Di Balik Lahirnya Genre Porno Khusus Buat Cewek, Ternyata Emang Beda

Siapa sih yang nggak tahu kebesaran nama industri pornografi Jepang?! Berbeda dari produksi negara lain, film atau video porno Jepang berani mengeksplorasi genre-genre fetish porno yang ekstrem seperti anak sekolahan sampai hubungan sedarah. Namun dari semua genre porno yang ‘melimpah ruah’ itu, hampir semuanya menargetkan demografi terbesar penikmat film porno: cowok. Bahkan kayaknya nggak berlebihan kalau ada yang bilang kalau industri porno itu sebenarnya dari, oleh, dan untuk cowok. Makanya, tren baru pornografi yang berkembang di Jepang beberapa tahun belakangan ini berhasil menyita perhatian dunia.

Sebagaimana dilansir dari laporan VICE , ada gerakan baru dalam industri pornografi Jepang yang ingin membuat konten khusus buat perempuan. Yup, film porno khusus buat cewek! Menurut para pelaku gerakan ini, membuat film porno itu sebenarnya tidak bisa asal mesum aja. Cowok dan cewek ternyata punya ekspektasi seksual yang sangat berbeda. Buat sekadar info buat kalian yang berpikir kalau film porno itu melulu buat cowok, ternyata udah ada yang dibikin khusus untuk cewek. Buat sekadar tambahan info aja, yuk simak bareng Hipwee News & Feature!

Beda dari film porno kebanyakan di mana perempuan cuma jadi objek, semua adegan, plot, dan skenario kini dibuat untuk memuaskan fantasi seksual perempuan

Justru lebih merangsang jika melihat perempuan diperlakukan dengan lembut dan romantis via smaimg.info

Makanya secara teknis, nggak melulu soal adegan seks. Menurut aktor dan kru-nya, adegan rayuan-rayuan dan foreplay lebih digemari kaum hawa

Salah satu aktor paling terkenalnya, Ittetsu Suzuki, mengaku itu perbedaan terbesar dan paling kentara via www.youtube.com

Pemilihan aktornya pun ternyata beda jauh, terutama buat aktor cowoknya. Mereka disebut ‘Eromen‘, gabungan dari kata ‘ero’ atau erotis dan ‘ikemen’ yang berarti cowok cakep

Harus ekstra cakep dan indah untuk dipandang sesuai fantasi perempuan kebanyakan via twitter.com

Saking populernya Eromen, meet & greet atau jumpa fans jadi kegiatan rutin yang dibanjiri cewek-cewek penikmat film porno jenis baru ini. Ternyata cara nge-fansnya pun beda

Kayak grup idol tapi pemain film dewasa, bagi-bagi tanda tangan dan kesempatan foto bersama via www.youtube.com

Bahkan bagi fans-nya, film-film ini bukan sekadar pemuas birahi aja tapi juga punya efek memuaskan dan menenangkan batin. Soalnya cowok kayak gitu jarang banget ada di kehidupan nyata kali ya…

Cewek kayaknya memaknai film-film dewasa ini dengan cara yang lebih mendalam via www.youtube.com

Apalagi di dunia yang serba patriarki ini, perempuan tampaknya butuh ruang lebih untuk berekspresi. Termasuk soal ekspresi seksual

Biasa termarginalkan dan terpinggirkan, perempuan pengen jadi ‘tokoh utama’ bahkan dalam film porno sekalipun via www.youtube.com

Makanya film-film ini dibuat khusus untuk emberikan pengalaman seksual terbaik bagi perempuan, yang ternyata menginginkan lebih banyak romansa daripada seks-nya sendiri

Lebih kayak lihat film romantis di mana cowok selalu berusaha menyenangkan cewek via www.pinterest.com

Nggak cuma lihat film dan datang meet & greet doang, perusahaan produksi film genre ini bahkan sampai menyediakan jasa nge-date bareng Eromen

Penikmat cewek lebih tertarik dengan ilusi hubungan romantisnya via nagaseamerica.com

Genre ini jadi makin populer dengan bertambahnya jumlah perempuan Jepang yang mandiri secara finansial. Dulu mungkin cewek dianggap tidak punya daya beli

Kini jadi target pasar yang cukup diperhitungkan bagi pelaku industri mana pun, termasuk pornografi via www.shutterstock.com

Industri hiburan dewasa itu katanya udah ada sejak awal peradaban manusia itu sendiri. Namun nyatanya baru akhir-akhir ini aja posisi perempuan sebagai konsumen mulai diperhitungkan. Menurut perusahaan seperti Silk Labo yang jadi pionir dalam gerakan ini, cewek juga butuh direpresentasikan dalam industri pornografi sekalipun. Secara umum, pembahasan tentang pornografi dan seksualitas memang masih tabu di hampir semua negara di dunia. Namun terlebih lagi bagi para perempuan.

Dengan adanya gerakan ini, masih menurut Silk Labo, paling tidak ada pengakuan kalau perempuan juga (boleh) punya hasrat seksual dan tidak seharusnya digambarkan jadi objek aja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis