Dosen UGM Bantu Gendong Bayi Saat Ibunya Mau Presentasi di Kelas. Aksinya Bikin Warganet Gemas!

Dosen UGM gendong bayi di kelas

Waktu itu kita sempat dibuat kagum dengan jawaban Najwa Shihab saat ditanya Denny Cagur, lebih pilih jadi jurnalis atau ibu rumah tangga. Bukannya memilih salah satunya, presenter yang dikenal karena kecerdasannya itu justru bertanya balik, “Kenapa perempuan harus disuruh memilih?”. Menurutnya perempuan bisa menjalani keduanya, perempuan bisa multiperan, bisa jadi istri, jadi ibu, jadi jurnalis, jadi tetangga, dan lain sebagainya.

Advertisement

Status sebagai ibu juga nggak bisa menghalangi perempuan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Mindset seperti ini harusnya nggak cuma dimiliki para perempuan aja, tapi juga laki-laki. Seorang dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) baru saja jadi perbincangan publik setelah mengizinkan mahasiswinya membawa bayinya masuk ke dalam kelas. Bahkan ia juga membantu menggendong bayi itu selama sang ibu menyampaikan presentasi! Gemas nggak sih…

Pengguna Twitter dengan akun @alvinmalana mengunggah sebuah postingan di Facebook yang menceritakan aksi gemas dosen Fisipol UGM. Dosen bernama Abdul Gaffar Karim itu menggendong bayi mahasiswinya di kelas, saat ibunya presentasi

Jagat Twitter dibuat gemas dengan unggahan akun @alvinmalana yang menceritakan kisah seorang dosen Fisipol UGM menggendong bayi mahasiswinya di kelas. Dari cerita itu diketahui mulanya si mahasiswi ini minta izin untuk presentasi lebih dulu karena bayinya yang sedang digendong neneknya menangis di luar kelas. Di luar dugaan, dosen yang bernama Abdul Gaffar Karim itu justru menyuruh mahasiswinya untuk membawa masuk si bayi. Ia mengatakan bahwa itu hak si anak untuk dibawa oleh ibunya. Abdul juga ingin menciptakan suasana kelas yang ramah anak.

Advertisement

Kini memang sudah saatnya ruang publik dibuat ramah anak. Tak hanya ruang kelas aja, tapi juga kantor, ruang rapat, konferensi, atau manapun

Coba di Indonesia bisa begini… via kumparan.com

Semakin ke sini, perempuan semakin dituntut untuk bisa berkarir dan berkarya seluas-luasnya. Jabatan-jabatan penting di perusahaan juga sudah mulai banyak yang diisi oleh perempuan. Kemampuan dan kapabilitas perempuan jelas nggak bisa diremehkan, terbukti dengan semakin banyaknya nama-nama perempuan yang mampu mengharumkan nama bangsa, memimpin pergerakan, dan lain sebagainya.

Fakta itu seharusnya bisa membuat pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan menciptakan ruang publik yang ramah anak. Agar perempuan yang sudah memiliki anak tidak harus memilih antara karir atau keluarga, karena perempuan masa kini pun bisa memilih keduanya.

Toh, bayi atau anak juga bukan kuman yang harus dihindari. Kalau memang takut mengganggu, mungkin bisa menyediakan ruangan khusus untuk penitipan bayi sementara sekaligus pengasuhnya

Advertisement

Minimal ada ruang begini lah di ruang publik via republika.co.id

Benar kata dosen UGM di atas, yang menyatakan kalau anak punya hak untuk ikut ibunya ke manapun pergi, termasuk jika ibunya harus bekerja atau sekolah. Demi mewujudkan ini, seharusnya pihak-pihak yang bersangkutan bisa menyediakan ruangan khusus penitipan bayi sekaligus pengasuhnya, atau ya kayak yang dilakukan Pak Abdul di atas, mengizinkan si ibu membawa masuk bayinya. Selama bayinya bisa undercontrol, dan ibu tetap bisa mengikuti kegiatan, ‘kan nggak masalah~

Menyediakan ruang-ruang publik yang ramah anak juga sama pentingnya dengan bersikap biasa aja saat ada pemandangan ibu-ibu menggendong anak atau menyusui saat sedang rapat, konferensi, atau mengajar. Bukan lah sesuatu yang aneh juga jika ada bapak-bapak ke kantor dengan membawa bayinya, mengganti popok di ruang publik, atau yang lainnya. Lha wong itu anaknya juga~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE