Emma Watson Bahagia dengan Status Self-Partnered alias Berpasangan dengan Diri Sendiri. Kamu Gimana?

Emma Watson self-partnered

Seiring bertambahnya usia kita, semakin bertambah pula tuntutan yang diterima. Seolah ada standar yang harus diikuti agar kita “klop” di masyarakat. Salah satunya adalah standar dalam berpasangan. Memasuki umur tertentu, orang-orang “ditekan” untuk menemukan pasangan secepatnya, lantas membangun rumah tangga.

Advertisement

Namun apakah semua orang harus seperti itu? Sebetulnya nggak juga. Kita berhak menentukan jalan hidup sesuai keinginan pribadi.

Itulah yang disuarakan oleh Emma Watson, aktris sekaligus aktivis yang berani. Belum lama ini dia blak-blakan menyebut dirinya self-partnered alias berpasangan dengan diri sendiri. Sebutan itu pun membuat banyak orang merasa heran dan bingung. Supaya lebih paham, yuk kita bahas selengkapnya.

Baru-baru ini, Emma Watson menyatakan kalau dirinya berstatus self-partnered alias berpasangan dengan diri sendiri. Pernyataan itu melawan tuntutan di masyarakat

Emma Watson mengeluarkan pernyataan yang kontroversial via www.themarysue.com

Saat diwawancara oleh British Vogue, Emma membeberkan sedikit kehidupan pribadinya. Dia telah beberapa kali berganti kekasih walaupun jarang memamerkannya di media sosial. Namun kini, Emma memutuskan untuk melajang dan menyebut dirinya self-partnered. Terjemahan harfiahnya adalah berpasangan dengan diri sendiri. Maksudnya, Emma sudah merasa bahagia tanpa perlu berpasangan.

Advertisement

Pernyataan itu jelas berlawanan dengan standar yang berlaku di masyarakat. Sebab selama ini, seolah kita “ditekan” untuk menemukan jodoh. Orang-orang yang nggak mengikutinya bisa dianggap aneh atau melenceng. Namun apa standar tersebut mutlak harus dipatuhi? Itulah yang sedang dilawan oleh Emma.

Di usianya yang hampir 30 tahun, Emma Watson memutuskan untuk melajang. Dia nggak terobsesi untuk mencari pasangan karena nyaman dengan dirinya sendiri

Emma Watson nyaman dengan dirinya sendiri via www.independent.co.uk

Orang-orang yang berusia 30 tahun menerima banyak tuntutan. Mereka diharapkan untuk menemukan jodoh, menikah, punya anak, membeli rumah, mapan secara finansial, dan masih banyak lagi. Emma pun menerima tuntutan yang sama. Namun di usianya yang kini 29 tahun, dia mengaku tetap rileks. Sebab Emma merasa nggak perlu memenuhi tuntutan itu. Dengan status self-partnered, dia merasa nyaman dengan dirinya sendiri tanpa harus terobsesi mencari pasangan.

Di sisi lain, Emma menyayangkan kondisi yang dipelihara masyarakat selama ini. Jarang ada tokoh atau figur publik yang menolak standar sosial secara terang-terangan. Bahkan dalam bentuk fiksi terkenal sekalipun, tokoh bernama Bridget Jones digambarkan terobsesi mencari pasangan, padahal sebetulnya dia bisa hidup sendiri di usia 30-an tahun. Kondisi itu membuat Emma akhirnya buka suara. Dengan menyebut dirinya self-partnered, dia berharap orang-orang lain mendapat role model atau inspirasi yang berbeda.

Advertisement

Istilah ‘self-partnered’ yang dilontarkan Emma Watson, membuat banyak orang tersadar kalau siapa pun memang berhak memilih jalur hidupnya sendiri — termasuk jika mereka ingin menjalaninya sendiri

Era milenial bahkan disebut zaman keemasaan orang single  via finance.yahoo.com

Sebuah survei di AS pada tahun 2017 melaporkan bahwa jumlah orang dewasa di AS yang belum menikah semakin bertambah. Tren yang pastinya juga bisa banyak ditemui di negara-negara lain. Bahkan pasangan yang memutuskan untuk menikah butuh waktu lebih lama untuk melakukannya. Kenapa bisa begitu? Banyak faktornya.

Dari pergeseran nilai, kecanggihan teknologi yang makin praktis dan ‘mendukung’ kesendirian atau ke-‘mager’-an orang, sampai minimnya lahan yang membuat orang semakin tidak ingin mauupun mampu memiliki keluarga besar. Semua berpengaruh. 

Di sisi lain, kita juga tidak bisa mengacuhkan dampak negatif jika makin banyak manusia di bumi ini terlalu nyaman sendirian. Bukan soal asmara aja lo, tapi ternyata berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan

Makan sendirian via www.shape.com

Dilansir dari The Conversation , ada dampak buruk di balik kebiasaan makan sendirian. Banyaknya sampah dari jasa pengantar makanan bisa merusak lingkungan. Di sisi lain, kita juga bisa mengalami tekanan darah tinggi dan depresi karena kesepian. Karena itulah pakar menganjurkan untuk makan bersama orang lain supaya suasana hati membaik.

Namun kalau kita bisa menjaga pikiran positif, nggak ada salahnya makanan sendirian. Sebab kebiasaan ini juga mempunyai sejumlah dampak positif. Kita jadi bisa memulihkan kondisi mental dan meningkatkan kepercayaan diri serta kreativitas. Jadi nggak perlu khawatir!

Asal bisa mengelola pikiran dengan baik, sebetulnya nggak masalah untuk beraktivitas sendirian. Begitu pula dalam percintaan. Kalau merasa nyaman sebagai jomblo, kenapa harus memaksakan diri untuk berpasangan hanya demi menyenangkan masyarakat? Padahal kita sendirilah yang menjalani hidup kita. Jadi pertimbangkanlah keputusan dengan baik~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tinggal di hutan dan suka makan bambu

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE