Epidemi Kesepian Makin Banyak Makan Korban di Negara Ini, Terutama di Kalangan Lansia. Sedih Banget

Sudah jadi kodratnya kalau manusia ini terlahir sebagai makhluk sosial. Sekalipun sekarang tak perlu lagi bertatap muka untuk bisa berkomunikasi, tapi kebutuhan berinteraksi langsung antar sesama manusia tetap nggak bisa dihindari. Sebaliknya, tanpa berkomunikasi dengan yang lain, orang bisa mengalami kesepian. Kedengarannya sih memang sepele, tapi menurut peneliti, kesepian ini nggak cuma bisa memengaruhi mental lho tapi juga fisik. Bahkan kalau parah banget bisa menyebabkan kematian dini!

Advertisement

Ironisnya, menurut Julianne Holt-Lunstad , profesor psikologi di Universitas Brigham Young dunia kini sedang mengalami epidemi kesepian lho. Di Jepang fenomena ini disebut ‘kodokushi’ yang artinya mati dalam kesendirian. Tren tersebut kabarnya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ribuan lansia kerap ditemukan meninggal dalam kamarnya dan baru diketahui beberapa hari setelahnya. Wah, kok seram ya? Yuk, kenali fenomena ini lebih dekat bareng Hipwee News & Feature, biar kamu bisa waspada juga.

Kodokushi jadi masalah serius di Jepang karena jumlahnya ditengarai terus tumbuh setiap tahunnya. Banyak lansia ditemukan meninggal tanpa diketahui sanak keluarganya

Orang-orang yang mati dalam kesendirian baru ditemukan setelah tubuhnya membusuk di kamar via www.torinofilmlab.it

Para lansia di Jepang kebanyakan tinggal sendiri di rumah atau apartemen. Anak-anak dan keluarganya sibuk bekerja dan jarang menghubungi, apalagi mengunjungi. Kondisi kesepian dan kesendirian itu seringkali berujung pada kematian. Mirisnya lagi, kematian mereka biasanya baru diketahui beberapa hari kemudian setelah tubuhnya sudah membusuk dan menimbulkan bau. Kodokushi jadi masalah serius di Jepang. Belum ada angka resmi terkait fenomena ini, tapi kebanyakan ahli yakin sebanyak 30.000 orang/tahunnya mati dalam kesendirian di Jepang.

Angka pernikahan yang terus menurun jadi penyebab tersendiri kenapa tren Kodokushi ini bisa meningkat. Pada 2030, diprediksi akan ada 1 dari 3 pria berusia 50 tahun di Jepang yang memilih tidak menikah

Penduduk Jepang juga dikenal sebagai orang-orang yang sibuk hingga tak sempat cari pendamping hidup via www.scmp.com

Tingginya angka persaingan karier di Jepang membuat banyak sekali pria merasa nggak pede bisa menghidupi keluarganya kalau nanti menikah. Pun halnya dengan wanita. Karena banyak wanita Jepang punya karier baik, mereka merasa kalau nggak lagi butuh pria untuk membiayai kehidupannya. Akibatnya, mayoritas orang-orang muda di sana enggan membangun rumah tangga. Dilansir Kompas , 1 dari 4 pria Jepang berusia 50 tahun memilih hidup sendiri. Pada 2030 bahkan diprediksi akan meningkat jadi 1 dari 3 pria.

Advertisement

Kodokushi kebanyakan memang dialami para lansia. Tapi pemerintah Tokyo melansir data di 2015, kalau sebanyak 238 orang usia 20 dan 30an juga mengalami kodokushi

Biasanya dialami lansia yang hidup sendiri. Tapi tak menutup kemungkinan dialami orang-orang muda juga via www.staradvertiser.com

Fenomena kodokushi kebanyakan memang dialami para lansia yang hidup sendirian dan sudah nggak banyak beraktivitas lagi. Tapi, Bureau of Social Welfare and Public Health Tokyo seperti dilansir Japan Today , menyatakan setidaknya ada 238 orang berusia 20 dan 30an di kawasan Tokyo’s 23 yang dilaporkan meninggal dalam kesendirian. Dari jumlah itu 80%-nya adalah pria. Dalam 3 tahun terakhir jumlahnya mengalami peningkatan sekitar 250 orang. Padahal ‘kan kalau dipikir-pikir di usia produktif itu mereka harusnya sibuk bekerja atau berkarier ya?

Kesepian memang bisa menyebabkan masalah serius baik fisik maupun mental. Efeknya nggak kalah buruknya dengan merokok 15 batang per hari dan minum minuman beralkohol berlebihan lho

Kesepian bahkan dikategorikan sebagai masalah kesehatan lho via health.akurat.co

Meskipun kedengarannya sepele, tapi kesepian bisa berujung ke masalah serius kalau nggak diatasi lho. Orang yang kesepian akan lebih mudah terserang penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya melemah. Jurnal Perspectives on Psychological Science seperti dilansir Natgeo memaparkan risiko kematian yang menjangkit orang yang hidup sendiri bisa mencapai 30%! Kalau dilihat, angka tersebut nggak beda jauh sama angka risiko kematian yang dimiliki orang obesitas dan perokok 15 batang per hari di tambah minum alkohol berlebihan! Gila, ‘kan?

Teknologi yang katanya “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat” rupanya benar adanya. Sekalipun tetap bisa berkomunikasi dengan kerabat, tapi ia justru bisa memicu epidemi kesepian

Advertisement

Teknologi tanpa sadar juga memicu kesepian via savorv.com

Kayak yang udah disebut di atas, sudah kodrat manusia untuk jadi makhluk sosial. Kebanyakan manusia modern sekarang sudah cukup puas dengan hanya berkomunikasi melalui gadget. Padahal tanpa disadari justru dari situlah rasa kesepian bisa muncul. Sekalipun tetap telepon, chat, atau video call mereka tetap nggak merasakan berbagai manfaat kalau manusia bersosialisasi secara langsung. Teknologi tak ubahnya cuma menyajikan kemudahan berkomunikasi tanpa bisa benar-benar menawarkan perasaan yang diperoleh ketika manusia berinteraksi langsung.

Ya kalau mau nggak terjangkit epidemi kesepian sih sebaiknya kurangi penggunaan gadget dan perbanyak bertatap muka dengan orang lain ya. Sesederhana kalau kamu lagi di angkutan umum. Alih-alih sibuk dengan ponsel, ada baiknya kamu mengajak orang sebelahmu berbincang-bincang. Bertukar pikiran, wawasan, atau pengalaman akan membantumu merasa nggak hidup sendiri di dunia ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE