Deddy Corbuzier Sindir Artis-Artis Alay, Ternyata Begini Lho Asal Mula Budaya Alay di Indonesia

Asal Mula Budaya Alay

Apa itu AL4Y?

Buat kamu yang follow akun-akun perlambean di Instagram, pasti kamu tahu konflik Deddy Corbuzier dan Chika Jessica yang baru-baru ini ramai banget dibahas. Kabarnya Chika ini baru saja memutuskan keluar dari program TV yang dipandu Deddy dan lebih memilih acara lain. Deddy pun kemudian membuat klarifikasi dengan menyindir artis-artis alay di TV seperti dalam acara yang dipilih Chika. Artis-artis yang merasa menggawangi acara-acara yang dimaksud pun banyak angkat bicara.

Tapi kali ini Hipwee nggak bakal bahas dunia pergosipan itu lebih jauh kok. Kami malah lebih tertarik buat mengulik apa sih sebenarnya ‘alay’ itu dan gimana budaya ini bisa begitu populer di Indonesia. Soalnya hari gini pasti hampir semua orang pernah mendengar istilah tersebut. Di pergaulan anak muda, bahkan kata ‘alay’ jadi istilah wajib dalam percakapan mereka sehari-hari. Kalau kamu penasaran juga asal mula budaya alay ini, yuk simak ulasan Hipwee News & Feature!

Mungkin kamu sadar nggak, istilah ‘alay’ ini awalnya digunakan untuk menyebut tata bahasa orang-orang di SMS.  Entah disingkat-singkat, pakai huruf besar kecil, atau pakai campuran angka dan huruf

Semua ini salah SMS. Dibatasi maksimal 160 karakter, bahasanya jadi ngawur via palingseru.com

Penyingkatan kata yang jauh dari kaidah ejaan yang benar itu berkembang ke berbagai platform yang pada zamannya banyak digandrungi anak muda, kayak Friendster, Mxit, dan Facebook

Wajar kalau istilah ‘alay’ sampai sekarang lebih banyak merujuk ke anak muda via www.rappler.com

Ada beberapa versi pendapat tentang apa kepanjangan dari kata ‘alay’ itu sendiri. Mulai dari “Anak Layangan”, “Anak Layar”, sampai “Anak Lebay”

Alay akronim dari “Anak Layangan” via twitter.com

  • Anak Layangan: identik dengan anak yang rambutnya merah karena kebanyakan main layangan, kulitnya dekil, dan bau matahari. Biasanya taraf kehidupan anak-anak ini ada di level menengah ke bawah alias anak kampung. Makanya istilah alay-pun sampai sekarang sering dilekatkan ke anak kampungan.
  • Anak Layar: anak layar di sini maksudnya anak-anak yang tumbuh atau berkembang berdasarkan apa yang dilihat di layar; komputer, tablet, ponsel.
  • Anak Lebay: bisa dibilang alasannya mirip dengan “Anak Layangan” di atas. Lebay diartikan berlebihan, norak, dan nggak tahu malu.

Tapi meski ada beberapa tafsir, istilah ‘alay’ tetap merujuk pada 1 kondisi yaitu: mereka yang norak, berlebihan, nyentrik, kampungan, dan seterusnya

Alay umumnya diartikan norak via www.plurk.com

Anak muda punya andil besar dalam perkembangan budaya ‘alay’ ini. Karena orang di masa remaja ini sebagian besar orang masih labil dan ingin mencoba hal baru

Hal yang dominan terjadi pada tahap ini adalah pencarian dan pembentukan identitas via jurnalpagi.com

Dalam pencarian jati diri, remaja suka melakukan hal-hal nyentrik yang bisa membuatnya diakui di lingkungan sosialnya. Dalam hal ini ya budaya alay itu tadi

Biar diakui di lingkungan sosialnya via rancah-musik-indie.blogspot.co.id

Yang mulanya dari bahasa, kemudian diturunkan ke banyak hal, seperti cara berpakaian, cara bergaul, bermusik, film, iklan, sampai acara TV. Ini membuat ‘alay’ jadi semacam budaya yang nggak cuma bisa dibawa anak muda tapi juga orang dewasa

Diadopsi ke banyak hal seperti bermusik via www.dunialingga.com

Sebutan ‘alay’ ini ternyata juga ada di Filipina lho, namanya ‘jejemon’ . Istilah ini untuk menyebut tata bahasa yang kerap menambahkan simbol, angka, atau karakter-karakter aneh

Biasanya kombinasi antara bahasa Filipina dan Inggris via tikboyitik.blogspot.com

Dalam perkembangannya, ‘jejemon’ juga kerap merujuk pada mereka anak-anak muda yang bergaya hiphop dan berpendidikan rendah

Anak-anak jejemon via thefilipinogarlic.blogspot.co.id

Nggak perlu ada yang dipermasalahkan dari budaya alay ini, selama itu cuma sebatas selera orang dalam berpakaian, berbicara, mengirim pesan, atau hobi. Namanya orang tentu nggak bisa disamaratakan. Yang perlu diluruskan itu kalau sudah merugikan orang lain, misalnya vandalisme, dan lainnya. Jadi bijak-bijaklah dalam mengadopsi suatu budaya dalam kehidupan sehari-hari ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.