pencetan tombol seperti sekarang, aliran informasi jadi hampir tidak mungkin dikontrol. Maka dari itu jadi sangat sulit untuk membedakan mana berita berdasar fakta dan yang isinya cuma bualan belaka. Seringkali berita populer atau viral sekalipun, nantinya terbukti hanya hoax semata. Bagi mereka yang kurang waspada, pasti tidak jarang termakan kebohongan online sampai menganggapnya sebagai kenyataan.

Advertisement

Makin banyak pihak yang memanfaatkan tren informasi viral ini demi keuntungan finansial semata. Seperti kejadian yang terungkap baru-baru ini dalam peliputan seputar kontroversi fansite atau website penggemar Presiden Terpilih AS, Donald Trump. Masyarakat AS dan media internasional gempar setelah mengetahui bahwa mayoritas fansite Trump ternyata bukan berasal dari dalam AS, melainkan kota Veles di Makedonia. Kok bisa penggemar Trump sampai bermarkas di negara Balkan Eropa segala? Ternyata pengelola situs fansite Trump di Makedonia ini bukan penggemar beneran, tapi hanya sekadar kelompok remaja yang mencari duit.

Mereka terus-menerus mengeluarkan konten berita viral tentang Trump, tanpa peduli apakah berita itu benar atau tidak

Berangkat dari rasa penasaran akan siapa saja pendukung Donald Trump, ditemukan fakta mengejutkan. Ternyata kebanyakan website fans garis kerasnya ‘bermarkas’ dari kota kecil di Eropa

Macedonia diyakini jadi pusat fake news di Facebook

Macedonia diyakini jadi pusat hoax di Facebook via buzzfeed.com

Adalah hal menarik terkait situs-situs terkenal yang membahas politik Amerika, ternyata kebanyakan dari situs kontroversial yang follower-nya banyak itu justru terdaftar di luar Amerika. Sejumlah 150 domain terdaftar dengan alamat di kota Veles — sebuah kota kecil di Makedonia yang penduduknya cuma 44.000 jiwa saja. Dari sekian banyak domain tersebut, hampir semuanya menyebarkan berita tentang Donald Trump dan Hillary Clinton. Dua kandidat presiden negara adidaya Amerika. Seperti yang dilaporkan TheGuardian , kebanyakan berita yang diproduksi oleh situs-situs tersebut adalah berita bernada mendukung Trump.

Advertisement

Uniknya pemilik-pemilik domain tersebut justru statusnya masih remaja. Bahkan kebanyakan adalah mahasiswa dan pelajar-pelajar SMA. Mereka membungkus berita dengan cara yang bombastis dan menggemparkan. Dibumbui dengan judul yang clickable. Dan voila! Uang mengucur ke rekening pribadi mereka.

Memanfaatkan gejolak politik Amerika, mereka menulis berita menggemparkan dengan tujuan mencari keuntungan finansial. Kamu bakal terkejut melihat pendapatan mereka

Dari berita seperti ini mereka dapat kucuran uang ke rekening pribadi

Dari berita seperti ini mereka dapat kucuran uang ke rekening pribadi via mediashift.org

Iya, bumbu judul yang heboh dan ‘clickbaity’ tersebut memang ampuh mendatangkan pembaca. Judul-judul seperti “Paus Francis Melarang Umat Katolik Memilih Hillary” hingga diberi akhiran “SHARE KALAU KALIAN PEDULI DENGAN Bla bla bla” jadi andalan situs-situs tersebut dalam mencari massa.

Melalui media Facebook, persebaran situs-situs berisi berita tanpa fakta ini menjamur dengan cepat. Terhitung, mereka bisa mendapatkan 1.000.000 pembaca setiap bulannya. Dari mengelola situs kontroversial tersebut, remaja-remaja yang masih belum tamat sekolah ini bisa mendapat uang hingga ratusan juta Rupiah. Sebuah nominal fantastis mengingat usia mereka masih belia dan pendapat rata-rata negara di Makedonia hanya 5 juta Rupiah per bulannya.

Advertisement

Ditanya soal apakah mereka khawatir atau tidak dengan dampak yang akan ditimbulkan, ini jawaban mereka…

Mereka mah cuek aja sama dampak beritanya

Mereka mah cuek aja sama dampak beritanya via nbcnews.com

Menggunakan berita-berita tak berdasar fakta demi meraup keuntungan, jelas efek yang ditimbulkan bisa sangat mengkhawatirkan. Bahkan karena situs-situs dan berita- berita tersebut, Facebook dituding turut andil atas terpilihnya Trump sebagai Presiden AS. Namun saat ditanya soal apakah mereka khawatir dengan dampak yang ditimbulkan, justru ini jawaban mereka…

“Para remaja di kota kami tak peduli dengan pilihan warga Amerika. Yang kami pikirkan di sini adalah bagaimana mendapatkan uang dan membeli pakaian-pakaian mahal,” Goran – Dikutip dari BBC .

Sebuah jawaban yang bikin sesak di dada. Demi kepentingan pribadi, mereka tak ragu menyuapi warga negara lain dengan berita palsu yang data dan faktanya diambil dari imajinasi mereka sendiri. Remaja-remaja yang masih sekolah tersebut acuh terhadap realita dan kondisi dunia. Selama mereka bisa hidup senang, dunia kacau bukan urusan mereka. Sedih mendengar jawaban anak-anak muda yang segitu butanya karena harta.

Namun kelakuan remaja di Makedonia ini sepertinya hasil didikan dunia yang terlalu mengacu pada materi. Dunia dibagi atas kaya atau miskin, ya itu cerminan dunia saat ini

Sedih sih ini

Sedih sih ini via politico.com

Setidaknya kita pun harus berkaca, kejadian seperti itu terjadi karena memang dunia bergerak ke arah sana. Tak mungkin berita-berita hoax tersebut muncul dan jadi populer kalau tak ada yang membaca. Fakta bahwa remaja-remaja Veles bisa meraup ratusan juta Rupiah dari menyebarkan berita bohong, menunjukkan bahwa dunia memang sedang kacau. Mungkin karena dunia sudah gila itu juga, sosok kontroversial seperti Trump bisa duduk di puncak kepemimpinan dunia.

Benar atau salah tidak lagi penting dalam tatanan dunia ini. Yang kaya akan dipandang sebagai pemenang. Karenanya remaja-remaja di kota Veles tak peduli dengan fakta dan hanya mencari keuntungan finansial belaka. Sedih sih melihatnya. Dari fakta tersebut, bisa jadi dunia kita bakal dipenuhi berita hoax demi mencari keuntungan dengan cara instan. Makanya tak cukup lagi bagi kita untuk teliti sebelum membeli, kita harus hati-hati dan teliti ketika membaca berita yang berseliweran di internet.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.

CLOSE