Dokter Curhat di Media Sosial, Begini Perdebatan Soal Profesionalisme dan Etika di Era Kekinian

Berkembangnya penggunaan media sosial sebagai penunjang kehidupan sehari-hari tak hanya dirasakan kita yang mengaku kids zaman now saja, tapi juga orang-orang dengan profesi tertentu seperti dokter. Bagi dokter sendiri, media sosial banyak memberikan kemudahan, seperti memperluas jaringan profesi dari skala nasional sampai internasional, melibatkan masyarakat dalam diskusi kesehatan, hingga promosi layanan kesehatan. Kelebihan-kelebihan itu juga otomatis akan meningkatkan pemasukan di sektor kesehatan.

Tapi layaknya dua sisi mata uang, media sosial juga bisa membawa dampak negatif kalau nggak digunakan dengan bijak. Seperti kita tahu, dokter mengemban kode etik yang harus dipatuhi dimanapun ia berada, di dunia maya sekalipun. Beberapa waktu belakangan ini sering kita melihat dokter, perawat, atau tenaga medis yang berfoto atau mengambil video pasien-pasien mereka dan mengunggahnya ke media sosial. Bahkan ada juga yang melakukan operasi sambil berjoget-joget. Unggahan ini menimbulkan kontroversi karena dianggap melanggar kode etik.

Yang terbaru, ada seorang dokter yang membagikan pengalaman koasnya di jejaring sosial Twitter. Tapi thread-nya itu malah mengundang pro kontra. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan Hipwee News & Feature berikut ini.

Beberapa hari lalu, dr. Gia Pratama membagikan pengalamannya dulu saat koas di Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Ia bercerita detail soal keadaan pasien-pasien di sana

Sekilas seperti tak ada yang salah dengan cuitan Gia. Tapi semakin ke bawah, ia semakin detail bercerita soal kondisi para ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) di RSJ tempatnya koas dulu. Bahkan ia merasa kelakuan-kelakuan ODGJ itu lucu-lucu. Ia juga cerita beberapa kali harus menahan tawa saat berbincang dengan mereka. Komentar-komentar bermunculan, tak hanya kontra tapi juga pro. Pihak kontra merasa Gia tak menghormati orang-orang dengan gangguan jiwa, dengan membuatnya sebagai bahan lelucon, padahal ia bergelar dokter. Sedangkan pihak pro merasa Gia cuma ingin sekadar berbagi pengalamannya saat koas. Perdebatan terus berlanjut bahkan hingga sekarang.

Ternyata Gia adalah dokter yang fotonya viral belum lama ini karena membantu kelahiran tetangganya dan memandikan bayinya di tempat cuci piring

Bukan baru sekarang nama dr. Gia diperbincangkan publik. Belum lama ini fotonya memandikan bayi di tempat cuci piring viral. Ceritanya ia membantu tetangganya melahirkan di rumah. Saat itu kondisi ibu sudah pecah ketuban dan penuh darah. Kepala bayi juga sudah mulai keluar. Dokter Gia menceritakan pengalamannya itu di akun Twitter pribadinya. Bedanya, unggahannya ini menuai banyak komentar positif karena Gia dinilai sigap.

Kembali ke kasus cuitan Gia. Kalau dilihat dari balasannya, selain banyak yang kontra ternyata tak sedikit juga yang mendukungnya. Wakil Ketua Umum IDI sampai turut berkomentar

Pasien kejiwaan yang butuh ditolong, bukan dijadikan bahan lelucon via m.infospesial.net

Pro kontra soal cuitan dr. Gia saat koas di RSJ itu mengundang komentar dari mereka yang memang bergelut di bidangnya. Dilansir BBC , Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Faqih, mengatakan bahwa apapun platform atau medianya, entah di rapat, forum resmi, atau internet, seorang dokter tidak boleh menyampaikan sesuatu tentang pasiennya, dimanapun dan kepada siapapun karena akan melanggar kode etik dan sumpah dokter. Selain itu, aturan mengenai larangan dokter membuka rahasia rekam medis pasien juga diatur secara jelas dalam Permenkes Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia Kedokteran dan Permenkes Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang jabatan kedokteran dan rekam medis.

Bukan hanya yang berprofesi dokter aja yang harus hati-hati dengan setiap unggahannya. Orang dengan background apapun itu harus bisa menjaga profesionalitasnya di media sosial

Dokter bedah plastik yang sibuk berjoget-joget saat mengoperasi pasiennya akhirnya dipecat via www.news.com.au

Tak melulu hanya dokter yang harus berhati-hati di setiap unggahannya. Mengingat media sosial adalah tempat semua orang berkumpul, alangkah baiknya jika setiap orang bisa bersikap profesional. Apalagi jika ia memangku jabatan atau profesi tertentu. Sekalinya ia menyebarkan sesuatu yang tak patut disebar, citra profesinya tentu akan tercoreng. Kualifikasinya sebagai orang terpandang akan turun.

Kebebasan bermedia sosial kini banyak sekali dijadikan orang melakukan keburukan, misalnya menceritakan aib orang lain, menyebarkan berita bohong, hingga perundungan. Satu yang perlu kalian ingat sih, bahwa jejak digital di masa depan akan turut memengaruhi kehidupan seseorang seperti karier dan kesuksesan. Hati-hati aja ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.