Dibilang Kegemukan dan Nggak Pantas Tampil, Artis Ini Jadi Korban Body Shaming Parah di Korsel

Masih hangat di pikiran kita semua bagaimana kejamnya warganet melempar komentar soal berat badan penyanyi kenamaan tanah air, Audy, beberapa waktu lalu. Body shaming kayaknya nggak pantas deh ditujukan pada siapapun, walau mereka artis atau public figure sekalipun. Tanpa perlu dibungkus ungkapan simpati atau saran diet, pastinyanya udah pada tahu juga tipe badan apa yang jadi idaman semua orang. Untung aja semuanya berakhir adem dengan kebesaran hati Audy yang malah mendoakan agar warganet yang nyinyir selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan.

Itu baru satu kasus body shaming di Indonesia yang mencuat, baru-baru ini ternyata kejadian hampir mirip di Korea Selatan. Di negara yang sudah terkenal dengan obsesinya terhadap kecantikan ini, berat badan seorang anggota grup idola remaja bernama Kyla sedang jadi perbincangan nasional. Bukan cuma nasihat atau saran untuk menurunkan berat badan, warganet Korsel bahkan tidak segan-segan berkomentar pedas dan mengatakan bahwa Kyla tidak pantas jadi anggota girlgroup dengan bentuk badannya tersebut.

Sedihnya, komen-komen yang kejam itu justru mendominasi dan sebagian besar dari mereka setuju badan seperti Kayla tidak seharusnya ‘nampang’ di tv. Kok bisa kejam banget ya?! Yuk simak kisahnya bareng Hipwee News & Feature!

Kenaikan berat badan Kyla memang terlihat jika dibandingkan ketika pertama kali bergabung dengan grupnya Pristin. Tapi nggak seharusnya juga gadis 15 tahun dicerca seantero Korsel hanya karena berat badannya

Kenapa mi goreng di bawa-bawa ya?! Apa warganet ini sebenarnya orang Indonesia ya?! via www.hipwee.com

Untuk urusan girlband, Korea Selatan memang terkenal dengan personelnya yang cantik. bertubuh langsing dan tipis, serta berkaki jenjang. Entah siapa yang memulai “budaya” ini, tapi yang jelas badan ‘ideal’ di bawah 50 kg jadi standar. Yup! Di Korsel, cewek-cewek tidak ada yang mau mengakui berat bedannya jika di atas 50 kg. Bukan cuma di panggung hiburan lho, standar penampilan atau berat badan ini juga berlaku keras di kalangan umum. Makanya, begitu personel grup Pristin ini terlihat dengan badan yang semakin menggemuk, warganet Negeri Gingseng ini langsung keroyokan menyinyir.

Bahkan katanya ini nggak sebatas kekejaman di dunia maya. Ada laporan  yang menyebutkan fans-fans Pristin sendiri menolak memberikan sambutan atau sorakan jika Kyla di panggung. Segitunya banget sih…

Fans grupnya sendiri ikut mencerca via netizenbuzz.blogspot.co.id

Bukan cuma warganet yang nggak jelas akunnya asli atau palsu yang menghujani Kyla dengan kritikan, bahkan katanya fans-fans grupnya sendiri juga ikutan mencibir. Mencibirnya pun tidak tanggung-tanggung. Katanya mereka sampai berlaku tidak mengenakkan ketika Kyla tampil di panggung bersama grupnya. Kyla dianggap merusak “visual” grupnya hanya karena bentuk tubuhnya. Mereka menuntut agar Kyla melakukan diet agar memiliki bentuk tubuh seperti dulu.

Meski jelas saja seluruh kisah ini sangat menyedihkan, sebenarnya reaksi dari warganet atau penggemar girlgroup seperti Pristin ini bisa dibilang tidak mengejutkan. Pasalnya, dunia hiburan pada umumnya dan showbiz di Korea Selatan khususnya memang sangat mengagungkan penampilan. Mungkin anggota-anggota girlgroup lain sudah ditekan dan dipaksa untuk diet mati-matian, bahkan dengan cara yang berbahaya, sebelum berat badannya naik seperti Kyla. Padahal bagus ‘kan ya menunjukkan keberagaman karena memang tubuh manusia itu berbeda-beda. Nggak semuanya bisa kurus dan langsing kayak SNSD…

Kasus body shaming dan perisakan dunia maya ini sekali lagi menyingkap tabir gelap akan betapa tingginya tekanan sosial di Korsel, salah satu negara dengan tingkat depresi dan angka bunuh diri tertinggi di dunia

Gadis semuda Kyla harus jadi sasaran online maupun offline bullying karena bentuk badannya via netizenbuzz.blogspot.co.id

Sama seperti kasus Audy, banyak juga warganet Korsel yang mendasarkan kritikannya atas nama kesehatan. ‘Kan nggak sehat juga kalau gemuk-gemuk. Kelebihan berat badan memang memicu berbagai risiko penyakit, tapi bukankah kita juga tidak bisa langsung serta merta men-judge kondisi kesehatan seseorang hanya dari sekilas melihat tampilan mereka di layar kaca atau lewat foto?! Lagipula kenaikan berat badan juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang mungkin berada di luar kontrol mereka sendiri. Dari badan yang berubah paska kehamilan, sampai konsumsi obat hormon yang efek sampingnya mungkin sebabkan kenaikan berat badan. Body shaming jelas tidak dapat dibenarkan dalam kondisi apapun.

Body shaming mungkin hanyalah satu dari berbagai tekanan sosial yang ‘diderita’ masyarakat Korsel. Negara ini sudah terkenal dengan tingginya level stres dan angka bunuh diri di kalangan pelajar. Atau populernya klinik-klinik operasi plastik di Gangnam karena semua orang ingin cantik dengan hidung mancung, mata ‘belo’, dan wajah tirus. Ternyata standar terhadap bentuk maupun berat badan sama parahnya.

Tapi jelas ini bukan cuma permasalahan yang unik di Korea Selatan atau Indonesia aja, tapi di seluruh dunia. Meskipun telah ada langkah positif seperti pelarangan model-model yang terlalu kurus di Perancis , masih banyak yang harus dilakukan untuk menghilangkan obsesi berlebihan kita terhadap penampilan. Terutama di kalangan generasi muda yang semakin mudah terpengaruhi dengan apapun yang berseliweran di media sosial. Ya semoga ke depannya orang-orang makin sadar kalau yang paling penting itu sehatnya, bukan ukuran gemuk dan kurus yang tidak masuk akal.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemerhati Tanda-Tanda Sesederhana Titik Dua Tutup Kurung